11 Februari 2016

Aku Yang Berbicara Lewat Tulisan

Ilustrasi dari kompasiana.com

Bagiku, tulisan adalah bentuk ekspersi diri yang mengendap di dalam benak pemikiran kita atau bentuk dialektika pemikiran yang kemudian dinarisikan dalam sebuah kata-kata. Dari kata-kata itu, lalu akan terangkai sebuah kalimat dari baris kebaris, kemudian membentuk sebuah karya tulisan. Dan menulis adalah bekerja untuk keabadian, begitulah kata Umar Kayam.
Menulis merupakan sebuah rutinitas yang bisa dilakukan siapa saja, termasuk manusia-manusia yang super sibuk, termasuk anda sendiri.
Ada pertanyaan yang bisa menggelitik orang setiap saat. Mengapa kita perlu berbicara lewat tulisan? Apa pentingnya berbicara lewat tulisan? Bisakah kita berbicara lewat tulisan?
Pertanyaan tersebut merupakan pertanyaan yang mengendap dalam pikiranku, ketika saat itu tak begitu mengenal ruang untuk menulis, untuk bisa melepaskan setiap tetes pemikiran yang sering berseliweran di otak-otak ini. Saat itu, ketika kami melakukan diskusi dengan sahabat-sahabat, melihat realitas di masyarakat yang sering membuatku kadang miris karena kehidupan mereka begitu miskin dan tak diperhatikan, kebenaran yang tersembunyikan oleh penguasa atau elit-elit yang punya kekuasaan, saya tak bisa berbuat banyak untuk mengutarakan, membantu atau membela mereka yang teralienasi itu.
Saya hanya mendengar, melihat dan tak bisa mengungkapkan dan membela mereka karena saya tak punya kuasa. Saya tak punya suara yang bisa menggemah dengan leluasa menyusuri setiap lorong-lorong kehidupan dan telinga-telinga mereka. Saya cukup kritik terhadap ketidakadilan dan kesewenag-wenangan, namun saya tak punya daya untuk berbicara dengan lantang dan menghentikan mereka. Dan mereka yang melakukan itu, tak menghiraukan lagi ketika orang-orang berbicara dihadapannya. Mungkinkah mereka adalah orang-orang yang berdiri diatas hukum!
Entalah….
Namun orang-orang yang mempunyai kuasa, suda tentu juga mempunya hegemoni atas segala sesuatu, termasuk hukum itu sendiri. Mereka mempunyai kekuasaan ekonomi untuk menduduki hukum, dan hukum buat mereka adalah bukan jerat penyiksa namun hanya bentuk permainan yang perlu dimain-mainkan.
Dan untuk melawan mereka adalah lewat perkataan tulisan, organisasi serta aksi dan pergerakan.
***
Aku yang pendiam dan tak banyak bicara, namun sering tertarik dengan bacaan buku-buku, membuatku berpikir untuk membuat suatu kanal, bisa menampung setetes pemikiran yang terus berseliweran. Diskusi atau dialog-dialog kadang tak membuatku puas dan kita mempunyai keterbatasan waktu untuk berbicara. Salah satu cara efektif mengungkapkan ide serta daya kritik kita terhadap hasil diskusi atau dialog tersebut yakni melalui tulisan-tulisan. Kita bisa mengkritik dan berbicara tentang apa saja didalamnya, termasuk seperti yang saya jelaskan diawal tadi yakni membela mereka yang terproletariat, mengungkapkan realitas di masyarakat dan menuliskan hasil diskusi yang kadang bertentangan dengan pendapat kita.
Dalam acara-acara diskusi, kadang kita tak mempunyai kesempatan untuk berbicara. Atau misalnya hanya bercerita dengan sahabat-sahabat, yang memonopoli pembicaraan justru sahabat-sahabat kita. Saya banyak mendapatkan pengalaman seperti itu, namun saya tetap menikmatinya dan terkadang juga pura-pura tidak tau. Inilah hal yang terbaik kulakukan agar sahabat semakin banyak, sambil belajar kepada mereka. Namun demikian, saya tidak pernah berhenti berkata-kata dengan sebuah tulisan. Bagiku disanalah saya berbicara dan bercerita, yang bisa mendengarkanku setiap waktu, setiap saat dan setiap detik yakni lewat tulisan-tulisan kita sendiri.
Tulisanlah yang bisa menempa, disaat ada gejolak pemikiran yang kadang tak bisa membuat kita tertidur. Dan tulisanlah yang dapat merubah warnah kebohongan menjadi warnah kebenaran yang seringkali merong-rong disetiap jengkal kehidupan kita.
Itulah kekuatan aku yang berbicara lewat tulisan. Perkataan dalam tulisan dapat mengisi sungai-sungai yang kering dan gunung yang telah runtuh akibat kejahatan dan keserakahan manusia. Perkataan dalam tulisan, ibarat pedang yang dapat menebas kepada mereka yang telah kehilangan moralitas. Saya teringat Marthin Luther King, Jr yang pernah mengatakan bahwa lengkungan moral dari alam semesta terletak pada lengan keadilan.
Ia, mungkin saja lengan keadilan yang dimaksud adalah lewat perkataan tulisan…..

                                                                                                Kendari, 12 Februari 2016
                                                                                                La Ode Halaidin
Sumber Gambar: kompasiana.com


0 komentar:

Posting Komentar