08 Februari 2016

Inspirasi Bersama Abdul Rahman Farisi

Saya dan Abdul Rahman Farisi


Selalu saja ada inspirasi dan motivasi ketika melihat dan berkumpul dengan orang-orang yang sukses di luar daerah. Mereka pergi atau hijrah di daerah lain memang bukan tanpa tujuan. Mereka membawa suatu impian dan cita-cita besar untuk kemudian pulang dan ingin memajukan daerahnya. Mereka pergi dengan suatu harapan bahwa kelak akan pulang dan ikut terlibat dalam membangun suatu kemajuan bangsa atau daerahnya. Dengan ujian yang begitu sulit mereka mampu dan terus menyelam bersama kesulitan-kesulitan itu di daerah orang lain, mempelajari dan bergelut dengan berbagai ilmu pengetahuan sebagai bekal untuk kemudian ikut melibatkan diri dalam memajukan daerah. Dengan membawah harapan, cita-cita serta impian itulah sehingga bisa mengantarkan mereka pada posisi-posisi mereka sekarang ini.
Namun saya melihat tak cukup sampai disitu. Ada suatu naluri yang membuat mereka miris dengan keadaan daerahnya yang tak kunjung maju dan masih terus berada dalam suatu lingkaran yang bernama kemiskinan. Mereka melihat bahwa kemiskinan daerahnya suda begitu kronis dan sudah lama tak pernah terselesaikan. Sumber daya ada untuk di manfaatkan dengan baik untuk kemudian dapat mengangkat kesejahteraan rakyatnya namun, rakyatnya masih saja terlelap dengan kemiskinan yang dideritanya.
Berangkali ada kesalahan pemimpin disini—dalam hal ini kepala daerahnya yang mungkin tidak begitu kompeten—tidak mampu memberikan suatu kebijakan yang berpihak atau yang mengerti dengan kebutuhan-kebutuhan rakyat di daerahnya. Rakyat di daerah memang butuh solusi dari setiap permasalahan yang diderahnya. Bukan kemudian hanya memberikan semacam wacana atau mengumbar janji yang justru masyarakat lebih banyak menelan luda pahit dan mengelus dada karena tidak adanya uluran tangan pemerintah daerah setempat. Dengan hal tersebut, mereka tidak hanya memilih diam dan ingin menikmati posisi mereka yang cukup strategis di pemerintahan yang bahkan dapat mendatangkan kekayaan yang begitu besar. Mereka ingin terlibat atau berkontribusi semaksimal mungkin untuk memajukan daerah, agar rakyat terbangun dari tidur lelap akibat derita kemiskinan itu. Mereka ingin menapaki jalan pemimpin itu—sebagai pijakan awal untuk membawa kesejahteraan rakyatnya di daerah.
Seperti itulah yang kudapat dari sosok yang rendah hati Abdul Rahman Farisi_ARF ketika saya melihat dan bertatap muka serta mengikuti dari setiap dialog yang diselenggarakan.
***
Pagi itu, saya mendapat telepon dari seorang sahabat di Pusat Studi Ekonomi dan Bisnis (PSEB) Universitas Halu Oleo. Seperti biasanya ketika mendapatkan telepon saya ditugaskan untuk membantu mengantarkan surat diberbagai instansi di Kota Kendari. Saya sangat senang mendapat tugas itu. Selain dapat menghadiri kegiatan dan mendapatkan banyak inspirasi dari dialog-dialog tersebut, juga dapat berkenalan dengan banyak orang. Dari situlah seperti sebuah komunitas terkumpul, diskusi bersama hal yang remeh-temeh dengan para sahaba-sahabat. Dialog khususnya saya sendiri, merupakan bagian terpenting untuk kemudian banyak menyerap dan belajar tentang banyak hal kepada mereka-mereka yang mempunyai banyak ilmu pengetahuan.
Dalam setiap acara diskusi yang kuhadiri biasanya pemateri-pematerinya hanya dari dinas-dinas terkait di Kota Kendari, Jakarta atau dari akademisi Universitas Halu Oleo. Namun hari itu saya melihatnya lain. Ada nama akademisi yang tertulis dari Universitas Hasanudin dan juga merupakan Koordinator Jaringan Peneliti Ekonomi Indonesia Timur (JPEIT). Nama tersebut tertulis Abdul Rahman Farisi dan belakangan saya mengetahui bahwa ia berasal dari Muna, Raha, Sulawesi Tenggara.
Banyak dialog-dialog yang diselenggarakan, terutama yang berkaitan dengan upaya peningkatan struktur pertumbuhan ekonomi, pemanfaatan dana desa dan lain sebagainya. Sebagai seorang akademisi dan peneliti bagian dari kawasan Indonesia Timur yang berfokus pada kajian ekonomi, tentu ia sangat mempunyai kapasitas untuk itu. Dalam setiap dialog saya melihat ia selalu memberikan argumentasi tentang adanya penyebab kemiskinan daerah lalu kemudian memberikan serta menawarkan sebuah solusi yang otentik dalam setiap permasalahan itu terutama di daerah Sulawesi Tenggara. Abdul Rahman Farisi selalu menekankan adanya pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di setiap daerah melalui pelatihan kewirausahaan. Dengan hal ini tentu harapan terbesarnya adalah agar tercipta adanya peningkatan pendapatan dan daya beli masyarakat kecil yang ada di daerah.
Saya sepakat akan hal ini, namun pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah perlu koordinasi yang lebih baik dengan pemerintah setempat dan bentuk kerjasama yang dibangun atas landasan gotong-royong yang melibatkan seluruh elemen masyarakat. Masyarakat perlu diberikan ruang dan fasilitas yang lebih memadai dan tugas pemerintah adalah hanya menjadi fasilitator dalam setiap pembangunan daerah.
Perubahan-perubahan di daerah tergantung bagaimana kapabilitas pemimpin daerah, melihat setiap permasalahan yang kemudian menawarkan sebuah solus-solusi yang kongkrit untuk terciptanya sebuah kesejahteraan masyarakatnya. Ukuran-ukuran kesejahteraan tentu harus menjadi patokan atau perhatian seorang pemimpin daerah. Bukan ukuran kesejahteraan yang hanya mengandalkan sumber daya alam, namun ukuran-ukuran kesejahteraan yang lain misalnya pembangunan manusianya agar dapat membawah daerah yang lebih makmur. Saya teringat dengan tulisan Josep E. Stiglitz bahwa apa yang kita ukur mempengaruhi apa yang kita perbuat, dan ukuran yang lebih baik akan membuahkan keputusan yang lebih baik atau tidak keputusan yang berbeda. Pada intinya pemimpin daerah harus melihat kesejahteraan dengan yang lebih kompleks, agar masyarakat di daerah tidak terombang-ambing dengan program-program yang malah tak membawa hasil apa-apa.
Hari ini kami berkumpul lagi bersama sahabat Abdul Rahman Farisi. Dari cerita-ceritanya yang kuserap, beliau dengan tegas ingin memberikan yang terbaik kepada daerah Sulawesi Tenggara. Saya melihat itu, yang penuh dengan energi dan semangat baru bahwa daerah butuh pemimpin yang betul-betul mengerti dengan permasalahan mereka. Masayarakat membutuhkan solusi untuk kesejahteraannya. Masyarakat membutuhkan uluran tangan dari pemimpinnya. Abdul Rahman Farisi mempercayai bahwa kemajuan dan kesejahteraan rakyat Sulawesi Tenggara tergantung pada pemimpinnya.
Dengan kepercayaan itu, hari ini Abdul Rahman Farisi dengan tegas ingin berperan dengan mengambil kebijakan yang lebih besar demi kemajuan daerahnya. Dari informasi yang saya dengar Abdul Rahman Farisi ingin maju mencalonkan diri menjadi Gubernur Sulawesi Tenggara. Biarkanlah ia bisa menemukan impiannya itu. Ia telah berproses dengan jauh-jauh hari dengan satu impian yakni dapat memajuhkan daerah yang di cintainya. Ia seperti tunas yang tumbuh perlahan-lahan yang kemudian mekar dan kokoh, serta mempunyai ranting-ranting yang dapat menjangkau langit demi memberikan manfaat untuk banyak orang. Ia akan mulai menapaki jalan itu, berebut nomor satu di Sulawesi Tenggara demi harapannya yang lebih besar. Harapan kemajuan serta kesejahteraan yang lebih besar untuk masyarakat Sulawesi Tenggara.
Ada slogan yang di tulis yang menarik perhatianku baru-baru ini #Wajah Baru, #Energi Baru, Sultra bergerak 2 kali lebih cepat. Semoga saja dengan energi barunya Sultra dapat bergerak 2 kali lebih cepat seperti yang diharapkannya. Nanti sejarahlah yang akan mencatat itu, seberapa konsisten dirinya akan berada dijalur itu jika ia terpilih menjadi Gubernur Sulawesi Tenggara.

                                                                                                            Kendari, 9 Februari 2016

0 komentar:

Posting Komentar