05 Juni 2016

Bulan Ramadhan dan Perendahan Diri


Bulan ramadhan segera tiba. Saya dan semua umat muslim yang lain menyambutnya dengan penuh riang gembira. Mungkin juga untuk agama lain menyambutnya dengan baik, mengucapkan kepada umat muslim sebagai penghargaannya antar sesama.
Tempat ibadah muslim pun saat ini suda mulai penuh dengan para jamaah. Orang-orang suda mulai berdatangan, mengisi saf-saf yang selama ini kosong. Mesjid mulai akan kelihatan ramai, karena manusia akan tersadarkan dengan datangnya bulan ramadhan. Mereka beribadah ke mesjid-mesjid, bersujud, berdoa dan memohon ampun. Bulan ramadhan adalah bulan yang penuh berkah, terampuninya dosa-dosa para pendosa tatkala beribadah dengan baik. Mesjid adalah tempat pengaduan kepada yang maha esa. Tempat merenungi segala perbutan yang dilakukan selama ini.
Semua dosa-dosa manusia akan terampuni, jika beribadah kepadanya dan benar-benar melakukannya dengan penuh kesungguhan. Dosa para koruptor yang merampok uang rakyat, mengabiskan uang negara untuk kepentingan pribadi, kelompok, relasi bisnisnya dan keluarga maupun partainya akan terampuni, jika mereka bertobat dan memohon ampun. Sama halnya dengan yang maling ayam, sandal di mesjid atau seseorang yang memfitnah nenek tua yang mengambil sebatang kayu dihutannya untuk keperluannya memasak, lalu dianggap mencuri. Semua akan terampuni, karena Tuhan semesta alam adalah maha pengampun. Tak kenal dosa kecil dan dosa besar, semua sama dimata yang maha penggenggam.
Saya tidak sedang menyebut orang lain pendosa, karena diri ini pun merupakan manusia yang penuh dosa-dosa. Saya mengawail bulan ini dengan penuh harapan, mencoba mengulurkan kebaikan antar sesama, lalu melupakannya. Di bulan ramadhan ini begitu banyak hal yang perlu ku perbaiki, memperbanyak pahala, mencoba menafsir diri dosa apa yang telah ku lakukan di bulan-bulan sebelumnya, lalu merendahkan diri kepadanya. Namun kemudian bukan berdoa lalu menyuruh Tuhan untuk mengabulkan permintaanku. Saya tak ingin menjadikan Tuhan penyuruh, sedangkan kita manusia adalah ciptaannya. Saya hanya menjalankan apa yang diputuskannya dan melakukannya dengan penuh khidmat. Kita berada dalam lingkup kodratnya, lalu kemudian tugas kita adalah menjalaninya.
Tak lebih, dunia adalah tempat kita berbuat khilaf, dan bulan ramadhan adalah tempat perenungan umat muslim. Kita akan berpuasa 30 hari penuh, namun bukan berarti kita akan terlepas dari jerat dosa-dosa. Kadangkala di bulan ramadhan ini kita tersadarkan, namun terlepas dari itu kita akan memulai dosa-dosa baru. Kita lupa atau mungkin menganggap bahwa Tuhan yang maha esa adalah maha pengampun, maka seenaknya saja kita berbuat dosa, lalu kemudian ditebus pada bulan ramadhan. Tuhan bukan permainan, bukan berhala-hala yang diberi sujud lalu meminta sesuatu dengan pengorbanan. Tuhan bukan berhala yang disembah, seperti orang-orang menyembah sesuatu hal dengan meminta kekayaan dan kemewahan. Tuhan adalah apa yang ada dibenakmu, meyakininya dalam hati dan dalam segala bentuk perbuatan.
Semoga saja di bulan ramadhan ini, kita bisa mengenal Tuhan yang mahas esa dengan lebih baik, mengenal ajaran agama dengan penuh kesungguhan. Saya tau akan banyak ustadz-ustadz baru yang akan muncul dilingkungan kita, dan tugas kita bukan mengabaikannya tapi mencoba bersama-sama meresap hikmah ajaran agama yang terkandung dalamnya. Mentaati Tuhan bukan hanya di mesjid-mesjid atau mengaji di Al-Qur’an, namun dengan perbuatan dalam tindak-tanduk keseharian kita.
Bulan ramadhan adalah tentang perendahan diri, bukan perlombaan untuk mendapatkan pahala yang sebanyak-banyaknya, lalu mengabaikan penderitaan orang lain.

                                                                                                      Laode Halaidin, 6 Juni 2016

0 komentar:

Posting Komentar