Deasy Tirayoh. Sumber foto: beritaklick.com |
Penyair
M Aan Mansyur ikut berkomentar di twitternya terkait 5 nama-nama penulis Indonesia
yang menjadi favorit netizen. Menanggapi itu, M Aan Mansyur justru menyebut
beberapa penulis dari Indonesia Timur. Dari deretan nama-nama yang saya baca,
ada satu nama yang menarik perhatian saya yaitu nama Deasy Tirayoh penulis dari
Sulawesi Tenggara.
Sebagai
orang Sultra, nama itu begitu asing ditelinga saya. Saya kemudian tertarik dan
menelusuri hasil karya-karyanya untuk ku baca.
Deasy Tirayoh
adalah salah satu penulis berbakat. Dari perjalanan kepenulisannya, Deasy sudah
menghasilkan beberapa sajak seperti Kaghati Kolope, yang menjadi puisi terbaik
pada lomba cipta cerpen dan puisi yang diselenggarakan oleh Kantor Bahasa
Sulawesi Tenggara. Dia juga sudah menghasilkan beberapa karya cerpen seperti Mas
In B Minor, Purnama di Atap Rumah, Udumbara, Dari Timur (2017), Kulminasi (2017),
Sadasa (2018), Cerpen Tani (2018) serta buku ontologi cerita mini bertajuk
Tanda Seruh di Tubuh.
Dari bakat
kepenulisannya, pada tahun 2015 Deasy Tirayoh lolos dalam penulisan bergengsi
Makassar Internasional Writers Festival (MIWF). Dia lalu mewakili Indonesia dalam
ajang Internasional, Ubud Writers and Readers Festival pada tahun 2016. Tak berhenti
disitu, pada tahun 2018 Deasy juga mewakili Indonesia di Majelis Sastra Asia
Tenggara.
Di Kendari,
nama Deasy dan karyanya kurang diperbincangkan. Pada hal dia adalah salah satu
penulis asal Indonesia Timur yang karya-karyanya sangat diapresiasi. Jika melihat
sepak terjangnya, bagi saya ini bukan hal biasa tapi sangat luar biasa. Dia telah
melewati lika-liku dan mengasah keterampilan kepenulisannya diberbagai ajang. Yang
paling terakhir, Deasy terlibat dan tampil bersama dengan para penulis muda
perwakilan Maestera se-Asia Tenggara yakni Indonesia, Brunei Darussalam,
Malaysia, Singapura dan Thailand.
Yang membuat
saya kagum dan pantas diidolakan, Deasy berhasil menulis beberapa skenario yang
telah diproduksi jadi film seperti Pelangi Menjuntai di Langit Muna,
Larumbalangi, Sahabat Merah Putih dan lain-lain. Untuk skenario film “Pelangi
Menjuntai di Langit Muna” saya telah menoton filmnya dan baru tahu ternyata
penulis skenarionya adalah Deasy Tirayoh. Hiksss....
Semoga saja
di Sultra semakin banyak melahirkan penulis-penulis berbakat seperti Deasy
Tirayoh juga seperti penulis tampan Yusran Darmawan. Kedepan, harusnya
penulis-penulis berbakat seperti diatas harus sering diberikan panggung untuk
kemudian membincangkan hasil karya-karyanya. Juga cara kita untuk menghargai
penulis-penulis lokal.
Kendari, 2 November
2019
0 komentar:
Posting Komentar