Dipuncak, saya bisa menemukan diriku, dapat mengeluarkan segala keluh-kesah yanga ada.
Dipuncak, saya bisa bersuara, menyuarakan segalah keresahan
tentang hidup masyarakat kecil yang semakin dilindas oleh kekuasaan.
Dipuncak, saya bisa menuliskan catatan-catatan
mengenai hal-hal yang tidak ku sukai terhadap keadaan di bangsa ini.
Dipuncak, kita bisa bersama-sama bersua tanpa ada
pembeda, kelas dan pihak-pihak yang ingin menggusur. Dipuncak kita semua satu
kawanku, tersatukan oleh alam yang selalu menerima.
Dan hanya dipuncaklah dibawah langit, sebuah
kehidupan yang hidup. Puncak dengan segala nuansa keindahan, kesejukan serta
penuh kedamaian seperti sebuah telaga yang tenang dan hening dibelantara samudra.
Sementara kehidupan dibawah puncak, merupakan sebuah
kehidupan yang kotor, penuh orang-orang munafik yang katanya demi sebuah demokrasi
dan kepentingan rakyat proletar, namun mengangkanginya untuk kekuasaan, relasi
bisnis, partai, para menteri dan mungkin juga keluarga istana.
Saya benci terhadap semua, kehidupan yang
memarjinalkan rakyat kecil. Eksekutif yang hidup mentereng, legislatif pusat
maupun di daerah yang berfoya-foya, Kolusi, Korupsi dan Nepotisme, papa minta saham,
Narkoba, bisnis miras, kekerasan terhadap PRT dan lain sebagainya.
Sementara di puncak, tak akan kau temukan hal-hal
seperti itu kawanku. Kita akan berdendang dengan keriangan, bersama dengan
mereka yang mungkin roh para pendiri bangsa ini, aktivis Soe Hok Gie, Tan
Malaka dan mungkin juga Whiji Thukul.
Izinkan saya melantunkan sepenggal kata-kata ini; Wahai
para pendiri bangsa, aktivis Tan Malaka, Soe Hok Gie dan Whiji Thukul. Lihatlah
negara yang dulu kau banggakan, namun tetap dengan kritikanmu. Mungkin engkau
dulu berharap bahwa dengan kritikmu yang tajam, negara ini akan terbangun dari
tidur lelapnya karena jajahan dan jarahan para kolonialisme dan fasisme, yang kemudian
bisa memakmurkan rakyat kecil di bangsa ini! Hahaha....itu salah bung. Saat ini
kita suda satu langkah berderap, Namun banyak saja anak bangsa yang sama-sama menjajah.
Saya beritahukan, jika dulu kita di jajah oleh para kolonialis dan fasisme,
sekarang masyarakat kecil di jajah oleh orang-orang Indonesia sendiri. Mereka
adalah orang-orang borjuis yang ajarannya di adopsi dari ilmu para kolonialisme
dan fasisme untuk memiskinkan rakyat kecil di bangsa ini.
Puncak, hanya padamulah ketenangan dapat aku temukan......
0 komentar:
Posting Komentar