30 Maret 2016

Saat Nyawa Memanggil di Kampus Universitas Halu Oleo

Gedung Rektorat Universitas Halu Oleo (UHO)

Siapakah yang menyangka bom akan meledak disebuah Universitas? Tak ada satu manusia pun yang akan menyangka. Karena selama ini, Universitas bukanlah target utama teroris untuk melaukan bom bunuh diri atau pemboman. Siapa yang berani membawa bom aktif dan mencabut nyawa manusia-manusia yang tidak bersalah disebuah perguruan tinggi? Sesungguhnya hal tersebut, hanya terorislah yang akan berani melakukan itu. Mereka yang suda kehilangan akal sehat dan nurani yang tertutup akan surga dan kenikmatan akhirat. Mereka yang kecewa terhadap negara yang pemerintahnya menebarkan ketidakadilan dan kesewenang-wenangan.
Namun dugaan-dugaan manusia Kendari terutama Sulawesi Tenggara dan mungkin juga seluruh Indonesia telah terbantahkan, setelah sebelumnya mereka mengirah bahwa bom tersebut berasal dari serangan teroris, yang berhasil memasuki Universitas Halu Oleo Kendari. Lalu siapakah gerangan yang membawa bom aktif tersebut?
Bom tersebut berasal dari pihak kepolisian daerah Sulawesi Tenggara. Saat itu mereka tengah melakukan simulasi atau praktek keamanan kampus dengan para security di salah satu perguruan tinggi di Kendari yaitu Universitas Halu Oleo. Universitas Halu Oleo bekerja sama dengan pihak kepolisian daerah Sulawesi Tenggara, untuk melakukan simulasi atau praktek untuk mengantisipasi seperti gangguan keamanan dari pihak luar, demo mahasiswa terhadap pejabat-pejabat kampus yang kinerjanya tidak beres dan juga termasuk simulasi untuk mengajari security-security dalam menjinakan bom. Pertanyaan besar yang akan memunculkan dalam benak kita adalah, lalu siapakah gerangan yang mempunyai wewenang untuk melakukan kerjasama dengan pihak kepolisian, dan kemudian dengan gagah berani membawa bom di dalam kampus Universitas Halu Oleo?
***
Tentu kita semua mengetahui dan menyadari bahwa pihak kepolisian tidak bisa memasuki sebuah Univeristas dengan membawa perlengkapan perang seperti senjata laras panjang, bom aktif atau benda-benda tajam lainnya. Hal tersebut sudah diatur dalam Undang-Undang kecuali Universitas sudah mengalami gangguan dalam keadaan darurat seperti serangan teror yang mengancam keselamatan manusia-manusia dalam Universitas. Lalu mengapa pihak kepolisian dapat membawa bom aktif di Universitas Halu Oleo? Tentunya, hal ini tidak terlepas dari peran pihak Rektor yang bekerjasama dengan kepolisian Sulawesi Tenggara untuk melakukan simulasi, yang kemudian mengizinkan kepolisian membawa benda yang mematikan tersebut.
Dan nyawa manusia pun kemudian melayang tanpa tidak pernah kita bayangkan. Beberapa orang security yang beristri meninggal dunia ditempat kerja yang seharusnya mendapatkan kedamayan, ketentraman karena mereka tidak bekerja dalam sebuah pengejaran atau perburuan teroris kelompok Santoso yang sesekali akan membahayakan nyawa mereka. Kerja mereka hanya berjaga-jaga, demi pengamanan kampus yang lebih baik. Siapakah yang akan menyangka beberapa security dan seorang Brigadir meninggal dunia dan beberapa security lainnya terluka parah di dalam Universitas Halu Oleo?  Tidak ada yang bisa menyangka tak terkecuali sang istri-istri tersayang dan kedua orang tua mereka. Saya tidak menyudutkan dan menyalahkan siapapun atas kejadian ini. Semua orang mengatakan nahas atas meledaknya bom di Universitas Halu Oleo. Namun adakah sebersit pertanyaan yang mencoba menyusuri kesadaran kita bahwa dibalik nahas tersebut ada ulah atau tangan-tangan yang secara tidak langsung, diakibatkan karena adanya kewenangan dan kebijakan untuk melakukan kerjasama dengan pihak kepolisian.

Korban Ledakan Bom Granat di UHO. Sumber gambar dari: radarnusantara.com
***
Seribuh satu pertanyaan yang menggugah dalam benak pemikiran kita, seorang Rektor Universitas Halu Oleo mengizinkan pihak kepolisian membawa bom aktif dalam kampus. Tentu juga kita mengetahui bahwa sang Rektor mempunyai niatan dan tujuan yang baik, demi ketentraman birokrasi atau pihak-pihak yang bekerja dalam kampus Universitas Halu Oleo dan juga para mahasiswanya. Namun ada satu pertanyaan yang paling mendasar untuk kemudian diajukan kepada pihak Rektor. Mengapa security kampus diajarkan untuk menjinakan bom? Apakah kampus hari ini suda menjadi ancaman terbesar untuk para teroris! Siapakah yang berwewenag untuk menjinakan bom jika terjadi ancaman bom di Universitas Halu Oleo? Bukankah hal ini suda menjadi tugas dan kewenangan kepolisian untuk menjinakannya…..
Memang miris jika melihat Rektor Universitas Halu Oleo, mengizinkan pihak kepolisian membawa benda yang mematikan tersebut, yang sesungguhnya bukan tempatnya dan memang tidak diperbolehkan. Dari pihak kepolisian juga tentunya tidak akan berani membawa bom tersebut yang dijadikan sebagai simulasi pada pihak security, jika tidak ada kerjasama dengan pihak Universitas dimana Rektor sebagai pimpinan Universitas. Sehingga apa yang seharusnya tidak terjadi kepada mereka yang meninggal, dapat terjadi. Mungkin orang-orang akan berkata, itu sudah menjadi jalan mereka untuk mati, dalam hal ini takdirlah yang menggariskannya untuk itu. Betapa romantismenya ucapan-ucapan ini, lalu mengabaikan karikatur yang diakibatkan oleh ulah dan kebijakan oleh seorang manusia.
Security dan polisi meninggal diakibatkan oleh seorang polisi karena membawa bom dan lalai sehingga bom tersebut meletus. Karena atas kerjasama Rektor Universitas Halu oleo dengan pihak kepolisian untuk melakukan simulasi keamanan kampus, maka beberapa orang security kampus dan polisi meninggal karena pihak kepolisian ternyata membawa bom dan meletus akibat kelalaian. Di situ ada hubungan keterkaitan sebenarnya, antara kebijakan seseorang yang tidak seharusnya dilakukan, melarang polisi untuk membawa bom sungguhan dan kematian beberapa security dan polisi. Rektor Universitas Halu Oleo bekerjasama dengan pihak kepolisian untuk melakukan latihan simulasi keamanan kampus dan menjinakan bom termasuk dalam materi tersebut. Pada saat simulasi ada kelalaian dari pihak kepolisian sehingga menyebabkan bom tersebut meletus dan beberapa security dan seorang polisi meninggal.
***
Hal yang membuat saya kadang bertanya-tanya adalah mengeluarkan biaya yang besar untuk melatih security kampus, sementara gedung-gedung kampus menurut saya tidak baik-baik amat. Pada saat belajar diruangan, pengap kepanasan karena tidak ber AC, perpustakaan yang tidak bisa menarik perhatian mahasiswa karena buku-buku koleksinya sangat terbatas, dukungan kegiatan mahasiswa oleh birokrasi Universitas yang sangat minim dan masih banyak lagi. Mengapa lebih memprioritaskan sesuatu hal yang tidak begitu penting dengan mengeluarkan biaya besar sedangkan sesuatu hal yang substansi diabaikan?
Kita kadang lupa bahwa kampus yang selalu aman dan nyaman belum tentu baik, jika kualitas–kualitas manusia didalamnya masih belum baik. Seharusnya kampus Universitas Halu Oleo lebih memperhatikan dan meningkatkan kualitas-kualitas dosen dengan melakukan perekrutan yang tidak pragmatis dan serba instan karena adanya titipan. Seharusnya kampus Universitas Halu Oleo saat ini lebih memperhatikan dan meningkatkan kualitas mahasiswa dengan membuat perpustakaan yang lebih besar serta menyediakan koleksi buku yang sangat banyak. Seharusnya kampus Universitas Halu Oleo lebih memperhatikan, mendukung dan meningkatkan kegiatan-kegiatan mahasiswa seperti penelitian dan kegiatan-kegiatan yang lainnya, agar dapat bersaing dengan kampus lain yang ada di Indonesia. Bukan sebaliknya mengabaikan dan memojokan hal yang substansi dan lebih memperhatikan kualitas pengamanan kampus sebagai benteng untuk mengawal birokrasi pada saat mahasiswa berdemonstrasi.
Kematian memang misteri seseorang. Namun dibalik misteri itu, ada tangan-tangan yang ikut campur yang secara tidak langsung menyebabkan kematian tersebut. Bagi orang-orang, kejadian di kampus Universitas Halu oleo yang menyebabkan beberapa security dan seorang polisi meninggal, menganggap mungkin semua itu adalah takdir atau suda menjadi ketentuan tuhan. Anggapan atau jawaban tersebut hanyalah bagian ketertundukan kepada yang kuasa, lalu mengabaikan hal-hal yang bersifat manusiawi, akibat oleh ulah manusia.
Dan pada akhirnya, kampus menjadi bagian dari bahaya nyawa seseorang. Kampus menjadi ancaman dan dapat memanggil nyawa seseorang setiap saat jika dijadikan sebagai tempat untuk melatih security-securitynya dengan latihan cara-cara ala militer. Nyawa hilang yang terjadi dikampus Universitas Halu Oleo bukan akibat karena tawuran antar fakultas tetapi bom yang dibawah oleh kepolisian atas kerjasama dengan pihak Universitas untuk melakukan simulasi keamanan kampus yang seharusnya tidak dilakukan karena tidak terlalu penting. Seharusnya Rektor harus fokus pada hal-hal yang lebih substantif yang bisa mengangkat nama Universitas Halu oleo dapat melaju lebih kencang untuk kemudian dapat bersaing dengan perguruan tinggi lainnya yang ada di Indonesia.
Semoga saja kejadian hari ini tidak akan terjadi dengan Rektor yang baru dan memberikan harapan yang baik kepada mahasiswa untuk berkembangnya intelektualitas serta dapat memberikan perubahan sosial kepada masyarakat Sulawesi Tenggara. Semoga…..

                                                                                                Laode Halaidin
                                                                                                Kendari 30 Maret 2016




0 komentar:

Posting Komentar