Ilustrasi dari: racikankata.com |
Apa
yang seharusnya kita berikan dalam hidup ini. Motivasi suda seribu motivasi
menumpuk dalam benak dan pemikiran. Inspirasi suda beribu-ribu inspirasi. Lalu
apa lagi! Kadang manusia membutuhkan itu semua, namun saya kemudian meralatnya.
Saya sama sekali tak membutuhkan itu. Saya semakin tidak percaya dengan semua
itu. Bagi saya Motivasi dan Inspirasi kadang hanya sebagai tipu daya muslihat.
Itu semua hanyalah romantisme belaka. Bagaimana orang-orang akan menginspirasi
dan memotivasi orang lain sementara dia juga membutuhkan inspirasi dan
motivasi.
Isi mengisi dalam hal ini tidak ada. Kita dapat
membayangkan orang yang mempunyai kekosongan jiwa dapat menginspirasi orang
lain. Bukankah ini sesuatu kemustahilan. Jiwa kosong tak dapat mengisi jiwa
yang kosong bahkan itu hanya akan membuat kekosongan dalam jiwa kita.
Lihatlah di teve-teve, media sosial kita hari ini.
Betapa absurdnya memberikan gambaran tentang hidup kita. Mereka mengatakan A
kepada kita, padahal dalam ucapan itu mereka menginginkan B. Ada sesuatu yang
terbayarkan dibelakang layar. Mereka berkotek-kotek seperti bahasa malaikat
seperti kebenaran yang tak bisa dibantah, namun sesungguhnya mereka tak pernah
bersama dengan malaikat itu sendiri, bahkan mereka tak bisa memahaminya.
Manusia Indonesia tidak bisa dibangun atas dasar
itu. Manusia Indonesia dibangun harus dengan dasar pemikiran-pemikiran
moralitas yang baik dan yang berbahaya adalah immoral itu sendiri.
Apakah lewat ceramah-ceramah agama, yang selalu
menggemahkan ditelinga kita! Ia, agama manapun selalu mengajarkan moralitas
yang baik. Namun apa kita selalu sadar bahwa ternyata selama ini kita belum
bisa menerjemahkan kebenaran ajaran islam dalam suatu program pencapaian
seperti yang dikatakan oleh Ahmad Wahib sendiri. Kita selalu terbawa dengan
romantisme kejayaan islam masa lalu, tanpa menoleh dan menerangkan mata dengan
perkembangan zaman.
Inilah perkataan dari Ahmad Wahib:
“Kita
orang islam belum mampu menerjemahkan kebenaran ajaran islam dalam suatu
program pencapaian. Antara ultimate values dalam ajaran islam dengan kondisi
sekarang memerlukan penerjemahan-penerjemahan. Dan ini tidak disadari. Disitu
munkgin kita akan berjumpa dengan kelompok pragmatisme, tapi jelas arahnya
lain. Karena seperti itulah kita menjadi orang yang selalu ketinggalan dalam
usaha pencapaian dan cenderung eksklusif”
Inilah yang seharusnya, islam harus selalu dinamis
berinteraksi dengan zaman. Lebih lanjut Ahmad Wahib mengatakan:
“Terus
terang, aku kepingin sekali bertemu sendiri dengan Nabi Muhammad dan ingin mengajaknya
untuk hidup di abad XX ini dan memberikan jawaban-jawabannya. Aku suda kurang
percaya pada orang-orang yang disebut pewaris-pewarsinya”
Kita
harus seperti burung elang yang terbang mengangkasa. Elang yang menyukai
kebebasan dan selalu membuka mata pada setiap alam di dunia. Elang tak pernah
terbang dengan dorongan motivasi dan inspirasi dari manapun. Elang yang terbang
dengan naluri dan nurani yang bebas.
0 komentar:
Posting Komentar