Hari
itu kamis, saya cukup bahagia ketika Dr. La Ode Suriadi meminta saya untuk
bertemu di kampus, katanya ada pekerjaan dan meminta saya untuk mengerjakannya.
Saat itu saya tengah mewawancarai salah satu pegawai di kantor Korps Pegawai
Republik Indonesia (KORPRI) di Kota Kendari untuk dimuat dalam berita koran
lokal. Saya memang tengah menjadi wartawan yang masih magang di salah satu
koran lokal di Kota Kendari.
Ini
memang suatu kepercayaan yang luar biasa, ketika saya diminta untuk
mengerjakannya, padahal saya belum pernah mengerjakan satu penelitian apapun.
Pikirku, saya masih cukup bodoh, mengapa saya yang dipanggil untuk
mengerjakannya! Namun saya memilih untuk mengerjakannya, apapun nanti
resikonya.
Saat
itu saya disuruh untuk mengolah dan menganalisis data PDRB, baik sektor-sektor
ekonomi maupun komoditi-komoditi sektornya dengan menggunakan metode Location
Quoetion (LQ) dan Boston Consulting Group (BCG) di seluruh Kabupaten/Kota
Sulawesi Tenggara. Metode ini memang tidak asing bagi saya, karena sama seperti
dalam penelitian skrispi saya pada bulan lalu. Namun saya berpikir, tidak
mungkin cara analisisnya akan sama dengan isi skripsi yang saya hasilkan, pasti
akan berbeda karena karena pekerjaan tersebut bukan untuk sebuah skripsi.
Penjelasannya memang cukup baik dan satu persatu diuraikan, namun tetap saja
kemampuan otakku masih terbatas.
Dengan
itu saya memang memiliki kenekatan, saya tidak usah berpikir dengan hasil
kerjaanku karena ini merupakan awal dalam menjamah dunia penelitian, pikirku.
Sontak saja saya mengiyakan. Lagian Dr. La Ode Suriadi suda mengetahui dengan
banyaknya ketidaktahuanku. Ia mengatakan “kamu kerjakan saja, nanti saya yang
perbaiki”. Lagi-lagi saya semakin nekat dan berani. Pikirku, mungkin ia akan
melihat proses belajarku, bukan hasil yang saya kerjakan saat ini. Saya pun
sangat bahagia menjadi asistennya.
***
Hari
ini saya kembali merenungi, apa yang saya kerjakan setelah mengikuti Dr. La Ode
Suriadi menjadi asisten penelitiannya. Saya merasa masih menjadi orang yang
bodoh, tidak bisa memberikan yang terbaik di penelitian itu. Namun ini
merupakan awal bagi saya dalam memahami sebuah penelitian. Saya baru belajar.
Saya baru memahami dunia penelitian.
Selama
saya kuliah saya tidak pernah menjamah, atau diikut sertakan dalam penelitian
dosen-dosen. Mungkin ini pengaruh karena kebodohanku, otaku yang tak sanggup
memahami metode dan analisis dalam penelitian. Dan ini mungkin karena akibat
sangat jarangnya saya membaca buku-buku penelitian tentang ekonomi. Namun saya
melihat ada juga orang-orang tertentu yang diikut sertakan, meskipun
kemampuannya juga sangat minim. Namun entalah. Mungkin ini hanya persoalan
relasi atau kedekatan.
Sebenarnya
saya tidak mengharapkan apapun waktu itu seperti digaji, ketika diminta untuk membantu
mengolah data dan menganalisis. Saya hanya perlu pengalaman, untuk kemudian
memahami metode-metode penelitian dalam berbagai ilmu ekonomi. Saya juga ingin
melihat metode-metode yang saya pakai, kemudian menautkannya dengan realitas, apakah
penelitian itu bias atau tidak.
***
Sebagai
orang yang masih belajar dalam penelitian, saya selalu merasa asing setiap
diperkenalkan dengan metode-metode tertentu. Tentunya yang saya tidak pelajari
di waktu kuliah, seperti ICOR, analisis Overlay, analisis Model Rasio
Pertumbuhan (MRP) seperti Rasio Pertumbuhan Wilayah Refrensi (RPR) dan Rasio
Pertumbuhan Wilayah Studi (RPs), Analytical Hierarchy Process (AHP), analisis
Skalogram, Tipologi klassen dan analisis LQshift dan LQshare. Namun secara
perlahan-lahan saya mulai mempelajari metode-metode ini, termasuk dengan
metode-metode penelitian yang lainnya.
Berbagai
metode analisis diatas, memang tidak terlepas dari angka-angka atau boleh
dibilang banyak diambil dari data-data statistik, kecuali mungkin penelitian
kualitatif dan biasanya dilakukan dengan memakai sampel, observasi, wawancara,
kuisioner atau biasa juga dengan hipotesis. Mengolahnya pun juga kadang
kebanyakan dengan menggunakan Exel dan SPSS. Banyak sahabat-sahabat saya yang
melakukan penelitian dengan analisis kualitatif, dan seringkali mengalami
kesusahan karena sulitnya mengobservasi dan melakukan wawancara. Namun bagi
saya sama saja, selama kita masih asing dengan metode tersebut atau selama kita
tidak mengetahui cara-cara mengerjakannya, termasuk memahami si kuisioner
supaya dapat mengisi.
Seorang
Dosen sekaligus guru yang dekat dengan saya Dr. Fajar Saranani pernah
mengatakan ketika seorang sahabat tidak berhasil mewawancarai atau tidak
mengisi kuisioner penelitiannya disalah satu kantor perusahaan elektronik di Kota
Kendari. Sambil bercanda ia mengatakan, itu harus pake amplop baru mereka mau
ngisi kuisioner, anak saya di Jawa seperti itu. Sejenak saya tertawa, lalu
kemudian ia mencoba menjelaskan metode penelitian dan cara-cara analisa dalam
ilmu ekonomi.
***
Ketertarikanku
dalam dunia penelitian memang suda lama, ketika saya banyak bercerita dengan
dosen-dosen dan peneliti-peneliti. Pikirku, dunia penelitian memang sangat
bagus, dan salah satunya adalah untuk menyikapi atau menggambarkan apakah hasi-hasil
penelitian itu sesuai dengan realitas atau tidak. Kita diajak untuk menajamkan otak,
pengetahuan dan pengalaman ketika melakukan penelitian, agar kemudian dapat
menghasilkan penelitian yang lebih terukur. Kita selalu diajak untuk membuka
refrensi-refrensi lama maupun yang baru lalu menyesuaikannya dengan hasil
penelitian agar kemudian dapat menghasilkan ilmu pengetahuan yang lebih
komprehensif, labih luas. Dan yang saya suka bekerja dalam dunia penelitian
adalah untuk kemaslahatan dan perubahan sosial di masyarakat.
Banyak
pejabat-pejabat daerah yang seringkali berbicara di depan podium atau di
forum-forum kadang membuat saya skeptis. Seringkali bahasa yang saya dengar
adalah ekonomi membaik, kemiskinan dan pengangguran kita menurun atau
kesejahteraan masyarakat meningkat, pendapatan perkapita masyarakat meningkat,
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) meningkat dan semua itu hanya disebutkan
angka-angkanya yang diambil dari data statistik, tanpa menelah lebih lanjut
apakah itu semua menetes kebawah atau keatas. Jika demikian berarti kita
berbicara distribusi ekonomi, apakah itu berpihak atau mengarah kepada
masyarakat kecil atau tidak. Jangan-jangan semua itu membaik, meningkat dan
sejahtera hanya untuk orang-orang tertentu saja, hanya masyarakat kelas
menengah atas. Kita seringkali mengagungkan angka-angka lalu menyederhanakan
realitas di masyarakat yang seringkali melihatnya membuat kita mengelus dada.
Sehingga
semua itu memang membutuhkan sebuah penelitian lebih lanjut. Penelitian yang
lebih progresif lagi untuk kemudian dapat memberikan suatu gambaran yang lebih
subtantif. Untuk menghasilkan sebuah pengetauhan yang luas, memang dibutuhkan
penelitian yang terus-menerus dan pengkajian yang terus-menerus. Karena pada
dasarnya kehidupan masyarakat selalu dinamis, seringkali berubah-ubah. Dan apa
yang disampaikan seringkali kontradiktif dengan relaitas di masyarakat. Maka inilah
yang disebut bias, tidak berkesesuaian.
***
Dan
hari ini saya telah mengambil banyak pelajaran setelah menjadi asisten Dr. La
Ode Suriadi. Saya masih membutuhkan banyak belajar lagi untuk kemudian bisa
memahami itu semua. Saya seperti seorang anak bayi yang masih belajar berdiri,
dalam memahami pijakan sebuah penelitian. Saya masih bodoh, tapi saya tidak
akan berhenti untuk belajar dalam meniti sebuah aksara pengetahuan. Otak saya
memiliki keterbatasan dalam memahami, namun saya tidak akan berhenti untuk
membaca buku-buku untuk kemudian dapat memperluas wawasanku.
Saya
pun tidak tau, sampai kapan sebuah idealis ini akan terbawah, dalam hal ini
melakukan penelitian. Banyak orang-orang yang mencibir terhadapku, bahwa saya
tidak bisa melanjutkan S2 ku karena tidak ada biayah kuliah. Memang saya cukup
miskin dan orang tua tidak ada biaya. Namun apapun itu, saya akan terus mencoba
konsisten pada jalur ini, sebagai cita-cita dan harapan. Saya akan terus
mencoba membungkusnya dengan sabar dalam rasa keoptimisan. Saya akan terus
merawatnya dengan baik dalam suka duka dan susah maupun senang. Jika pun tidak,
inilah sejarah hidupku, akan menjadi sebuah cerita kepada anak-anak dan cucuku
kelak bahwa saya pernah punya cita-cita untuk sekolah tinggi. Ini memang akan
menjadi sejarah pahit, namun setidaknya saya telah berusaha dan anak-anakku tak
boleh mengalami hal ini.
Semoga
saja Dr. La Ode Suriadi terus menjadi guru buatku. Semoga saja ia tidak pernah
letih dan menyerah untuk menjadi pembimbing, yang mengajarkanku tentang banyak
hal. Semoga saja ia selalu sabar dalam menghadapi segala kebodohanku.
La
Ode Halaidin
Kendari,
23 Juni 2016
Saat
menunggu waktu sahur
0 komentar:
Posting Komentar