22 Juni 2016

Menjadi Asisten Dr. La Ode Suriadi, Awal Belajar Penelitian

Hari itu kamis, saya cukup bahagia ketika Dr. La Ode Suriadi meminta saya untuk bertemu di kampus, katanya ada pekerjaan dan meminta saya untuk mengerjakannya. Saat itu saya tengah mewawancarai salah satu pegawai di kantor Korps Pegawai Republik Indonesia (KORPRI) di Kota Kendari untuk dimuat dalam berita koran lokal. Saya memang tengah menjadi wartawan yang masih magang di salah satu koran lokal di Kota Kendari.
Ini memang suatu kepercayaan yang luar biasa, ketika saya diminta untuk mengerjakannya, padahal saya belum pernah mengerjakan satu penelitian apapun. Pikirku, saya masih cukup bodoh, mengapa saya yang dipanggil untuk mengerjakannya! Namun saya memilih untuk mengerjakannya, apapun nanti resikonya.
Saat itu saya disuruh untuk mengolah dan menganalisis data PDRB, baik sektor-sektor ekonomi maupun komoditi-komoditi sektornya dengan menggunakan metode Location Quoetion (LQ) dan Boston Consulting Group (BCG) di seluruh Kabupaten/Kota Sulawesi Tenggara. Metode ini memang tidak asing bagi saya, karena sama seperti dalam penelitian skrispi saya pada bulan lalu. Namun saya berpikir, tidak mungkin cara analisisnya akan sama dengan isi skripsi yang saya hasilkan, pasti akan berbeda karena karena pekerjaan tersebut bukan untuk sebuah skripsi. Penjelasannya memang cukup baik dan satu persatu diuraikan, namun tetap saja kemampuan otakku masih terbatas.
Dengan itu saya memang memiliki kenekatan, saya tidak usah berpikir dengan hasil kerjaanku karena ini merupakan awal dalam menjamah dunia penelitian, pikirku. Sontak saja saya mengiyakan. Lagian Dr. La Ode Suriadi suda mengetahui dengan banyaknya ketidaktahuanku. Ia mengatakan “kamu kerjakan saja, nanti saya yang perbaiki”. Lagi-lagi saya semakin nekat dan berani. Pikirku, mungkin ia akan melihat proses belajarku, bukan hasil yang saya kerjakan saat ini. Saya pun sangat bahagia menjadi asistennya.
***
Hari ini saya kembali merenungi, apa yang saya kerjakan setelah mengikuti Dr. La Ode Suriadi menjadi asisten penelitiannya. Saya merasa masih menjadi orang yang bodoh, tidak bisa memberikan yang terbaik di penelitian itu. Namun ini merupakan awal bagi saya dalam memahami sebuah penelitian. Saya baru belajar. Saya baru memahami dunia penelitian.
Selama saya kuliah saya tidak pernah menjamah, atau diikut sertakan dalam penelitian dosen-dosen. Mungkin ini pengaruh karena kebodohanku, otaku yang tak sanggup memahami metode dan analisis dalam penelitian. Dan ini mungkin karena akibat sangat jarangnya saya membaca buku-buku penelitian tentang ekonomi. Namun saya melihat ada juga orang-orang tertentu yang diikut sertakan, meskipun kemampuannya juga sangat minim. Namun entalah. Mungkin ini hanya persoalan relasi atau kedekatan.
Sebenarnya saya tidak mengharapkan apapun waktu itu seperti digaji, ketika diminta untuk membantu mengolah data dan menganalisis. Saya hanya perlu pengalaman, untuk kemudian memahami metode-metode penelitian dalam berbagai ilmu ekonomi. Saya juga ingin melihat metode-metode yang saya pakai, kemudian menautkannya dengan realitas, apakah penelitian itu bias atau tidak.
***
Sebagai orang yang masih belajar dalam penelitian, saya selalu merasa asing setiap diperkenalkan dengan metode-metode tertentu. Tentunya yang saya tidak pelajari di waktu kuliah, seperti ICOR, analisis Overlay, analisis Model Rasio Pertumbuhan (MRP) seperti Rasio Pertumbuhan Wilayah Refrensi (RPR) dan Rasio Pertumbuhan Wilayah Studi (RPs), Analytical Hierarchy Process (AHP), analisis Skalogram, Tipologi klassen dan analisis LQshift dan LQshare. Namun secara perlahan-lahan saya mulai mempelajari metode-metode ini, termasuk dengan metode-metode penelitian yang lainnya.
Berbagai metode analisis diatas, memang tidak terlepas dari angka-angka atau boleh dibilang banyak diambil dari data-data statistik, kecuali mungkin penelitian kualitatif dan biasanya dilakukan dengan memakai sampel, observasi, wawancara, kuisioner atau biasa juga dengan hipotesis. Mengolahnya pun juga kadang kebanyakan dengan menggunakan Exel dan SPSS. Banyak sahabat-sahabat saya yang melakukan penelitian dengan analisis kualitatif, dan seringkali mengalami kesusahan karena sulitnya mengobservasi dan melakukan wawancara. Namun bagi saya sama saja, selama kita masih asing dengan metode tersebut atau selama kita tidak mengetahui cara-cara mengerjakannya, termasuk memahami si kuisioner supaya dapat mengisi.
Seorang Dosen sekaligus guru yang dekat dengan saya Dr. Fajar Saranani pernah mengatakan ketika seorang sahabat tidak berhasil mewawancarai atau tidak mengisi kuisioner penelitiannya disalah satu kantor perusahaan elektronik di Kota Kendari. Sambil bercanda ia mengatakan, itu harus pake amplop baru mereka mau ngisi kuisioner, anak saya di Jawa seperti itu. Sejenak saya tertawa, lalu kemudian ia mencoba menjelaskan metode penelitian dan cara-cara analisa dalam ilmu ekonomi.
***
Ketertarikanku dalam dunia penelitian memang suda lama, ketika saya banyak bercerita dengan dosen-dosen dan peneliti-peneliti. Pikirku, dunia penelitian memang sangat bagus, dan salah satunya adalah untuk menyikapi atau menggambarkan apakah hasi-hasil penelitian itu sesuai dengan realitas atau tidak. Kita diajak untuk menajamkan otak, pengetahuan dan pengalaman ketika melakukan penelitian, agar kemudian dapat menghasilkan penelitian yang lebih terukur. Kita selalu diajak untuk membuka refrensi-refrensi lama maupun yang baru lalu menyesuaikannya dengan hasil penelitian agar kemudian dapat menghasilkan ilmu pengetahuan yang lebih komprehensif, labih luas. Dan yang saya suka bekerja dalam dunia penelitian adalah untuk kemaslahatan dan perubahan sosial di masyarakat.
Banyak pejabat-pejabat daerah yang seringkali berbicara di depan podium atau di forum-forum kadang membuat saya skeptis. Seringkali bahasa yang saya dengar adalah ekonomi membaik, kemiskinan dan pengangguran kita menurun atau kesejahteraan masyarakat meningkat, pendapatan perkapita masyarakat meningkat, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) meningkat dan semua itu hanya disebutkan angka-angkanya yang diambil dari data statistik, tanpa menelah lebih lanjut apakah itu semua menetes kebawah atau keatas. Jika demikian berarti kita berbicara distribusi ekonomi, apakah itu berpihak atau mengarah kepada masyarakat kecil atau tidak. Jangan-jangan semua itu membaik, meningkat dan sejahtera hanya untuk orang-orang tertentu saja, hanya masyarakat kelas menengah atas. Kita seringkali mengagungkan angka-angka lalu menyederhanakan realitas di masyarakat yang seringkali melihatnya membuat kita mengelus dada.
Sehingga semua itu memang membutuhkan sebuah penelitian lebih lanjut. Penelitian yang lebih progresif lagi untuk kemudian dapat memberikan suatu gambaran yang lebih subtantif. Untuk menghasilkan sebuah pengetauhan yang luas, memang dibutuhkan penelitian yang terus-menerus dan pengkajian yang terus-menerus. Karena pada dasarnya kehidupan masyarakat selalu dinamis, seringkali berubah-ubah. Dan apa yang disampaikan seringkali kontradiktif dengan relaitas di masyarakat. Maka inilah yang disebut bias, tidak berkesesuaian.
***
Dan hari ini saya telah mengambil banyak pelajaran setelah menjadi asisten Dr. La Ode Suriadi. Saya masih membutuhkan banyak belajar lagi untuk kemudian bisa memahami itu semua. Saya seperti seorang anak bayi yang masih belajar berdiri, dalam memahami pijakan sebuah penelitian. Saya masih bodoh, tapi saya tidak akan berhenti untuk belajar dalam meniti sebuah aksara pengetahuan. Otak saya memiliki keterbatasan dalam memahami, namun saya tidak akan berhenti untuk membaca buku-buku untuk kemudian dapat memperluas wawasanku.
Saya pun tidak tau, sampai kapan sebuah idealis ini akan terbawah, dalam hal ini melakukan penelitian. Banyak orang-orang yang mencibir terhadapku, bahwa saya tidak bisa melanjutkan S2 ku karena tidak ada biayah kuliah. Memang saya cukup miskin dan orang tua tidak ada biaya. Namun apapun itu, saya akan terus mencoba konsisten pada jalur ini, sebagai cita-cita dan harapan. Saya akan terus mencoba membungkusnya dengan sabar dalam rasa keoptimisan. Saya akan terus merawatnya dengan baik dalam suka duka dan susah maupun senang. Jika pun tidak, inilah sejarah hidupku, akan menjadi sebuah cerita kepada anak-anak dan cucuku kelak bahwa saya pernah punya cita-cita untuk sekolah tinggi. Ini memang akan menjadi sejarah pahit, namun setidaknya saya telah berusaha dan anak-anakku tak boleh mengalami hal ini.
Semoga saja Dr. La Ode Suriadi terus menjadi guru buatku. Semoga saja ia tidak pernah letih dan menyerah untuk menjadi pembimbing, yang mengajarkanku tentang banyak hal. Semoga saja ia selalu sabar dalam menghadapi segala kebodohanku.

                                                                                  La Ode Halaidin
                                                                                  Kendari, 23 Juni 2016
                                                                                  Saat menunggu waktu sahur

0 komentar:

Posting Komentar