Kisah Seorang Nelayan di Purirano

Ini adalah cerita saat saya bertemu dengan nelayan di purirano. Keadaan mereka penuh dengan ketidakadilan.

Kenangan di Puncak Terindah Buton Selatan

Ini adalah bentuk penghayatan, akan indahnya alam. Olehnya itu, alam harus dijaga dengan baik agar kita hidup dalam penuh damai dan tentram.

Menggeluti Ilmu di Perguruan Tinggi

Bersama dengan ilmu pengetahuan kita dapat maju, bergerak dan bersaing dengan pihak-pihak lain. Mari, kita dahulukan pendidikan kita.

Sebuah Perjalanan di Muna Barat

Kami mencari keadilan atas masyarakat yang selama ini teralienasi. Lahan-lahan mereka dipermainkan oleh elit-elit desa, mengeruk keuntungan dengan membodohi masyarakat. Kami menolak dan melawan.

Mencari Keindahan di Danau Maleura

Di danau ini, ada panorama keindahan, yang membuat pengunjung sangat menikmati suasana. Hawa dingin dan air yang jernih dan terdapat banyaknya gua-gua. Ini keren kan. Adanya hanya di Muna.

26 Desember 2015

Keinginan Untuk S2 Luar Negeri



DI MEDIA sosial seperti Facebook, saya mendapatkan informasi study S2 luar negeri dari postingan seorang sahabat yang merupakan dosen Universitas Muhamadiya Kendari. Saya sangat senang jika diceritakan mengenai beasiswa, sembari terus mengenjot semangatku untuk terus banyak belajar. Setiap bertemu sahabat itu, saya sering diceritakan tentang study S2 luar negeri, sembari beliau juga mencari beasiswa untuk S3-nya. Semangatku kian mengebuh-ngebuh jika diceritakan tentang beasiswa. Saya berharap kedepan saya juga bisa mendapatkan beasiswa penuh keluar negeri. Semoga…..

Di kesempatan lain, kami bertemu di salah satu pelataran taman Wali Kota Kendari yang pada saat itu sama-sama belajar bahasa inggris. Beliau memberikan masukan kepada saya. Saya masih teringat ketika sahabat itu mengatakan, bahasa inggris itu penting karena untuk kuliah di luar negeri kita harus butuh penguasaan bahasa inggris, ada tes TOEFL. Beliau juga mendorong kami untuk cepat selesai di S1 agar kami dengan cepat untuk mengurus studi S2 luar negeri. Saya memandangnya, kerendahan hati itu tetap ada dalam dirinya untuk terus belajar, mendalami ilmu pengetahuan untuk kemduian mengaplikasikannya kepada anak-anak didiknya. Semoga saja sahabat itu cepat mendapatkan beasiswa yang dia inginkan. Aminn…

***

Banyak informasi yang saya dapat tentang study S2 luar negeri. Ada senior  yang presentase dihadapan kami, sebelum senior itu berangkat ke Amerika untuk melanjutkan S2-nya. Ketika senior perempuan itu presentase, saya melihatnya memang perjuangan untuk medapatkan S2-nya tidak main-main. Butuh energi besar untuk kemudian ikut menyelam bersama duka, susah, bosan dan tentu juga ada senangnya. Pikirku, saya butuh banyak belajar bersama mereka tentang kesabaran dan ketabahan dalam menjalani kerikil-kerikil tajam yang setiap saat menghadang di setiap jalan mereka. Tekad mereka memang bulat, kuat dan selalu merasionalkan pikiran itu bahwa beasiswa study S2 luar negeri adalah suatu kewajiban untuk kemudian memperdalam ilmu pengetahuan yang dimiliki.

Saya selalu banyak mendapat pelajaran dari setiap orang. Inspirasi datang ketika saya bertemu banyak orang yang mempunyai kehendak yang sama untuk melanjutkan study S2 itu. Meskipun ada teman-teman yang belum berhasil mendapatkan itu, tetapi saya melihat semangat mereka tetap ada. Keinginan itu menyala seperti bara api yang sewaktu-waktu akan membubul tinggi dan dengan sekejap akan membangkitkan sayap-sayap yang selama ini lelah. Lalu kemudian menerbangkan semangat dirinya mengangkasa bersama ke-optimisan yang diendapnya selama ini.

Pada akhirnya kita semua perlu banyak belajar, sambil menyelam bersama kesusahan yang terus mengelilingi. Saya tidak akan bosan-bosan untuk terus meminta masukan dan terus belajar dari orang lain. Keinginanku dan mimpi-mimpi untuk S2 tetap akan kurawat, meskipun banyak orang selalu beranggapan lain. Dari segi finansial memang saya sangat mustahil untuk melanjutkan S2 keluar negeri itu tetapi banyak inspirasi dan informasi yang saya dapat bahwa ada beasiswa penuh yang disediakan oleh Universitas-Universitas luar negeri.

Saat ini yang terus saya pegang adalah dengan mengasah kemampuan untuk terus belajar. Memperbanyak belajar agar kita mempunyai bekal di kemudian hari dan tidak menyusahkan dalam pencarian beasisiwa. Saya hanya butuh mengalir—mengalir bersama suka maupun duka yang melingkupi. Mengalir bersama ke-egoisan orang-orang yang memandang kita sebelah mata. Kita hanya butuh kerendahan hati untuk menghadapi itu semua. Yang jelas kita mempunyai kesempatan yang sama untuk terus belajar, tinggal bagaimana terus membulatkan tekad untuk mewujudkan mimpi belajar S2 keluar negeri itu.  

Hari ini, saya telah membaca satu informasi lagi tentang beasisiwa S2, S3 dan PHD luar negeri itu. Banyak hal yang kita pelajari dari informasi hotcourses Indonesia tersebut. Banyak anak-anak Indonesia yang tersebar dari berbagai daerah kuliah S2 di luar negeri dengan biaya penuh. Mereka bisa. Semoga saja dengan usaha dan tekad keajaiban itu datang kepada saya dan teman-teman untuk kemudian bisa belajar di luar negeri.

Bagaimana dengan anda! Apakah anda juga mempunyai keinginan untuk belajar di luar negeri. Jika ia, rawatlah mimpi-mimpi itu seperti merawat kuntum bunga yang terus mekar di pagi hari yang cerah.

                                                                        Laode Halaidin
                                                                        Kendari, 26 Desember 2015

24 Desember 2015

Aku Yang Pejalan Kaki


DI KENDARI, orang yang tak punya kendaraan dianggap bukan siapa-siapa, begitulah kata teman-teman saya. Bahkan engkau dilirik atau disahabatin saja ogah, engkau tak punya jangkauan untuk melihat sesuatu. Misalnya berkunjung di suatu tempat yang jaraknya cukup jauh di pantai atau hanya sekedar jalan-jalan untuk membanggakan mata kita di tempat-tempat yang ramai. Apalagi sekarang ini cewek-cewek (maaf) pantat bensin (aku mengatakan tidak semua), bahkan untuk memacari mereka engkau harus punya kendaraan minimal kendaraan roda dua, tentunya Ninja atau Vixion yang keluaran baru dan jika punya kendaraan mobil engkau cepat dilirik sama cewek-cewek, di kejar-kejar, begitu kata sahabat itu.

***
SAYA, membayangkan betapa anehnya memang kehidupan ini. Dunia terlihat begitu sempit, sampai-sampai kalau harus memacari cewek atau bersahabat kita harus memiliki kendaraan. Dunia seperti terkurung dalam kehidupan meterialistik. Manusia yang hidup seperti terdorong oleh kehidupan yang begitu materialistik untuk mengejar benda-benda, membayar mahal dengan hilangnya kesadaran kemanusiaan kita, hilangnya pemahaman tentang tujuan hidup dan penciptaan kita serta mengacaukan perspektif kita untuk meraih kebahagiaan hidup kita di dunia ini.

Mungkin inilah manusia-manusia moderen yang hidup di kota-kota. Kehidupan mereka hanya difokuskan untuk terus mengejar benda-benda, berpacaran dengan yang punya kendaraan atau kekayaan lalu mengatakan ini demi kebahagiaanku. Pada akhirnya kita sebagai manusia khususnya laki-laki hidup seperti zombie yang mengejar harta benda—manusia yang sesungguhnya sudah mati, namun tetap bergerak tanpa kesadaran sehinngga kita kehilangan waktu, lupa keluarga atau lupa manusia lainnya yang ada disekitar lingkungan kita.

Manusia adalah Homo-Economicus (mahluk ekonomi). Kalimat ini diuatarakan secara tidak langsung oleh John Stuart Mill dan dipopulerkan oleh Gary Becker yang menekankan, seseorang yang pada dasarnya semata-mata memiliki hasrat pribadi untuk memperoleh kesejahteraan dan juga mampu melakukan proses pemilihan atas sebuah tujuan tertentu. Mungkin inilah salah satu alasan mengapa manusia terus berusaha mengejar benda-benda itu—manusia terus mempunyai hasrat untuk memperoleh kesejahteraan dirinya sehingga manusia-manusia moderen seperti di kota-kota terkungkung dengan hal ini, tak terlebih manusia-manusia yang ada di Kendari. Bahkan untuk bersahabat atau memacari manusianya kita harus memiliki kendaraan itu. Ini sekali lagi demi kepuasan dan kesejahteraan pribadi.

Sungguh aneh kan…

Lalu bagaimana dengan diriku yang tak punya benda-benda itu, mungkin saya tak akan pernah disahabatin bahkan untuk berpacaran saja sangat susah untuk diterimah. Entalah…

Tapi saya punya sesuatu yang lain dari pada itu—yang lebih berharga dari pada benda-benda itu yaitu persahabatan dan cinta sejati serta penghargaan pada setiap manusia serta yang hidup di dunia ini.

***
Aku memang seseorang yang pejalan kaki. Ini kulakukan karena kesukaanku untuk melihat, megamati kejadian disekelilingku lalu mencatatnya. Sebagai anak yang terlahir di desa, tentu saya tak punya kemampuan untuk memiliki kendaraan-kendaraan itu. Setiap saya berpergian, kendaraan yang saya tumpangi mobil angkot atau di Kota Kendari disebutnya pete-pete. Jika mobil tak bisa memasuki yang saya tujuh meskipun itu cukup jauh, saya memutuskan untu berjalan kaki.

Kata sahabat saya, gila kamu ini jalan sejauh itu, sendirian lagi. Ungkapan sahabat itu terlontar ketika saya menceritakan pada saat saya melakukan perjalanan untuk melihat pantai di teluk kendari sendirian. Memang jaraknya cukup jauh dari tempat turun mobil pete-pete, tapi itulah pilihanku untuk tetap berjalan kaki. Saya mengatakan kepada sahabat itu, itu bukan gila—tapi kemauan untuk mencari setitik inspirasi kehidupan, bersapa kata dengan masyarakat lalu membingkainya dengan kata-kata untuk menginspirasi banyak orang. Dengan berjalan kaki kita bisa melihat dan mengamati banyak hal seperti petani, para pengemis orang tua dan anak-anak jalanan yang ada di lampu-lampu merah, pekerja bangunan, pedagang kaki lima yang semakin termarjinal di jalan-jalan, para pengait sampa/pemulung, para nelayan dan masih banyak lagi.

Dengan hal itu, tentu kita mempunyai gambaran tentang kehidupan bahkan tentang dunia ini. Dunia yang penuh dengan hiruk-pikuk aktivitas berbagai hal, sehingga memandang kehidupan bukan sesuatu yang kosong atau hampa. Ada orang-orang yang membutuhkan uluran tangan untuk mengangkat kesejahteraan mereka. Ada hal-hal yang perlu kita angkat di kehidupan masyarakat agar orang-orang yang duduk dikursih-kursih yang mempunyai jabatan penting di pemerintahan dapat membuat suatu kebijakan yang dapat memihak mereka.

Jadi, pejalan kaki bukan berarti berjalan tanpa makna. Memang akan dianggap rendah, tidak disahabatin dan tidak disukai oleh cewek-cewek seperti kata sahabat saya namun, seorang pejalan kaki mempunyai berlian-berlian kehidupan dimana orang bahkan tidak dapat dimilikinya.

Pejalan kaki mempunyai pengamatan dan tentu pengalaman yang berharga dengan berbagai aktivitas kehidupan yang diteropongnya. Pejalan kaki adalah petualang yang lihai. Dia dapat mengangkat kejadian berbagai hal dipermukaan yang kemudian dapat mempengaruhi setiap tindakan manusia-manusia lainnya. Bahkan dapat membuat seseorang melakukan gerakan revolusi dengan merubah kehidupan tanah airnya dengan melihat kemirisan yang ada.

Pejalan kaki adalah bukan pejalan yang berjalan dengan diam didalam kesunyiannya. Pejalan kaki adalah orang-orang yang gemar pencari—pencari keadilan dan kedamaian yang ada disekelilingnya dengan mengangkatnya dengan tulisan-tulisan sederhana.

Ini tentu pendapat saya, anda tentu mempunyai pendapat lain kan……



                                                                        Kendari, 24 Desember 2015
                                                                        Laode Halaidin

21 Desember 2015

Kak, Tegarlah Hadapi Cobaan Hidupmu

                                                                         Ilustrasi


Beberapa bulan yang lalu, saya tengah dirundung kesedihan ketika kakak pertamaku sakit. Saya terus memikirkan mereka, meskipun kakaku telah bersuami dan ada yang merawatnya namun kesedihan ini terus ada. Saya ingin ada didekat kakaku, memberinya kekuatan dengan motivasi agar tetap tegar menghadapi segala cobaan hidupnya. Karena sama-sama di Kendari cuman beda tempat tinggal, saya nginap dikamar teman di kampus baru sementara kakak pertamaku di wayong, akhirnya saya memutuskan untuk bermalam di rumahnya.

Ketika saya melihatnya sakitnya memang cukup parah. Saya berpikir, dia harus bangkit dan terus berobat untuk memikirkan anak-anaknya yang masih kecil. Kakaku harus sehat agar ada yang bisa merawat anak-anak kecilnya dengan baik agar mereka tetap tumbuh sehat. Anak-anaknya memang harus diberikan kasih sayang, kembang senyum dan keceriaan dan olehnya itu Ibunya harus sehat.

Lain halnya dulu ketika aku masih kecil yang memang rentan terkena sakit. Berobat pun sangat jarang karena orang tuaku keterbatasan biaya. Penyakitku terjadi saat usikau dua tahun bahkan sakitku dulu suda di fonis tidak akan pernah sembuh  dan berakibat pada pertumbuhan badanku yang cukup lambat. Kata ibuku, dia tidak pernah mengirah bahwa badanku akan seperti sekarang ini yang melebihi kakak-kakaku karena dari kecil badanku sangat kurus karena penyakit yang menimpaku.

Namun keajaiban datang kata ibuku, ketika bertemu dengan orang pintar yang bisa mengobati penyakitku. Bahkan penyakitku yang katanya tidak akan sembuh, bisa disembuhkan dengan hanya beberapa bulan saja.
 Itulah keajaiban, kadang datangnya kita tak pernah tahu. Kita hanya butuh berdoa dan berikhtiar kepada yang maha kuasa. Manusia hanya bisa berasumsi sedangkan Tuhan punya rencana baik untuk umatnya dengan menghadirkan orang pintar yang bisa mengobati penyakitku. Doa ibu akhirnya bisa terwujud dan saya bisa disembuhkan dari penyakit yang menimpahku itu.

Semua berawal dari berikhtiar berdoa dan berobat, pasti penyakit akan sembuh…..

***
Malam ini, saya kembali dirundung kesedihan. Kakaku yang kedua perempuan juga mengalami sakit-sakitan di seberang laut sana. Tempat tinggalnya cukup jauh di Kalimantan Timur sedangkan saya di Muna. Bila menempuh perjalan lewat kapal laut itu memakan waktu tiga hari tiga malam dengan menghabiskan biaya sekitar satu juta lima ratus ribuh rupiah dan saya tak punya uang sebanyak itu. Jika di Kendari mungkin saya bisa menjenguknya karena biaya perjalananya tidak cukup banyak.

Yang membuat saya terus bersedih, ketika melihat Ibu saya ikut bersedih memikirkan anak-anaknya yang sakit. Sementara tempat tinggal mereka sangat jauh jika Ibu menjenguk mereka. Ibu terkadang menyalahkan kakaku karena mereka bersuami dengan orang yang berkampung jauh. Kata Ibu, ketika mereka sakit seperti ini saya hanya bersedih saja dan tak bisa menjenguknya karena tempat tinggal mereka sangat jauh. Apalagi Ibu tidak bisa menempuh perjalan yang cukup jauh. Ibu hanya bisa menitipkan doa kepada yang maha kuasa agar anak-anaknya dapat sembuh dengan cepat.

***
Kakaku, kamu harus tegar untuk menghadapi cobaan hidupmu. Penyakit adalah bentuk cobaan dari yang maha kuasa kepada hambanya. Kita diberi sakit agar kita tau bahwa hidup tidak selalu mulus. Namun penuh kerikil-kerikil yang tajam dan jika kita tak kuat dan tegar bisa saja kita akan terhenti dan tidak mau melanjutkan perjalanan itu. Sementara dibalik perjalanan itu banyak terdapat hikma dan berlian-berlian kehidupan yang kelak akan engkau berikan kepada anak-anakmu. Sakit bukan berarti akan membuat kita jatuh, terhenti dan melemah namun harus membuat kita kuat dan memilih untuk terus bangkit.

Kakaku, kita mempunyai Ibu yang baik yang terus mendoakanmu agar engkau sembuh. Ibu tak bisa datang bukan karena tidak menyayangi kalian namun karena Ibu tak bisa menempuh perjalan yang cukup jauh. Ibu kita adalah malaikat terbaik yang dikirimkan oleh Tuhan. Kasih sayangnya tak pernah pudar terhadap anak-anaknya meskipun kalian jauh diseberang sana, telah bersuami dan mempunyai kehidupan yang baru. Ibu tetap menyayangi kita semua…

Kak, semoga keajaiban datang padamu agar penyakit yang di deritamu cepat sembuh. Berikhtiar dan terus berdoalah kepada yang maha kuasa. Seperti yang saya katakan, Allah Swt selalu mempunyai rencana dan kehendak baik terhadap umatnya.

                                                                        Raha, 20 Desember 2015
                                                                               Laode Halaidin