16 Maret 2016

Mengapa Perlu Untuk Membaca?

Ilustrasi dari: ejajufri.wordpress.com

Ada sesuatu hal, yang seringkali mengusik pikiran dalam dunia keseharian kita. Yang mengusik itu terutama orang-orang disekeliling, yang mempertanyakan aktivitas kita pada saat yang bersamaan. Jika kita mempunyai aktivitas lain, yang kemungkinan belum mereka lihat atau yang kita lakukan suda seringkali melihatnya, mereka akan bertanya. Apa gunanya engkau melakukan aktivitas itu? apa tujuan anda melakukan aktivitas itu? Apa yang engkau dapat dengan melakukan aktivitas itu? Dan berbagai macam pertanyaan lain yang membuat saya kadang terdiam, meskipun pertanyaan itu berkali-kali saya mencoba menjelaskan. Mungkin penjelasan saya yang tidak membuat mereka mengerti atau boleh jadi mereka sama sekali yang tidak mengerti dengan penjelasan saya.
Ahh…tapi sudahlah. Yang jelas, aktivitas yang kulakukan tidak menghalangi dan tidak menganggu orang lain sedikit pun. Saya melakukan apa yang ku suka. Saya adalah orang yang mempunyai banyak kekurangan. Dan kekurangan itu adalah sesuatu yang manusiawi bagi setiap manusia. Saya sadari itu. Dengan menyadari banyaknya kekurangan itu, saya sedikit menambalnya perlahan-lahan. Meskipun itu saya akui, tidak akan mencapai sesuatu kesempurnaan yang absolut. Kesempurnaan itu adanya dilangit, bukan dibawah matahari ini yang penuh dengan sebuah paradoksal.
***
Banyak kekurangan dalam diri ini, terutama dalam memahami sebuah relaitas yang seringkali hadir ditengah-tengah lingkungan sosial keseharian kita. Sebagai mahluk sosial, tentu kita selalu mempunyai niatan yang baik untuk selalu bisa menghadirkan pemikiran yang solutif, meskipun itu bukanlah sesuatu yang baru. Itulah mengapa saya selalu mencoba memahaminya lewat bacaan buku-buku atau selalu belajar kepada orang lain.
Hidup saya memang, hidup yang selalu dalam pembauran. Saya selalu berteman dan berbaur dengan siapapun. Orang-orang akademis, politisi, aktivis, penulis, pencinta buku, bukan pencinta buku, komunitas yang kesibukannya hanya mengurai tentang cinta, pemuda-pemudi yang sibuk bekerja, pengangguran, para petani, pemabuk, penjudi dan masih banyak lagi. Disitulah saya banyak mengalami dan pengalaman, yang tentu untuk memahami semua itu membutuhkan dasar pengetahuan untuk mendapatkan sedikit pembenaran. Dan pengetahuan itu ada di buku-buku bacaan.
***
Akhir-akhir ini, saya banyak mendapat pertanyaan yang selalu mengusik di dalam benak pikiran. Kadang saya merasa nyaman dan kadang juga tidak. Ada yang mencoba-coba mengukur kemampuan kita, ada juga yang bertanya karena ingin mengetahui mengapa saya membaca. Kadang pertanyaan teman-teman itu seperti ini; apa yang memotivasi kamu membaca buku? Apa hal yang paling mendasar, sehingga terus membaca buku? Apakah dengan membaca buku, karena ingin melanjutkan sekolah Magister? Apakah kamu membaca buku hanya, seolah ingin menunjukan bahwa kamu seperti seorang intelektual?. Pertanyaan-pertanyaan ini tentu mempunyai jawaban yang berbeda-beda.
Saya akan menjawabnya dari pertanyaan pertama. Yang memotivasi untuk membaca. Saya seringkali akan mengatakan bahwa setiap buku pasti punya kearifan didalamnya, berupa pelajaran-pelajaran yang bisa kita petik. Didalam lembar-per-lembar itu terdapat setitik nilai yang kemungkinan sedikit menyentu kenyataan dalam realitas kehidupan. Dengan hal itu, kita selalu diajak untuk selalu memahami apa yang menjadi isi didalam buku tersebut. Mencoba mendialektikan antara ilmu pengetahuan dengan fakta atau relaitas yang ada dimasyarakat. Karena itu, setebal apapun buku-buku bacaan, dibuku tersebut tentunya terdapat berlian-berlian ilmu pengetahuan. Yang memotivasi saya adalah ingin mengambil pelajaran dari setiap bacaan itu, apa ilmu yang terkandung dan bisa kita petik dalam setiap buku bacaan tersebut.
Pertanyaan kedua adalah hal mendasar sehingga terus membaca. Biasanya saya mengatakan tidak ada hal yang paling spesifik mendasari, mengapa saya harus terus membaca buku. Membaca bagi saya hanyalah bagian dari hobi. Saya lakukan itu karena hobi. Sama seperti seorang pendaki. Dia tidak akan mengorbankan tenaga dan waktu yang berhari-hari kalau bukan karena hobi atau suda menjadi kesukaannya. Tidak ada niatan dalam hati bahwa dengan keberhasilannya mendaki puncak gunung tertinggi di dunia, dia akan mengatakan bahwa dia suda mengalahkan pendaki-pendaki gunung yang lain.
Bagi saya setinggi apapun kita mendaki sebuah gunung, diatas itu gunung itu masih ada lagi yang tinggi yaitu langit. Sama halnya membaca, sebanyak apapun buku yang kamu baca dan ilmu yang di dapat, pasti masih ada orang yang akan melampaui kita. Ilmu pengetahuan bukan perlombaan seperti lari maraton, namun ilmu pengetahuan adalah tentang kejernihan melihat kenyataan. Orang yang berilmu pengetahuan itu, membutuhkan kerendahan hati.
Pertanyaan ketiga adalah membaca buku karena ingin melanjutkan sekolah magister. Pertanyaan ini sebenarnya saya akan menjawabnya ia tetapi dengan beasiswa penuh, namun akan berubah dan berkata tidak ketika melanjutkan itu dengan biaya sendiri. Itulah, karena saya sama sekali tidak mempunyai biaya. Olehnya itu, saya pasti akan kembali kejawaban pada pertanyaan pertama dan kedua. Saya hanya akan mengatakan, hanya mengambil pelajaran dari buku-buku bacaanku, lagian ini kan suda jadi hobi saya juga. Saya ingin selalu memahami sesuatu kejadian realitas di kehidupan masyarakat dengan melalui buku-buku bacaan.
Pertanyaan keempat adalah membaca seolah ingin menunjukan seperti seorang intelektual. Sejak pertama memasuki universitas kita suda berada dalam barisan kaum intelektual atau seseoarang yang  terpelajar/terdidik. Namun bukan berarti dengan membaca seolah ingin menunjukan itu. Itu namanya pamer, dan pamer ini bukan dorongan dalam hati untuk membaca, namun karena sesuatu hal. Boleh jadi laki-laki karena si perempuan dan si perempuan karena laki-laki. Saya selalu mengatakan kepada sahabat bahwa dorongan hal seperti itu tidak salah, namun tidak tepat dan akan bersifat sesaat/sementara.
***
Dengan membaca, sesungguhnya kita suda banyak menemukan pelajaran tentang sisi-sisi kehidupan, bahkan yang paling sulit untuk dimasuki sekalipun. Saya sering mengatakan, membaca saya lakukan bukan untuk melampaui pemikiran seseorang. Tapi ingin menemukan sedikit pembenaran dari setiap fakta dan relaitas yang seringkali kejadian itu hadir ditengah-tengah kehidupan kita. Dengan itu, kita suda mencoba mendialogkan antara kejadian tersebut dengan buku bacaan.
Sekali lagi, diri ini masih begitu banyak kekurangan dan bahkan saya berbicara pun kadang saya ditertawain atau tidak menjawab pertanyaan mereka karena sama sekali saya tidak tau. Namun saya menyadari, otak saya tidak secerdas dengan yang seringkali menertawakan itu.  Saya cukup menyadari itu. Dan karena itu saya selalu mencoba untuk belajar melalui buku-buku bacaan dan rendah hati.
Saya ingin mengatakan seperti ini: bagi saya, orang yang sering membaca, bukan berarti tau akan segalanya. Namun, mereka yang sering membaca adalah mereka yang sering belajar karena ketidak-tahuan itu.

                                                                                                            Kendari, 17 Maret 2016
                                                                                                            Laode Halaidin

0 komentar:

Posting Komentar