14 Februari 2016

Manusia Kendari Yang Kehilangan Sopan Santun

Ilustrasi dari kisahimuslim.blogspot.com






















MUNGKIN KITA pernah kecewa dengan angkot yang jalannya lambat, menunggu penumpang ber-menit-menit dan sering ugal-ugalan. Di Kendari ini suda menjadi hal yang biasa. Kadang saya memaklumi itu, bahwa bagaimana pun juga mereka sedang mencari rejeki untuk menghidupi keluarga atau mengirimkan uang untuk orang tua mereka di kapung halamannya. Namun jika ugal-ugalan bukan untuk di maklumi, karena sangat membahayakan nyawaku dan juga nyawa penumpang lainnya.
Saya sering berdebat dengan sopir angkot yang keseringan menunggu penumpang hingga bermenit-menit, sampai-sampai hampir sejaman. Ini terjadi beberapa tahun yang lalu. Tahun 2012 ketika pada saat itu gedung kuliah kami di kampus baru sementara di renovasi dan di pindahkan untuk kuliah di kampus lama. Jarak normal untuk ke kampus lama cukup memakan waktu yang agak lama, sekitar 20-30 menitan. Jika sopir angkot menunggu penumpang yang terkadang tidak jelas, itu bisa memakan waktu satu jam-an setengah. Ini sungguh luar biasa konyol, waktu kita terbuang sia-sia hanya di angkot yang begitu panas.
Jika kita memberitahukan dengan baik, malah justru mereka yang memarahin. Kita lagi cari setoran pak, kata sopir seperti itu. Kalau anda buru-buru, silahkan turun tapi bayar, katanya lagi menceramahin. Kemudian saya akan memberitahukan, bukan itu masaalahnya pak, saya paham akan hal itu, tapi anda menunggu penumpang sudah terlalu lama, sedua hampir sejam-an dan saya suda terlambat untuk masuk kampus. Lalu kemudian akan tersadar bahwa sopir ini menunggu suda terlalu lama, dia akan mengatakan, maaf saya lupa.
Perkara selesai. Saya memaafkannya, tapi dia telah membuang waktuku dengan menunggu penumpang yang tak kunjung datang. Saya terlambat dan tidak di izinkan masuk kuliah sedangkan pak sopir terus mencari uang tanpa beban, tanpa memikirkan orang yang telah dirugikannya. Si sopir tidak akan berpikir bahwa saya akan ketinggalan mata kuliah dan mendapat nilai error dan saya memikirkankan si sopir angkot agar mendapatkan uang dan mengirimkan uang untuk orang tuanya atau untuk menghidupi keluarganya.
Tidak ada timba balik di sini. Si sopir angkot hanya mencari kepuasan sendiri karena mungkin untuk kepentingan yang menurutnya lebih besar. Sedangkan saya, justru kepentingan yang lebih besar yang menyangkut masa depan.
Aahhh… tapi saya tidak mau membahas dan mempermasalahkan ini. Kendari memang tidak sesopan santun dengan keramah-tamahan seperti kota-kota lain di Indonesia. Kota Kendari juga penuh dengan hiruk-pikuk preman. Ada preman kampus, preman parkir, preman lorong, preman pejabat dan juga preman angkot. Semua preman, mengisi saluran-saluran kosong itu. Sementara kebanyakan orang telah meninggalkan jabatan preman konyol itu kecuali preman pejabat. Orang justru berduyung-duyung kesana karena banyak menghasilkan uang dengan proyek-proyek basahnya. Jika tidak dikasih, lagak premannya akan kelihatan. Mengancam, meneror dan mendatangkan preman.
***
Dan tadi malam saya justru bertemu dengan preman angkot, yang cukup menggelitik. Orangnya masih muda, ia seperti anak sekolahan yang masih duduk SMA. Pada saat saya naik di mobil angkotnya untuk melirik buku-buku di tokoh buku gramedia Kendari, anak muda itu biasa-biasa saja. Saya melihatnya pendiam, namun setelah diperjalanan dan bertemu dengan teman-temannya dia malah singgah untuk menenggak alkohol. Pikirku, ternyata anak muda in tak punya sopan santun dan tak punya keramah-tamahaan sama sekali. Anak muda itu meninggalkan kami beberapa menit hanya untuk menenggak alkohol dan kemudian mengemudikan mobilnya yang suaranya sangat berisik. Yang menjadi kekhawatiran saya adalah jika anak muda itu mabuk dan tentu ini sangat membahayakan nyawa-nyawa kami.
Pikirku, seharusnya anak muda itu memikirkan keselamatan kami. Dan salah satu caranya adalah menghargai kami yang ada di dalam mobil angkotnya. Anak muda itu seharusnya harus ramah kepada penumpangnya yang telah memberikannya sedikit rejeki. Entah rejeki itu untuk sebuah alkohol atau apapun itu, selama ada penummpangnya di dalam mobil, anak muda itu seharusnya memberikan sebuah ke-sopan santunan dan menghormati di setiap orang di sekelilingnya.
Inilah yang membuat saya tidak merasa nyaman berada di Kendari. Manusia-manusianya cukup rumit untuk dipahami dan tidak memelihara toleransi.
Ia, tapi itulah manusia. Dunia memang tempat manusia yang selalu berbuat khilaf. Namun jika anak muda itu akan terus mengulanginya, maka dia tak jauh-jauh sama halny seperti mitos Sisyphus yang di kisahkan oleh Alber Camus dengan melakukan hal-hal yang tak bermakna yakni terus mendorong batu raksasa yang diatas puncak lalu setelah tiba dipuncaknya batu tersebut akan menggelinding jatuh kebawah, lalu kemudian akan didorongnya lagi. Dan inilah yang mengabsurdkan kehidupan.

                                                                                                Kendari, 14 Februari 2016


2 komentar:

  1. Ebuset supir angkotnya muda tapi malah turun buat nenggak alkohol, heran deh ada yang begitu. Aku yang di Jakarta yang klo supir angkot ngebut aja sebel apalagi gitu pasti ya kesel. Ga mikirin kesalamatan penumpangnya, T_T

    BalasHapus
  2. Ia, beginilah Kendari. Saya juga kadang kesal dengan kelakuan mereka, tapi merasa kasian juga terutama sopir angkot yang suda tua-tua yang menyetir dengan bener.

    Salam

    BalasHapus