Ilustrasi dari kompasiana.com |
Bagiku,
tulisan adalah bentuk ekspersi diri yang mengendap di dalam benak pemikiran kita
atau bentuk dialektika pemikiran yang kemudian dinarisikan dalam sebuah
kata-kata. Dari kata-kata itu, lalu akan terangkai sebuah kalimat dari baris
kebaris, kemudian membentuk sebuah karya tulisan. Dan menulis adalah bekerja
untuk keabadian, begitulah kata Umar Kayam.
Menulis
merupakan sebuah rutinitas yang bisa dilakukan siapa saja, termasuk
manusia-manusia yang super sibuk, termasuk anda sendiri.
Ada
pertanyaan yang bisa menggelitik orang setiap saat. Mengapa kita perlu
berbicara lewat tulisan? Apa pentingnya berbicara lewat tulisan? Bisakah kita
berbicara lewat tulisan?
Pertanyaan
tersebut merupakan pertanyaan yang mengendap dalam pikiranku, ketika saat itu
tak begitu mengenal ruang untuk menulis, untuk bisa melepaskan setiap tetes
pemikiran yang sering berseliweran di otak-otak ini. Saat itu, ketika kami
melakukan diskusi dengan sahabat-sahabat, melihat realitas di masyarakat yang
sering membuatku kadang miris karena kehidupan mereka begitu miskin dan tak diperhatikan,
kebenaran yang tersembunyikan oleh penguasa atau elit-elit yang punya kekuasaan,
saya tak bisa berbuat banyak untuk mengutarakan, membantu atau membela mereka
yang teralienasi itu.
Saya
hanya mendengar, melihat dan tak bisa mengungkapkan dan membela mereka karena
saya tak punya kuasa. Saya tak punya suara yang bisa menggemah dengan leluasa
menyusuri setiap lorong-lorong kehidupan dan telinga-telinga mereka. Saya cukup
kritik terhadap ketidakadilan dan kesewenag-wenangan, namun saya tak punya daya
untuk berbicara dengan lantang dan menghentikan mereka. Dan mereka yang
melakukan itu, tak menghiraukan lagi ketika orang-orang berbicara dihadapannya.
Mungkinkah mereka adalah orang-orang yang berdiri diatas hukum!
Entalah….
Namun
orang-orang yang mempunyai kuasa, suda tentu juga mempunya hegemoni atas segala
sesuatu, termasuk hukum itu sendiri. Mereka mempunyai kekuasaan ekonomi untuk
menduduki hukum, dan hukum buat mereka adalah bukan jerat penyiksa namun hanya bentuk
permainan yang perlu dimain-mainkan.
Dan
untuk melawan mereka adalah lewat perkataan tulisan, organisasi serta aksi dan
pergerakan.
***
Aku
yang pendiam dan tak banyak bicara, namun sering tertarik dengan bacaan buku-buku,
membuatku berpikir untuk membuat suatu kanal, bisa menampung setetes pemikiran
yang terus berseliweran. Diskusi atau dialog-dialog kadang tak membuatku puas
dan kita mempunyai keterbatasan waktu untuk berbicara. Salah satu cara efektif mengungkapkan
ide serta daya kritik kita terhadap hasil diskusi atau dialog tersebut yakni melalui
tulisan-tulisan. Kita bisa mengkritik dan berbicara tentang apa saja didalamnya,
termasuk seperti yang saya jelaskan diawal tadi yakni membela mereka yang terproletariat,
mengungkapkan realitas di masyarakat dan menuliskan hasil diskusi yang kadang
bertentangan dengan pendapat kita.
Dalam
acara-acara diskusi, kadang kita tak mempunyai kesempatan untuk berbicara. Atau
misalnya hanya bercerita dengan sahabat-sahabat, yang memonopoli pembicaraan
justru sahabat-sahabat kita. Saya banyak mendapatkan pengalaman seperti itu,
namun saya tetap menikmatinya dan terkadang juga pura-pura tidak tau. Inilah hal
yang terbaik kulakukan agar sahabat semakin banyak, sambil belajar kepada
mereka. Namun demikian, saya tidak pernah berhenti berkata-kata dengan sebuah
tulisan. Bagiku disanalah saya berbicara dan bercerita, yang bisa
mendengarkanku setiap waktu, setiap saat dan setiap detik yakni lewat
tulisan-tulisan kita sendiri.
Tulisanlah
yang bisa menempa, disaat ada gejolak pemikiran yang kadang tak bisa membuat
kita tertidur. Dan tulisanlah yang dapat merubah warnah kebohongan menjadi
warnah kebenaran yang seringkali merong-rong disetiap jengkal kehidupan kita.
Itulah
kekuatan aku yang berbicara lewat tulisan. Perkataan dalam tulisan dapat
mengisi sungai-sungai yang kering dan gunung yang telah runtuh akibat kejahatan
dan keserakahan manusia. Perkataan dalam tulisan, ibarat pedang yang dapat
menebas kepada mereka yang telah kehilangan moralitas. Saya teringat Marthin
Luther King, Jr yang pernah mengatakan bahwa lengkungan moral dari alam semesta
terletak pada lengan keadilan.
Ia,
mungkin saja lengan keadilan yang dimaksud adalah lewat perkataan tulisan…..
Kendari,
12 Februari 2016
La Ode Halaidin
Sumber
Gambar: kompasiana.com
0 komentar:
Posting Komentar