Tanggal 6 Desember 1878 di Georgia,
daerah yang sangat miskin, kumuh dan terdapat banyak para gerombolan yang suka
berkelahi, lahirlah seorang bayi kecil bernama Josef, dipanggil Soso dan
kemudian menjadi Stalin. Soso lahir dari seorang perempuan yang cantik, yang
berumur 17 tahun bernama Keke, sedangkan ayahnya bernama Beso seorang tukang
sepatu, yang kemudian menjadi pemabuk dan disebut si Beso gila. Begitulah Keke
istrinya menyebutnya, karena selalu mabuk-mabukan dan marah-marah setiap pulang
ke rumah.
Stalin kecil adalah seorang yang kurus,
lemah dan rapuh. Dia hidup dalam keluarga yang miskin, setelah ayahnya
bangkrut. Sebelumnya, bisnis bengkel sepatu Beso berkembang dan makmur, dan
sempat menerima murid dan mempekerjakan 10 karyawan. Namun karena adanya
kecumburan dalam pernikahannya dengan istrinya Keke, dengan Koba Egnatashvili
atau Damian Davrichewy, dia menenggelamkan dirinya dalam kencanduan alkohol dan
membuat bisnisnya berantakan.
Disitulah si Stalin kecil makin
menyebarkan petualangannya dengan dunia luar. Dia menghabiskan waktu luangnya
jauh dari ibunya Keke, memilih jalan-jalan di Kota Gori, sebuah tempat di
dominasi oleh mabuk-mabukan, tempatnya berdoa dan juga berkelahi. Inilah alasan
Stalin kecil untuk pergi, kemiskinan melanda dan menerpa keluarga Si Soso
kecil. Soso atau Stalin adalah tipikal seorang Goreli atau penduduk Gori yang
sangat terkenal sebagai matrabazi,
penjahat angkuh sekaligus kasar. Dan Kota Gori adalah kota yang memiliki
keliaran alami yang indah dan orisinil dengan caranya sendiri, langit yang
panas, suara air yang gemuruh di Kura, gunung yang tidak terlalu jauh dengan
gua-gua dan lebih menarik lagi adalah terletak dipegunungan Kaukasia dengan saljunya
yang tak pernah mencair, begitula kata penulis Maxim Gorky.
Sejak kecil Stalin suda berkepribadian
untuk menjadi pemimpin. Dia sering memimpin kelompoknya untuk memanjat lereng
curam ke Gorijvari atau gunung di mana kastil dengan dinding kuning tinggi
berdiri menjulang. Stalin juga mempunyai kehausan akan belajar, melekat dalam
dirinya, bahkan pernah membaca buku-buku yang disukai sampai fajar dan tidak
mendengarkan ucapan ibunya untuk cepat tidur.
Pada usia remaja, Stalin harus belajar
dan terus memfokuskan dirinya bergelut dengan ilmu pengetahuan. Dia belajar
secara otodidak, menjadi intelektual dan penyair yang dikagumi oleh
sahabat-sahabatnya. Tempatnya belajar adalah di seminari Tsar yang sangat
terkenal akan tradisinya yang bengis, filosofi pendidikan pertengahan dan
aturan bertangan basi, seperti itulah komentar Trotsky. Dia mulai mengenal
pemberontakan di sekolahnya seminari, mendengar dari mentornya Lado, dimana
seorang murid menghajar seorang rektor karena berkata bahwa bahasa Georgia
adalah bahasa anjing. Di seminari itulah justru dapat melahirkan dan memasok
orang-orang yang paling radikal dalam revolusi Rusia.
Seorang kawan Stalin, Philip Makharadze
mengatakan, kantung batu itu secara harfiah memang benar-benar menjadi sekolah
asrama bagi para revolusioner. Soso atau Stalin tetap tenang, sopan dan selalu
merenungi kepercayaan dan nilai-nilai pribadinya dan makin sadar diri, menjadi
penyair romantis yang selalu belajar dengan tekun. Ia menjadi murid yang
terbaik, mendapatkan nilai yang cemerlang dan menjadi urutan ke 8 dalam
angkatannya.
Selepas dari siswa seminari, ia mulai
mahir menulis puisi-puisi, menjadi penyanyi gereja, dan penyair romantis yang
sangat terkenal. Namun dengan kepandaian itu, ia akan memulia membunuh,
merampok, menghina, mengejek dan menertawakan orang-orang yang tidak sejalan
dengannya. Ia menghina dan menghancurkan aliran modernisme dalam puisi tetapi
mempromosikan pandanganya yang merupakan versi yang terdistorsi dan romantisme,
yaitu realism sosialis. Ia menghormati bakat artistik dan lebih baik membunuh
lawan-lawan politiknya di partai daripada membunuh para penyair yang berbakat.
Namun dikesempatan lain ia merendahkan, menertawakan dan memiskinkan mereka.
Yang saya sukai dari seorang Stalin
adalah kecerdasannya dengan terus membaca buku-buku. Bahkan pernah waktu berada
di pengasingan, lalu kedinginan melingkari dirinya dengan buku-buku. Ia jarang
berpisah dengan buku-buku, ketika berada dipengasingan dan tak punya buku dia
akan mengirim surat kepada sahabatnya lalu mengatakan ‘kirimkanlah buku-buku,
saya jenuh dan tak ada yang bisa ku perbuat disini’. Ia juga sering berbagi
buku-buku bersama dengan sahabat-sahabatnya, mengajak sahabatnya untuk
bercerita tentang sastra, keadaan nasionalnya, politik dan lain sebagainya. Dialah
seorang marxis sejati, seorang yang memuja Vladimir Illich Ulyanov yang
kemudian dikenal Lenin sebagai ‘Elang Gunung’. Ia pernah mengatakan bahwa Lenin
telah terbentuk dalam imajinasinya sebagai sosok raksasa megah dan mengesankan.
Dengan itu ia terus mempelajari Marxis,
meskipun di sekolah seminari terus kedapatan karena membaca buku-buku
terlarang. Novel Victor Hugo jugalah yang mengubah hidup Stalin menjadi
seseorang yang tegar dan tak kenal lelah. Dalam novel Victor Hugo yang berjudul
1973, karakter pahlawannya adalah
Cimourdain, seorang pendeta revolusioner akan menjadi prototipe Stalin. Dia
juga membaca karya terlarang Alexander Kazbegi, The Patricide, yang karakter utamanya seorang pahlawan bernama
Koba. Di novel itu Koba berperang melawan Rusia, mengorbankan semuanya demi
istri dan negaranya, lalu melancarkan dendam dahsyat kepada musuh-musuhnya.
Bagi Stalin, Koba adalah Tuhan yang dapat memberi arti dalam hidupnya,
begitulah kata Iremashfili sahabat Stalin.
Sang penyair ini kemudian menjadi
fanatik, yang mempercayai sebuah keimanan mistis semu sebagai tempat
mencurahkan seluruh hidupnya. Stalin mempunyai pandangan hidup atau sistem
filsafat yang mereka dijadikan sebagai agama bahwa revolusi proletar itu
sendiri ditakdirkan oleh sejarah untuk membebaskan manusia dan membawah
kebahagiaan di dunia. Namun ia mengakui bahwa kemanusiaan akan mengalami
percobaan hebat, penderitaan, dan perubahan sebelum akhirnya mencapai
sosialisme. Doktrin ini merupakan ajaran dari Marxisme tentang pertentangan
kelas, dimana pembebasannya merupakan katalis bagi kebebasan individu.
***
Di Batumi ia terus melakukan
pemberontakan-pemberontakan. Ia tak mengenal kasihan kepada mereka yang
bersebrangan. Melakukan penangkapan, pembantian dan pembakaran untuk mendukung
revolusioner mereka. Disinilah ia memulai kekejaman demi kekejaman, demi
mewujudkan sebuah idealismenya yang bahkan begitu kejam. Selama di Batumi ia
dipenjara, keluar dan dipenjara lagi. Ia melakukan banyak perampokan, yang
kemudian mengalami pengasingan di Siberia. Mencoba melarikan diri dari
pengasingan, namun terkadang ia tidak ingin melarikan diri ketika menemukan
sosok wanita yang kemudian memenuhi seksual liberalnya.
Stalin muda memulia revolusinya pada
tahun 1905. Ia juga mulai memimpin orang-orang bersenjata, merasakan kekuasaan
dan merangkul para peneror dan gangsterisme. Ia mulai ditakuti oleh
lawan-lawannya. Dibalik kekejaman yang dilakukannya, ia juga seorang pencinta. Ia
sangat mencintai Kato istrinya, namun dengan sekejap meninggalkannya demi
impiannya.
Ketika istrinya Kato meninggal ia
menangis terisak-isak. Ia mengatakan bahwa kehidupan pribadinya hancur, lalu kemudian
mengatakan bahwa tidak ada yang mengikatnya untuk hidup kecuali sosialisme. Ia terus
mendedikasikan eksistensinya untuk sosialisme yang merupakan rasionalisasi yang
dia gunakan untuk menjelaskan tragedi yang lebih tak terkatakan yang diatur
sendiri oleh kalurga dan kawan-kawannya. Dengan tragedi itu, ia hidup tidak
menetap, beroindah-pindah. Bahkan dalam suatu kesempatan, ketika merenungi
perjalanan hidupnya, ia sempat mengatakan bahwa politik adalah bisnis kotor;
kami semua melakukan pekerjaan kotor untuk revolusi, kata Stalin. Ia mengakui
telah melakukan berbagai macam kejahatan-kejahatan seperti penipuan, pemalsuan
mata uang, pemerasan, perampokan bank, pembajakan, pemerasan berkedok
pengamanan serta agitasi dan jurnalisme politik. Ia seperti sebuah keluarga
mafia yang cukup sukses.
Dengan kejahatan-kejahatan yang dilakukannya,
dia berhasil mengumpulkan dana kecil-kecilnya untuk mendukung sebuah revolusi,
menggulingkan kaisar Nocholas II. Ia dengan Lenin berhasil menguasai gedung
istana Nicholas II, melakukan kudeta dengan pertempuran hingga memakan ribuan korban
nyawa.
Yang saya tidak suka adalah gaya Stalin
pada saat berkuasa. Dialah sang diktator paranoid, membunuh orang-orang
terdekatnya bahkan yang termasuk dalam keluarganya. Ia melakukan pembunuhan,
perburuan seperti rubah, dengan darah yang mendidih oleh kegembiraan dan
kesombongan. Ia berkuasa selama 36 tahun sampai meninggalnya sang diktator ini,
namun jutaan nyawa melayang oleh keganasan-keganasan yang telah dilakukaknnya. Ia
pernah mengatakan bahwa revolusi tanpa penjara itu tidak aka ada. Ini sama
halnya bahwa revolusi tanpa korban nyawa, tak akan terwujud.
Dan pada akhirnya sejarah telah
menempatkan mereka para pemimpin diktator yang sangat kejam di dunia bersama dengan
Hitler, Mussolini dan Lenin dan juga mungkin Soeharto di Indonesia. Inilah adalah
sejarah kelam, karena kebengisan dan kehausan akan kekuasaan. Mereka dipuja
didepan, namun juga dihina dibelakang dunia.
Laode
Halaidin
Kendari,
1 Juni 2016
0 komentar:
Posting Komentar