Ilustrasi
Beberapa minggu ini rutinitasku berubah,
iya berubahnya hanya 180 derajat saja sih, tidak juga berputar dengan haluan
penuh 360 derajat. Saya punya kebiasaan biasanya mencari buku-buku bacaan di
tokoh buku, jika kusuka saya beli lalu kutenggelamkan diruku dalam bacaanku.
Biasanya juga untuk menambah koleksi-koleksi buku, karena buku-buku diatas meja
belajarku belum banyak, lagian saya ingin punya banyak wawasan tentang apapun,
kecuali ilmu-ilmu kedokteran karena saya tak suka menghafal bagian-bagian tubuh
dengan bahasa yang sukar dimengerti.
Kini saya harus lebih banyak menyisipkan
waktu untuk menyusun skripsiku. Iya menyusun proposal untuk skripsi betul-betul
capek dan membosankan, meskipun menulis merupakan salah satu bagian dari hidupku
yang tak bisa kupisahkan. Membaca, melihat fenomena kehidupan, berpikir lalu
menulis hal-hal yang masih tersembunyi atau kejadian sosial, ekonomi dan
politik yang belum sempat dibumikan dijagad raya ini.
Mungkin semua orang berpikir, emang kamu
bisa menuliskan tentang hal itu! Saya kira jika kita ingin terus belajar, hal-hal
sesusah apapun pasti kita akan bisa melaluinya dan berhasil. Dan itulah impian
dan harapan terbesarku di kehidupan ini…lalu harapan dan impianmu apa?
Menulis seperti artikel atau di bloger
memang tak membutuhkan tenaga yang full atau dengan kekuatan super power. Cukup
dengan ketenangan berpikir, dengan membaca, menonton, melihat kejadian atau
realitas kehidupan lalu menuliskannya. Tak butuh berlembar-lembar untuk
membuatnya atau dengan mengutip teori-teori para ahli yang kadang sukar
dipahami orang-orang. Sebab menulis di bloger atau artikel-artikel yang tidak
berat, bahasanya mengalir sesuai dengan ketenangan jiwa dan batin kita.
Kejernihan berpikir untuk mengungkapkan realitas yang sebenarnya terkadang juga
memacu kita untuk dapat menuliskan sesuatu hal.
Lain halnya dengan menulis karya ilmiah
atau proposal skripsi yang diwajibkan untuk mengutip pandapat-pendapat para
ahli. Lalu kemudian kita juga membutuhkan buku pedoman, acuan atau refrensi
untuk skripsi. Terkadang saya berpikir ini tugas berat akhir saya. Pasalnya
sebuah skripsi membutuhkan pengetikan berpuluh-puluh lembar kertas untuk
selesai. Belum lagi pada saat kegiatan penelitian, ini membutuhkan tenaga super
power ala power ranger. Banyak menguras tenaga, waktu dan pikiran. Di sini kita
seperti hanya berada pada satu dunia yaitu dunia skripsi.
Membuat skripsi memang capek dan
membosankan, tapi itulah sebuah kewajiban untuk mendapatkan sebuah titel
sarjana yang sering dibangga-banggakan oleh setiap orang. Orang tua saya tentu
juga menginginkan hal ini. Saya hanya butuh dorongan yang kuat serta penguatan
agar secepatnya saya menyelesaikan tugas akhir ini, meskipun banyak kendala,
terutama biaya. Saya hanya akan terus menjalaninya untuk sebuah impian dan
cita-cita kedepan, tak boleh rapuh, tak boleh putus asa karena semua ada
momen-momen tertentu. Hari ini bahagia kedepan belum tentu, hari bersusah-susah
paya demi menggapai impian, kedepan mungkin kita akan bahagia. Roma Irama si
Raja dangdut sering menyanyikan ini “Bersusah-susah dahulu lalu kemudian….
bersenang-senang”.
Yups….mungkin dengan kondisi saya saat
ini, pantas untuk bersusah-susah dahulu dan kemudian akan saya petik buah
kesenangan itu. Semogaaa…….
Kendari 30 Agustus 2015
0 komentar:
Posting Komentar