02 November 2019

Deasy Tirayoh

Deasy Tirayoh.
Sumber foto: beritaklick.com
Penyair M Aan Mansyur ikut berkomentar di twitternya terkait 5 nama-nama penulis Indonesia yang menjadi favorit netizen. Menanggapi itu, M Aan Mansyur justru menyebut beberapa penulis dari Indonesia Timur. Dari deretan nama-nama yang saya baca, ada satu nama yang menarik perhatian saya yaitu nama Deasy Tirayoh penulis dari Sulawesi Tenggara.
Sebagai orang Sultra, nama itu begitu asing ditelinga saya. Saya kemudian tertarik dan menelusuri hasil karya-karyanya untuk ku baca.
Deasy Tirayoh adalah salah satu penulis berbakat. Dari perjalanan kepenulisannya, Deasy sudah menghasilkan beberapa sajak seperti Kaghati Kolope, yang menjadi puisi terbaik pada lomba cipta cerpen dan puisi yang diselenggarakan oleh Kantor Bahasa Sulawesi Tenggara. Dia juga sudah menghasilkan beberapa karya cerpen seperti Mas In B Minor, Purnama di Atap Rumah, Udumbara, Dari Timur (2017), Kulminasi (2017), Sadasa (2018), Cerpen Tani (2018) serta buku ontologi cerita mini bertajuk Tanda Seruh di Tubuh.
Dari bakat kepenulisannya, pada tahun 2015 Deasy Tirayoh lolos dalam penulisan bergengsi Makassar Internasional Writers Festival (MIWF). Dia lalu mewakili Indonesia dalam ajang Internasional, Ubud Writers and Readers Festival pada tahun 2016. Tak berhenti disitu, pada tahun 2018 Deasy juga mewakili Indonesia di Majelis Sastra Asia Tenggara.
Di Kendari, nama Deasy dan karyanya kurang diperbincangkan. Pada hal dia adalah salah satu penulis asal Indonesia Timur yang karya-karyanya sangat diapresiasi. Jika melihat sepak terjangnya, bagi saya ini bukan hal biasa tapi sangat luar biasa. Dia telah melewati lika-liku dan mengasah keterampilan kepenulisannya diberbagai ajang. Yang paling terakhir, Deasy terlibat dan tampil bersama dengan para penulis muda perwakilan Maestera se-Asia Tenggara yakni Indonesia, Brunei Darussalam, Malaysia, Singapura dan Thailand.
Yang membuat saya kagum dan pantas diidolakan, Deasy berhasil menulis beberapa skenario yang telah diproduksi jadi film seperti Pelangi Menjuntai di Langit Muna, Larumbalangi, Sahabat Merah Putih dan lain-lain. Untuk skenario film “Pelangi Menjuntai di Langit Muna” saya telah menoton filmnya dan baru tahu ternyata penulis skenarionya adalah Deasy Tirayoh. Hiksss....
Semoga saja di Sultra semakin banyak melahirkan penulis-penulis berbakat seperti Deasy Tirayoh juga seperti penulis tampan Yusran Darmawan. Kedepan, harusnya penulis-penulis berbakat seperti diatas harus sering diberikan panggung untuk kemudian membincangkan hasil karya-karyanya. Juga cara kita untuk menghargai penulis-penulis lokal.
            Kendari, 2 November 2019

0 komentar:

Posting Komentar