09 Agustus 2015

Orang-Orang Yang Menghembuskan Kebaikan

                                                                                      Ilustrasi.

Jika jalan untuk menuju surga kebanyakan orang-orang melakukan ibadah ke mesjid-mesjid, orang-orang ini hanya tau dan percaya bahwa kebaikan terhadap sesama juga akan mengantarkan hidupnya untuk menuju surga. Mereka percaya akan Tuhan dan mempunyai agama tapi tak pernah saya melihat mereka melakukan ibadah shalat lima waktu atau hanya hendak untuk melaksanakan shalat jum’at sekali seminggu. Mereka mengatakan, saya tak melaksanakan ibadah shalat karena saya tak mampu, jika melakukannya terputus-putus maka sama halnya saya membodohi Tuhan, sedangkan Tuhan itu maha melihat dan mendengar. Saya hanya tau bahwa kehidupan harus selalu di isi dengan kebaikan dengan sesama meskipun itu dengan hal-hal kecil.

Momen lebaran idul fitri seperti sekarang ini selalu dimanfaatkan untuk bersilahturahmi. Berkumpul bersama keluarga merupakan suatu kebahagiaan tersendiri bagi para pemudik. Di saat lebaran-lah kita selalu mempertautkan silahturahmi bersama keluarga, kakak, adik, ipar-ipar, sahabat serta bersama masyarakat di desa setempat. Disinilah saya menemukan kebahagiaan itu. Semua keluarga di kota-kota, baik di Sulawesi maupun di luar Sulawesi berbondong-bondong untuk mudik di kampung halamannya. Tujuan mereka hanya untuk bertemu dan berkumpul dengan seluruh keluarga. Dalam setiap lebaran idul fitri, sudah menjadi tradisi setiap insan manusia untuk kemudian bertemu dengan seluruh keluarga, bersilahturahmi, ber-maaf-maafan, dan berucap semoga kita diberikan umur panjang dan bertemu pada lebaran berikutnya. Inilah setiap doa ketika saya menyalami masyarakat di desa-desa.

Saya melihat kebahagiaan itu terpencar diraut wajah mereka. Ada perasaan dalam hati bahwa ternyata kita tak perlu jauh-jauh untuk mencari kebahagiaan ini karena kebahagiaan sesungguhnya selalu ada disekitar, disamping dan didepan kita. Kebahagiaan bukan berarti mempunyai kekayaan atau materi/financial yang melimpa, atau tinggal dirumah yang mewah dan terkesan jauh dengan masyarakat kecil. Biasanya orang-orang seperti ini tidak mempunyai keunggulan untuk bermasyarakat atau hanya sekedar untuk bercerita dengan masyarakat di desa-desa karena terlalu mengurung diri mereka dengan kekayaannya. Orang-orang ini menganggap, masyarakat kecil tak pantas untuk mendapatkan salaman atau silahtuhrahmi dengan kami, toh mereka hanya orang-orang miskin yang tak mungkin diajak kerjasama dalam hal keuntungan atau untuk meningkatkan kekayaannya.

Kebahagiaan itu ada dan datang tergantung bagaimana kita memanfaatkan dan memandang situasi serta momen-momen tertentu. Ketika kita memandang momen atau situasi tertentu dengan pikiran yang negativ, maka situasi itu atau momen tersebut akan buram dan suda tentu bukan memancarkan suatu kebahagiaan tetapi kebencian, stress dan sebagainya.

Jika setiap orang menganggap bahwa idul fitri merupakan momen untuk kembali fitra, suci kembali atau kemenangan karena telah menjalankan ibadah puasa selama satu bulan penuh, orang-orang ini menganggap bahwa lebaran idul fitri sama halnya dengan pembuncaan kebahagiaan bersama, dengan membantu orang-orang yang tak dapat melaksanakan lebaran shalat idul fitri di mesjid-mesjid terbesar. Mereka mungkin tak mengerti apa itu fitra, suci atau kemenangan yang sering digemahkan oleh para pendakwah di mesjid-mesjid. Mereka hanya mengerti bahwa idul fitri hanyalah sebuah momen terpenting untuk melihat tawa masyarakat, memberikan maaf atas segala hal yang menjadi pertentangan selama ini, mengikhlaskan apa yang telah menjadi kejadian atas masa lalu dan menatap sebuah masa depan yang lebih baik, harmonis dan penuh kedamayan.

Saya melihat orang-orang ini tidak agamis, tidak pernah saya melihat menjalankan shalat lima waktu dan mungkin juga mereka tak pernah puasa. Idul fitri seperti ini mereka tidak melaksanakan shalat idul fitri tetapi dia menyewakan mobil untuk mengantar orang-orang yang ingin melaksanakan shalat idul fitri. Tidak seperti orang-orang yang bersorban serba putih dimana setiap bertemu dengan seseorang selalu mengeluarkan ayat-ayat atau dalil-dalil Al-Qur’an dari mulutnya, menceramahin tentang kenikmatan akhirat dan meninggakan segala bentuk yang berkaitan dengan kegiatan duniawi tetapi tidak mengerti bagaimana membahagiakan atau membuat senyum tawa masyarakat yang hanya dengan hal-hal kecil.

Orang-orang ini tinggal jauh dari keramayan, kampungnya lumayan terpencil bahkan listrik pun belum masuk tetapi mereka sangat menikmati kehidupannya. Mereka menganggap bahwa tak ada halangan atau rintangan apapun untuk selalu membuat kehidupan masyarakat selalu tersenyum. Setiap tahun dia membantu masyarakat yang kesusahan bahkan pada saat lebaran seperti ini dia membantu menyewakan mobil untuk masyarakat. Biasanya mobil-mobil tersebut digunakan masyarakat untuk pergi ke mesjid-mesjid yang besar untuk melaksanakan shalat idul fitri atau hanya sekedar jalan-jalan di permandian terdekat.

Kemarin saya kembali melihat dia bersama dengan masyarakat yang ada di desanya menumpangi mobil untuk pergi merayakan lebaran idul fitri di mesjid Muna. Saya mendengar dialah yang menyewah mobil-mobil tersebut. Masyarakat di desanya hanya tau pergi dan pulang saja. Dia tidak mempunyai kekayaan uang, dia hanya memiliki kekayaan hati yang berupa kebaikan untuk melihat senyum masyarakat di desanya dalam momentum lebaran idul fitri ini.

Keikhlasannya terpampang di raut mukanya yang seram, dan hitam karena keseringannya bertarung dengan panasnya kehidupan. Keseramannya tak membuat masyarakat takut lalu kemudian menjauh karena hatinya begitu lunak, rendah hati dan tak mempunyai rasa kesombongan. Dia pandai berbagi kebahagiaan dengan sesama sesuai kesanggupannya. Meskipun di desa sangat-lah susah untuk mendapatkan puing-puing rupiah, dia tak pernah memikirkan berapa puing rupiah yang akan mengeruk isi dompetnya untuk membantu masyarakat di desanya. Kebahagiaan terbesar dalam hidupnya ketika dia bisa berbagi, serta melihat masyarakat di kelilingi oleh tembok kedamayan dan keharmonisan.

Lantas, apa yang akan kita pilih untuk sebuah kehidupan ini!

                                   
Ditulis di Muna, 18 juli 2015


0 komentar:

Posting Komentar