Ilustrasi dari kisahimuslim.blogspot.com |
MUNGKIN
KITA pernah kecewa dengan angkot yang jalannya lambat, menunggu penumpang
ber-menit-menit dan sering ugal-ugalan. Di Kendari ini suda menjadi hal yang
biasa. Kadang saya memaklumi itu, bahwa bagaimana pun juga mereka sedang
mencari rejeki untuk menghidupi keluarga atau mengirimkan uang untuk orang tua
mereka di kapung halamannya. Namun jika ugal-ugalan bukan untuk di maklumi,
karena sangat membahayakan nyawaku dan juga nyawa penumpang lainnya.
Saya
sering berdebat dengan sopir angkot yang keseringan menunggu penumpang hingga
bermenit-menit, sampai-sampai hampir sejaman. Ini terjadi beberapa tahun yang
lalu. Tahun 2012 ketika pada saat itu gedung kuliah kami di kampus baru
sementara di renovasi dan di pindahkan untuk kuliah di kampus lama. Jarak
normal untuk ke kampus lama cukup memakan waktu yang agak lama, sekitar 20-30
menitan. Jika sopir angkot menunggu penumpang yang terkadang tidak jelas, itu
bisa memakan waktu satu jam-an setengah. Ini sungguh luar biasa konyol, waktu
kita terbuang sia-sia hanya di angkot yang begitu panas.
Jika
kita memberitahukan dengan baik, malah justru mereka yang memarahin. Kita lagi
cari setoran pak, kata sopir seperti itu. Kalau anda buru-buru, silahkan turun
tapi bayar, katanya lagi menceramahin. Kemudian saya akan memberitahukan, bukan
itu masaalahnya pak, saya paham akan hal itu, tapi anda menunggu penumpang
sudah terlalu lama, sedua hampir sejam-an dan saya suda terlambat untuk masuk
kampus. Lalu kemudian akan tersadar bahwa sopir ini menunggu suda terlalu lama,
dia akan mengatakan, maaf saya lupa.
Perkara
selesai. Saya memaafkannya, tapi dia telah membuang waktuku dengan menunggu
penumpang yang tak kunjung datang. Saya terlambat dan tidak di izinkan masuk
kuliah sedangkan pak sopir terus mencari uang tanpa beban, tanpa memikirkan
orang yang telah dirugikannya. Si sopir tidak akan berpikir bahwa saya akan
ketinggalan mata kuliah dan mendapat nilai error dan saya memikirkankan si
sopir angkot agar mendapatkan uang dan mengirimkan uang untuk orang tuanya atau
untuk menghidupi keluarganya.
Tidak
ada timba balik di sini. Si sopir angkot hanya mencari kepuasan sendiri karena
mungkin untuk kepentingan yang menurutnya lebih besar. Sedangkan saya, justru
kepentingan yang lebih besar yang menyangkut masa depan.
Aahhh…
tapi saya tidak mau membahas dan mempermasalahkan ini. Kendari memang tidak
sesopan santun dengan keramah-tamahan seperti kota-kota lain di Indonesia. Kota
Kendari juga penuh dengan hiruk-pikuk preman. Ada preman kampus, preman parkir,
preman lorong, preman pejabat dan juga preman angkot. Semua preman, mengisi
saluran-saluran kosong itu. Sementara kebanyakan orang telah meninggalkan
jabatan preman konyol itu kecuali preman pejabat. Orang justru berduyung-duyung
kesana karena banyak menghasilkan uang dengan proyek-proyek basahnya. Jika
tidak dikasih, lagak premannya akan kelihatan. Mengancam, meneror dan
mendatangkan preman.
***
Dan
tadi malam saya justru bertemu dengan preman angkot, yang cukup menggelitik.
Orangnya masih muda, ia seperti anak sekolahan yang masih duduk SMA. Pada saat
saya naik di mobil angkotnya untuk melirik buku-buku di tokoh buku gramedia
Kendari, anak muda itu biasa-biasa saja. Saya melihatnya pendiam, namun setelah
diperjalanan dan bertemu dengan teman-temannya dia malah singgah untuk
menenggak alkohol. Pikirku, ternyata anak muda in tak punya sopan santun dan
tak punya keramah-tamahaan sama sekali. Anak muda itu meninggalkan kami
beberapa menit hanya untuk menenggak alkohol dan kemudian mengemudikan mobilnya
yang suaranya sangat berisik. Yang menjadi kekhawatiran saya adalah jika anak
muda itu mabuk dan tentu ini sangat membahayakan nyawa-nyawa kami.
Pikirku,
seharusnya anak muda itu memikirkan keselamatan kami. Dan salah satu caranya
adalah menghargai kami yang ada di dalam mobil angkotnya. Anak muda itu
seharusnya harus ramah kepada penumpangnya yang telah memberikannya sedikit
rejeki. Entah rejeki itu untuk sebuah alkohol atau apapun itu, selama ada penummpangnya
di dalam mobil, anak muda itu seharusnya memberikan sebuah ke-sopan santunan
dan menghormati di setiap orang di sekelilingnya.
Inilah
yang membuat saya tidak merasa nyaman berada di Kendari. Manusia-manusianya
cukup rumit untuk dipahami dan tidak memelihara toleransi.
Ia,
tapi itulah manusia. Dunia memang tempat manusia yang selalu berbuat khilaf.
Namun jika anak muda itu akan terus mengulanginya, maka dia tak jauh-jauh sama halny
seperti mitos Sisyphus yang di kisahkan oleh Alber Camus dengan melakukan
hal-hal yang tak bermakna yakni terus mendorong batu raksasa yang diatas puncak
lalu setelah tiba dipuncaknya batu tersebut akan menggelinding jatuh kebawah,
lalu kemudian akan didorongnya lagi. Dan inilah yang mengabsurdkan kehidupan.
Kendari,
14 Februari 2016
Ebuset supir angkotnya muda tapi malah turun buat nenggak alkohol, heran deh ada yang begitu. Aku yang di Jakarta yang klo supir angkot ngebut aja sebel apalagi gitu pasti ya kesel. Ga mikirin kesalamatan penumpangnya, T_T
BalasHapusIa, beginilah Kendari. Saya juga kadang kesal dengan kelakuan mereka, tapi merasa kasian juga terutama sopir angkot yang suda tua-tua yang menyetir dengan bener.
BalasHapusSalam