29 Februari 2016

Manusia Bebas Yang Membuka Mata Terhadap Dunia

Ilustrasi dari: racikankata.com


Apa yang seharusnya kita berikan dalam hidup ini. Motivasi suda seribu motivasi menumpuk dalam benak dan pemikiran. Inspirasi suda beribu-ribu inspirasi. Lalu apa lagi! Kadang manusia membutuhkan itu semua, namun saya kemudian meralatnya. Saya sama sekali tak membutuhkan itu. Saya semakin tidak percaya dengan semua itu. Bagi saya Motivasi dan Inspirasi kadang hanya sebagai tipu daya muslihat. Itu semua hanyalah romantisme belaka. Bagaimana orang-orang akan menginspirasi dan memotivasi orang lain sementara dia juga membutuhkan inspirasi dan motivasi.
 
Isi mengisi dalam hal ini tidak ada. Kita dapat membayangkan orang yang mempunyai kekosongan jiwa dapat menginspirasi orang lain. Bukankah ini sesuatu kemustahilan. Jiwa kosong tak dapat mengisi jiwa yang kosong bahkan itu hanya akan membuat kekosongan dalam jiwa kita.

Lihatlah di teve-teve, media sosial kita hari ini. Betapa absurdnya memberikan gambaran tentang hidup kita. Mereka mengatakan A kepada kita, padahal dalam ucapan itu mereka menginginkan B. Ada sesuatu yang terbayarkan dibelakang layar. Mereka berkotek-kotek seperti bahasa malaikat seperti kebenaran yang tak bisa dibantah, namun sesungguhnya mereka tak pernah bersama dengan malaikat itu sendiri, bahkan mereka tak bisa memahaminya.

Manusia Indonesia tidak bisa dibangun atas dasar itu. Manusia Indonesia dibangun harus dengan dasar pemikiran-pemikiran moralitas yang baik dan yang berbahaya adalah immoral itu sendiri.

Apakah lewat ceramah-ceramah agama, yang selalu menggemahkan ditelinga kita! Ia, agama manapun selalu mengajarkan moralitas yang baik. Namun apa kita selalu sadar bahwa ternyata selama ini kita belum bisa menerjemahkan kebenaran ajaran islam dalam suatu program pencapaian seperti yang dikatakan oleh Ahmad Wahib sendiri. Kita selalu terbawa dengan romantisme kejayaan islam masa lalu, tanpa menoleh dan menerangkan mata dengan perkembangan zaman.

Inilah perkataan dari Ahmad Wahib:

“Kita orang islam belum mampu menerjemahkan kebenaran ajaran islam dalam suatu program pencapaian. Antara ultimate values dalam ajaran islam dengan kondisi sekarang memerlukan penerjemahan-penerjemahan. Dan ini tidak disadari. Disitu munkgin kita akan berjumpa dengan kelompok pragmatisme, tapi jelas arahnya lain. Karena seperti itulah kita menjadi orang yang selalu ketinggalan dalam usaha pencapaian dan cenderung eksklusif”

Inilah yang seharusnya, islam harus selalu dinamis berinteraksi dengan zaman. Lebih lanjut Ahmad Wahib mengatakan:

“Terus terang, aku kepingin sekali bertemu sendiri dengan Nabi Muhammad dan ingin mengajaknya untuk hidup di abad XX ini dan memberikan jawaban-jawabannya. Aku suda kurang percaya pada orang-orang yang disebut pewaris-pewarsinya”

Kita harus seperti burung elang yang terbang mengangkasa. Elang yang menyukai kebebasan dan selalu membuka mata pada setiap alam di dunia. Elang tak pernah terbang dengan dorongan motivasi dan inspirasi dari manapun. Elang yang terbang dengan naluri dan nurani yang bebas.







0 komentar:

Posting Komentar