11 September 2015

Harus Pindah Lagi


Lagi-lagi saya harus pindah tempat kos. Entah kemana lagi saya harus tinggal! Saat ini saya belum menemukan tempat, dimana saya harus menetap untuk beberapa bulan atau tahun kedepan. Sebagai laki-laki yang belum menikah seharusnya tidak mempersoalkan hal ini, nginap dirumah keluarga atau dikamar teman sudah menjadi langka-langka saya. Namun, saya membutuhkan tempat yang tenang, agar bisa belajar untuk menulis dan membaca lebih banyak buku-buku.

Pindah tempat tinggal suda menjadi bagian dalam perjalanan hidupku. Dari semester awal kuliah saya suda pindah-pindah tempat. Dari wayong ke mekar. Kemudian dari mekar nge-kos di kampus baru kemudian ke wayong lagi. Tempat tinggal di wayong yang satu ini, rumah keluarga jadinya gratis tidak di bayar. Seiring berjalannya waktu kami disuruh harus menyewa rumah itu, sedangkan jarak dikampus sangat jauh. Jadinya saya harus pindah lagi ke-kampus baru karena saya anggap cara itu lebih irit.

Malam ini, saya terus memikirkan kepindahan itu. Adik saya juga kuliah dan dia harus nge-kos sama sepupu-sepupu perempuanku karena jarak wayong ke kampus sangat jauh. Jika menyewa kos bersama itu akan memakan uang banyak dan kedua orang tua kiranya tidak akan mampu untuk menanggung itu. Agar tidak memberatkan dan memakan uang banyak saya pun harus rela untuk tidak nge-kos lagi. Saya harus punya ketabahan dan kesabaran dalam menghadapi semua ini.

Biarlah saya berjalan sesuai dengan roda-roda kehidupan. Biarlah saya beratapkan langit yang panas dan hujan, beralaskan tikar kerikil, bermandikan cucuran keringat dan mencium bauh busuk di jalanan agar lebih memahami makna terdalam sebuah kehidupan. Hidup ini memang tidak bisa dibuat mati, tapi harus menunjukan langka-langka itu untuk menuju sebuah impian.


Ia, hidup memang harus diperjuangkan dan dipertaruhkan jika tidak maka kemenangan tidak akan pernah kita gapai dalam hidup. Friederich schiller suda mengatakan ini bahwa “hidup yang tidak dipertaruhkan tidak layak untuk dimenangkan”.

Olehnya itu, kita harus terus bergerak menyusuri kerikil kehidupan, apapun yang terjadi. Keterbatasan bukan berarti rintangan untuk menggapi impian dalam hidup. Kerasnya kehidupan bukan berarti kita harus menghentikan langka untuk kemudian berdiam diri tapi langkahkanlah kaki-kaki itu meskipun berat. Ada yang mengatakan bahwa untuk mencapai gunung-gunung tertinggi itu bukan dimulai dari beribu-ribu langka tapi satu langka kaki kita ke depan. Inilah patokan yang saya ambil.

Dalam beberapa hari kedepan saya tidak tau tinggal dimana, bertedu dimana, makan dan minum dimana! Namun akan ku jalani kehidupanku apa adanya. Semoga kedepan akan menjadi berkah buat kehidupanku.

Maaf ini hanya curhatan hati saya, yang tidak bisa membuat saya tidur di tengah malam ini.


                                                                           Kendari, 12 September 2015


0 komentar:

Posting Komentar