Saya dan Abdul Rahman Farisi |
Selalu
saja ada inspirasi dan motivasi ketika melihat dan berkumpul dengan orang-orang
yang sukses di luar daerah. Mereka pergi atau hijrah di daerah lain memang bukan
tanpa tujuan. Mereka membawa suatu impian dan cita-cita besar untuk kemudian
pulang dan ingin memajukan daerahnya. Mereka pergi dengan suatu harapan bahwa
kelak akan pulang dan ikut terlibat dalam membangun suatu kemajuan bangsa atau
daerahnya. Dengan ujian yang begitu sulit mereka mampu dan terus menyelam
bersama kesulitan-kesulitan itu di daerah orang lain, mempelajari dan bergelut
dengan berbagai ilmu pengetahuan sebagai bekal untuk kemudian ikut melibatkan
diri dalam memajukan daerah. Dengan membawah harapan, cita-cita serta impian
itulah sehingga bisa mengantarkan mereka pada posisi-posisi mereka sekarang
ini.
Namun
saya melihat tak cukup sampai disitu. Ada suatu naluri yang membuat mereka
miris dengan keadaan daerahnya yang tak kunjung maju dan masih terus berada
dalam suatu lingkaran yang bernama kemiskinan. Mereka melihat bahwa kemiskinan
daerahnya suda begitu kronis dan sudah lama tak pernah terselesaikan. Sumber
daya ada untuk di manfaatkan dengan baik untuk kemudian dapat mengangkat
kesejahteraan rakyatnya namun, rakyatnya masih saja terlelap dengan kemiskinan
yang dideritanya.
Berangkali
ada kesalahan pemimpin disini—dalam hal ini kepala daerahnya yang mungkin tidak
begitu kompeten—tidak mampu memberikan suatu kebijakan yang berpihak atau yang
mengerti dengan kebutuhan-kebutuhan rakyat di daerahnya. Rakyat di daerah
memang butuh solusi dari setiap permasalahan yang diderahnya. Bukan kemudian
hanya memberikan semacam wacana atau mengumbar janji yang justru masyarakat
lebih banyak menelan luda pahit dan mengelus dada karena tidak adanya uluran
tangan pemerintah daerah setempat. Dengan hal tersebut, mereka tidak hanya memilih
diam dan ingin menikmati posisi mereka yang cukup strategis di pemerintahan
yang bahkan dapat mendatangkan kekayaan yang begitu besar. Mereka ingin
terlibat atau berkontribusi semaksimal mungkin untuk memajukan daerah, agar
rakyat terbangun dari tidur lelap akibat derita kemiskinan itu. Mereka ingin
menapaki jalan pemimpin itu—sebagai pijakan awal untuk membawa kesejahteraan
rakyatnya di daerah.
Seperti
itulah yang kudapat dari sosok yang rendah hati Abdul Rahman Farisi_ARF ketika
saya melihat dan bertatap muka serta mengikuti dari setiap dialog yang
diselenggarakan.
***
Pagi
itu, saya mendapat telepon dari seorang sahabat di Pusat Studi Ekonomi dan
Bisnis (PSEB) Universitas Halu Oleo. Seperti biasanya ketika mendapatkan telepon
saya ditugaskan untuk membantu mengantarkan surat diberbagai instansi di Kota
Kendari. Saya sangat senang mendapat tugas itu. Selain dapat menghadiri
kegiatan dan mendapatkan banyak inspirasi dari dialog-dialog tersebut, juga
dapat berkenalan dengan banyak orang. Dari situlah seperti sebuah komunitas
terkumpul, diskusi bersama hal yang remeh-temeh dengan para sahaba-sahabat. Dialog
khususnya saya sendiri, merupakan bagian terpenting untuk kemudian banyak menyerap
dan belajar tentang banyak hal kepada mereka-mereka yang mempunyai banyak ilmu
pengetahuan.
Dalam
setiap acara diskusi yang kuhadiri biasanya pemateri-pematerinya hanya dari
dinas-dinas terkait di Kota Kendari, Jakarta atau dari akademisi Universitas
Halu Oleo. Namun hari itu saya melihatnya lain. Ada nama akademisi yang
tertulis dari Universitas Hasanudin dan juga merupakan Koordinator Jaringan
Peneliti Ekonomi Indonesia Timur (JPEIT). Nama tersebut tertulis Abdul Rahman
Farisi dan belakangan saya mengetahui bahwa ia berasal dari Muna, Raha,
Sulawesi Tenggara.
Banyak
dialog-dialog yang diselenggarakan, terutama yang berkaitan dengan upaya peningkatan
struktur pertumbuhan ekonomi, pemanfaatan dana desa dan lain sebagainya. Sebagai
seorang akademisi dan peneliti bagian dari kawasan Indonesia Timur yang
berfokus pada kajian ekonomi, tentu ia sangat mempunyai kapasitas untuk itu.
Dalam setiap dialog saya melihat ia selalu memberikan argumentasi tentang
adanya penyebab kemiskinan daerah lalu kemudian memberikan serta menawarkan
sebuah solusi yang otentik dalam setiap permasalahan itu terutama di daerah Sulawesi
Tenggara. Abdul Rahman Farisi selalu menekankan adanya pemberdayaan Usaha Mikro
Kecil dan Menengah (UMKM) di setiap daerah melalui pelatihan kewirausahaan. Dengan
hal ini tentu harapan terbesarnya adalah agar tercipta adanya peningkatan
pendapatan dan daya beli masyarakat kecil yang ada di daerah.
Saya
sepakat akan hal ini, namun pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah perlu
koordinasi yang lebih baik dengan pemerintah setempat dan bentuk kerjasama yang
dibangun atas landasan gotong-royong yang melibatkan seluruh elemen masyarakat.
Masyarakat perlu diberikan ruang dan fasilitas yang lebih memadai dan tugas
pemerintah adalah hanya menjadi fasilitator dalam setiap pembangunan daerah.
Perubahan-perubahan
di daerah tergantung bagaimana kapabilitas pemimpin daerah, melihat setiap
permasalahan yang kemudian menawarkan sebuah solus-solusi yang kongkrit untuk
terciptanya sebuah kesejahteraan masyarakatnya. Ukuran-ukuran kesejahteraan
tentu harus menjadi patokan atau perhatian seorang pemimpin daerah. Bukan ukuran
kesejahteraan yang hanya mengandalkan sumber daya alam, namun ukuran-ukuran
kesejahteraan yang lain misalnya pembangunan manusianya agar dapat membawah
daerah yang lebih makmur. Saya teringat dengan tulisan Josep E. Stiglitz bahwa
apa yang kita ukur mempengaruhi apa yang kita perbuat, dan ukuran yang lebih
baik akan membuahkan keputusan yang lebih baik atau tidak keputusan yang
berbeda. Pada intinya pemimpin daerah harus melihat kesejahteraan dengan yang
lebih kompleks, agar masyarakat di daerah tidak terombang-ambing dengan
program-program yang malah tak membawa hasil apa-apa.
Hari
ini kami berkumpul lagi bersama sahabat Abdul Rahman Farisi. Dari
cerita-ceritanya yang kuserap, beliau dengan tegas ingin memberikan yang
terbaik kepada daerah Sulawesi Tenggara. Saya melihat itu, yang penuh dengan
energi dan semangat baru bahwa daerah butuh pemimpin yang betul-betul mengerti
dengan permasalahan mereka. Masayarakat membutuhkan solusi untuk
kesejahteraannya. Masyarakat membutuhkan uluran tangan dari pemimpinnya. Abdul
Rahman Farisi mempercayai bahwa kemajuan dan kesejahteraan rakyat Sulawesi
Tenggara tergantung pada pemimpinnya.
Dengan
kepercayaan itu, hari ini Abdul Rahman Farisi dengan tegas ingin berperan
dengan mengambil kebijakan yang lebih besar demi kemajuan daerahnya. Dari informasi
yang saya dengar Abdul Rahman Farisi ingin maju mencalonkan diri menjadi
Gubernur Sulawesi Tenggara. Biarkanlah ia bisa menemukan impiannya itu. Ia
telah berproses dengan jauh-jauh hari dengan satu impian yakni dapat memajuhkan
daerah yang di cintainya. Ia seperti tunas yang tumbuh perlahan-lahan yang
kemudian mekar dan kokoh, serta mempunyai ranting-ranting yang dapat menjangkau
langit demi memberikan manfaat untuk banyak orang. Ia akan mulai menapaki jalan
itu, berebut nomor satu di Sulawesi Tenggara demi harapannya yang lebih besar. Harapan
kemajuan serta kesejahteraan yang lebih besar untuk masyarakat Sulawesi
Tenggara.
Ada
slogan yang di tulis yang menarik perhatianku baru-baru ini #Wajah Baru, #Energi Baru, Sultra bergerak 2 kali lebih cepat. Semoga saja dengan energi
barunya Sultra dapat bergerak 2 kali lebih cepat seperti yang diharapkannya.
Nanti sejarahlah yang akan mencatat itu, seberapa konsisten dirinya akan berada
dijalur itu jika ia terpilih menjadi Gubernur Sulawesi Tenggara.
Kendari,
9 Februari 2016
0 komentar:
Posting Komentar