01 Juni 2016

Stalin Muda: Intelektual, Penyair, Pemberontak dan Diktator Paranoid




Tanggal 6 Desember 1878 di Georgia, daerah yang sangat miskin, kumuh dan terdapat banyak para gerombolan yang suka berkelahi, lahirlah seorang bayi kecil bernama Josef, dipanggil Soso dan kemudian menjadi Stalin. Soso lahir dari seorang perempuan yang cantik, yang berumur 17 tahun bernama Keke, sedangkan ayahnya bernama Beso seorang tukang sepatu, yang kemudian menjadi pemabuk dan disebut si Beso gila. Begitulah Keke istrinya menyebutnya, karena selalu mabuk-mabukan dan marah-marah setiap pulang ke rumah.
Stalin kecil adalah seorang yang kurus, lemah dan rapuh. Dia hidup dalam keluarga yang miskin, setelah ayahnya bangkrut. Sebelumnya, bisnis bengkel sepatu Beso berkembang dan makmur, dan sempat menerima murid dan mempekerjakan 10 karyawan. Namun karena adanya kecumburan dalam pernikahannya dengan istrinya Keke, dengan Koba Egnatashvili atau Damian Davrichewy, dia menenggelamkan dirinya dalam kencanduan alkohol dan membuat bisnisnya berantakan.
Disitulah si Stalin kecil makin menyebarkan petualangannya dengan dunia luar. Dia menghabiskan waktu luangnya jauh dari ibunya Keke, memilih jalan-jalan di Kota Gori, sebuah tempat di dominasi oleh mabuk-mabukan, tempatnya berdoa dan juga berkelahi. Inilah alasan Stalin kecil untuk pergi, kemiskinan melanda dan menerpa keluarga Si Soso kecil. Soso atau Stalin adalah tipikal seorang Goreli atau penduduk Gori yang sangat terkenal sebagai matrabazi, penjahat angkuh sekaligus kasar. Dan Kota Gori adalah kota yang memiliki keliaran alami yang indah dan orisinil dengan caranya sendiri, langit yang panas, suara air yang gemuruh di Kura, gunung yang tidak terlalu jauh dengan gua-gua dan lebih menarik lagi adalah terletak dipegunungan Kaukasia dengan saljunya yang tak pernah mencair, begitula kata penulis Maxim Gorky.
Sejak kecil Stalin suda berkepribadian untuk menjadi pemimpin. Dia sering memimpin kelompoknya untuk memanjat lereng curam ke Gorijvari atau gunung di mana kastil dengan dinding kuning tinggi berdiri menjulang. Stalin juga mempunyai kehausan akan belajar, melekat dalam dirinya, bahkan pernah membaca buku-buku yang disukai sampai fajar dan tidak mendengarkan ucapan ibunya untuk cepat tidur.
Pada usia remaja, Stalin harus belajar dan terus memfokuskan dirinya bergelut dengan ilmu pengetahuan. Dia belajar secara otodidak, menjadi intelektual dan penyair yang dikagumi oleh sahabat-sahabatnya. Tempatnya belajar adalah di seminari Tsar yang sangat terkenal akan tradisinya yang bengis, filosofi pendidikan pertengahan dan aturan bertangan basi, seperti itulah komentar Trotsky. Dia mulai mengenal pemberontakan di sekolahnya seminari, mendengar dari mentornya Lado, dimana seorang murid menghajar seorang rektor karena berkata bahwa bahasa Georgia adalah bahasa anjing. Di seminari itulah justru dapat melahirkan dan memasok orang-orang yang paling radikal dalam revolusi Rusia.
Seorang kawan Stalin, Philip Makharadze mengatakan, kantung batu itu secara harfiah memang benar-benar menjadi sekolah asrama bagi para revolusioner. Soso atau Stalin tetap tenang, sopan dan selalu merenungi kepercayaan dan nilai-nilai pribadinya dan makin sadar diri, menjadi penyair romantis yang selalu belajar dengan tekun. Ia menjadi murid yang terbaik, mendapatkan nilai yang cemerlang dan menjadi urutan ke 8 dalam angkatannya.
Selepas dari siswa seminari, ia mulai mahir menulis puisi-puisi, menjadi penyanyi gereja, dan penyair romantis yang sangat terkenal. Namun dengan kepandaian itu, ia akan memulia membunuh, merampok, menghina, mengejek dan menertawakan orang-orang yang tidak sejalan dengannya. Ia menghina dan menghancurkan aliran modernisme dalam puisi tetapi mempromosikan pandanganya yang merupakan versi yang terdistorsi dan romantisme, yaitu realism sosialis. Ia menghormati bakat artistik dan lebih baik membunuh lawan-lawan politiknya di partai daripada membunuh para penyair yang berbakat. Namun dikesempatan lain ia merendahkan, menertawakan dan memiskinkan mereka.
Yang saya sukai dari seorang Stalin adalah kecerdasannya dengan terus membaca buku-buku. Bahkan pernah waktu berada di pengasingan, lalu kedinginan melingkari dirinya dengan buku-buku. Ia jarang berpisah dengan buku-buku, ketika berada dipengasingan dan tak punya buku dia akan mengirim surat kepada sahabatnya lalu mengatakan ‘kirimkanlah buku-buku, saya jenuh dan tak ada yang bisa ku perbuat disini’. Ia juga sering berbagi buku-buku bersama dengan sahabat-sahabatnya, mengajak sahabatnya untuk bercerita tentang sastra, keadaan nasionalnya, politik dan lain sebagainya. Dialah seorang marxis sejati, seorang yang memuja Vladimir Illich Ulyanov yang kemudian dikenal Lenin sebagai ‘Elang Gunung’. Ia pernah mengatakan bahwa Lenin telah terbentuk dalam imajinasinya sebagai sosok raksasa megah dan mengesankan.
Dengan itu ia terus mempelajari Marxis, meskipun di sekolah seminari terus kedapatan karena membaca buku-buku terlarang. Novel Victor Hugo jugalah yang mengubah hidup Stalin menjadi seseorang yang tegar dan tak kenal lelah. Dalam novel Victor Hugo yang berjudul 1973, karakter pahlawannya adalah Cimourdain, seorang pendeta revolusioner akan menjadi prototipe Stalin. Dia juga membaca karya terlarang Alexander Kazbegi, The Patricide, yang karakter utamanya seorang pahlawan bernama Koba. Di novel itu Koba berperang melawan Rusia, mengorbankan semuanya demi istri dan negaranya, lalu melancarkan dendam dahsyat kepada musuh-musuhnya. Bagi Stalin, Koba adalah Tuhan yang dapat memberi arti dalam hidupnya, begitulah kata Iremashfili sahabat Stalin.
Sang penyair ini kemudian menjadi fanatik, yang mempercayai sebuah keimanan mistis semu sebagai tempat mencurahkan seluruh hidupnya. Stalin mempunyai pandangan hidup atau sistem filsafat yang mereka dijadikan sebagai agama bahwa revolusi proletar itu sendiri ditakdirkan oleh sejarah untuk membebaskan manusia dan membawah kebahagiaan di dunia. Namun ia mengakui bahwa kemanusiaan akan mengalami percobaan hebat, penderitaan, dan perubahan sebelum akhirnya mencapai sosialisme. Doktrin ini merupakan ajaran dari Marxisme tentang pertentangan kelas, dimana pembebasannya merupakan katalis bagi kebebasan individu.
***
Di Batumi ia terus melakukan pemberontakan-pemberontakan. Ia tak mengenal kasihan kepada mereka yang bersebrangan. Melakukan penangkapan, pembantian dan pembakaran untuk mendukung revolusioner mereka. Disinilah ia memulai kekejaman demi kekejaman, demi mewujudkan sebuah idealismenya yang bahkan begitu kejam. Selama di Batumi ia dipenjara, keluar dan dipenjara lagi. Ia melakukan banyak perampokan, yang kemudian mengalami pengasingan di Siberia. Mencoba melarikan diri dari pengasingan, namun terkadang ia tidak ingin melarikan diri ketika menemukan sosok wanita yang kemudian memenuhi seksual liberalnya.
Stalin muda memulia revolusinya pada tahun 1905. Ia juga mulai memimpin orang-orang bersenjata, merasakan kekuasaan dan merangkul para peneror dan gangsterisme. Ia mulai ditakuti oleh lawan-lawannya. Dibalik kekejaman yang dilakukannya, ia juga seorang pencinta. Ia sangat mencintai Kato istrinya, namun dengan sekejap meninggalkannya demi impiannya.
Ketika istrinya Kato meninggal ia menangis terisak-isak. Ia mengatakan bahwa kehidupan pribadinya hancur, lalu kemudian mengatakan bahwa tidak ada yang mengikatnya untuk hidup kecuali sosialisme. Ia terus mendedikasikan eksistensinya untuk sosialisme yang merupakan rasionalisasi yang dia gunakan untuk menjelaskan tragedi yang lebih tak terkatakan yang diatur sendiri oleh kalurga dan kawan-kawannya. Dengan tragedi itu, ia hidup tidak menetap, beroindah-pindah. Bahkan dalam suatu kesempatan, ketika merenungi perjalanan hidupnya, ia sempat mengatakan bahwa politik adalah bisnis kotor; kami semua melakukan pekerjaan kotor untuk revolusi, kata Stalin. Ia mengakui telah melakukan berbagai macam kejahatan-kejahatan seperti penipuan, pemalsuan mata uang, pemerasan, perampokan bank, pembajakan, pemerasan berkedok pengamanan serta agitasi dan jurnalisme politik. Ia seperti sebuah keluarga mafia yang cukup sukses.
Dengan kejahatan-kejahatan yang dilakukannya, dia berhasil mengumpulkan dana kecil-kecilnya untuk mendukung sebuah revolusi, menggulingkan kaisar Nocholas II. Ia dengan Lenin berhasil menguasai gedung istana Nicholas II, melakukan kudeta dengan pertempuran hingga memakan ribuan korban nyawa.
Yang saya tidak suka adalah gaya Stalin pada saat berkuasa. Dialah sang diktator paranoid, membunuh orang-orang terdekatnya bahkan yang termasuk dalam keluarganya. Ia melakukan pembunuhan, perburuan seperti rubah, dengan darah yang mendidih oleh kegembiraan dan kesombongan. Ia berkuasa selama 36 tahun sampai meninggalnya sang diktator ini, namun jutaan nyawa melayang oleh keganasan-keganasan yang telah dilakukaknnya. Ia pernah mengatakan bahwa revolusi tanpa penjara itu tidak aka ada. Ini sama halnya bahwa revolusi tanpa korban nyawa, tak akan terwujud.
Dan pada akhirnya sejarah telah menempatkan mereka para pemimpin diktator yang sangat kejam di dunia bersama dengan Hitler, Mussolini dan Lenin dan juga mungkin Soeharto di Indonesia. Inilah adalah sejarah kelam, karena kebengisan dan kehausan akan kekuasaan. Mereka dipuja didepan, namun juga dihina dibelakang dunia.
                                                                                        Laode Halaidin
                                                                                        Kendari, 1 Juni 2016

0 komentar:

Posting Komentar