15 Juni 2016

Puncak dan Sumber Ketenangan


Dipuncak, saya bisa menemukan diriku, dapat mengeluarkan segala keluh-kesah yanga ada.
Dipuncak, saya bisa bersuara, menyuarakan segalah keresahan tentang hidup masyarakat kecil yang semakin dilindas oleh kekuasaan.
Dipuncak, saya bisa menuliskan catatan-catatan mengenai hal-hal yang tidak ku sukai terhadap keadaan di bangsa ini.
Dipuncak, kita bisa bersama-sama bersua tanpa ada pembeda, kelas dan pihak-pihak yang ingin menggusur. Dipuncak kita semua satu kawanku, tersatukan oleh alam yang selalu menerima.
Dan hanya dipuncaklah dibawah langit, sebuah kehidupan yang hidup. Puncak dengan segala nuansa keindahan, kesejukan serta penuh kedamaian seperti sebuah telaga yang tenang dan hening dibelantara samudra.
Sementara kehidupan dibawah puncak, merupakan sebuah kehidupan yang kotor, penuh orang-orang munafik yang katanya demi sebuah demokrasi dan kepentingan rakyat proletar, namun mengangkanginya untuk kekuasaan, relasi bisnis, partai, para menteri dan mungkin juga keluarga istana.
Saya benci terhadap semua, kehidupan yang memarjinalkan rakyat kecil. Eksekutif yang hidup mentereng, legislatif pusat maupun di daerah yang berfoya-foya, Kolusi, Korupsi dan Nepotisme, papa minta saham, Narkoba, bisnis miras, kekerasan terhadap PRT dan lain sebagainya.
Sementara di puncak, tak akan kau temukan hal-hal seperti itu kawanku. Kita akan berdendang dengan keriangan, bersama dengan mereka yang mungkin roh para pendiri bangsa ini, aktivis Soe Hok Gie, Tan Malaka dan mungkin juga Whiji Thukul.
Izinkan saya melantunkan sepenggal kata-kata ini; Wahai para pendiri bangsa, aktivis Tan Malaka, Soe Hok Gie dan Whiji Thukul. Lihatlah negara yang dulu kau banggakan, namun tetap dengan kritikanmu. Mungkin engkau dulu berharap bahwa dengan kritikmu yang tajam, negara ini akan terbangun dari tidur lelapnya karena jajahan dan jarahan para kolonialisme dan fasisme, yang kemudian bisa memakmurkan rakyat kecil di bangsa ini! Hahaha....itu salah bung. Saat ini kita suda satu langkah berderap, Namun banyak saja anak bangsa yang sama-sama menjajah. Saya beritahukan, jika dulu kita di jajah oleh para kolonialis dan fasisme, sekarang masyarakat kecil di jajah oleh orang-orang Indonesia sendiri. Mereka adalah orang-orang borjuis yang ajarannya di adopsi dari ilmu para kolonialisme dan fasisme untuk memiskinkan rakyat kecil di bangsa ini.
Puncak, hanya padamulah ketenangan dapat aku temukan......

0 komentar:

Posting Komentar