30 Agustus 2015

Capeknya Membuat Skripsi

                                                                           Ilustrasi

Beberapa minggu ini rutinitasku berubah, iya berubahnya hanya 180 derajat saja sih, tidak juga berputar dengan haluan penuh 360 derajat. Saya punya kebiasaan biasanya mencari buku-buku bacaan di tokoh buku, jika kusuka saya beli lalu kutenggelamkan diruku dalam bacaanku. Biasanya juga untuk menambah koleksi-koleksi buku, karena buku-buku diatas meja belajarku belum banyak, lagian saya ingin punya banyak wawasan tentang apapun, kecuali ilmu-ilmu kedokteran karena saya tak suka menghafal bagian-bagian tubuh dengan bahasa yang sukar dimengerti.

Kini saya harus lebih banyak menyisipkan waktu untuk menyusun skripsiku. Iya menyusun proposal untuk skripsi betul-betul capek dan membosankan, meskipun menulis merupakan salah satu bagian dari hidupku yang tak bisa kupisahkan. Membaca, melihat fenomena kehidupan, berpikir lalu menulis hal-hal yang masih tersembunyi atau kejadian sosial, ekonomi dan politik yang belum sempat dibumikan dijagad raya ini.
Mungkin semua orang berpikir, emang kamu bisa menuliskan tentang hal itu! Saya kira jika kita ingin terus belajar, hal-hal sesusah apapun pasti kita akan bisa melaluinya dan berhasil. Dan itulah impian dan harapan terbesarku di kehidupan ini…lalu harapan dan impianmu apa?

Menulis seperti artikel atau di bloger memang tak membutuhkan tenaga yang full atau dengan kekuatan super power. Cukup dengan ketenangan berpikir, dengan membaca, menonton, melihat kejadian atau realitas kehidupan lalu menuliskannya. Tak butuh berlembar-lembar untuk membuatnya atau dengan mengutip teori-teori para ahli yang kadang sukar dipahami orang-orang. Sebab menulis di bloger atau artikel-artikel yang tidak berat, bahasanya mengalir sesuai dengan ketenangan jiwa dan batin kita. Kejernihan berpikir untuk mengungkapkan realitas yang sebenarnya terkadang juga memacu kita untuk dapat menuliskan sesuatu hal.

Lain halnya dengan menulis karya ilmiah atau proposal skripsi yang diwajibkan untuk mengutip pandapat-pendapat para ahli. Lalu kemudian kita juga membutuhkan buku pedoman, acuan atau refrensi untuk skripsi. Terkadang saya berpikir ini tugas berat akhir saya. Pasalnya sebuah skripsi membutuhkan pengetikan berpuluh-puluh lembar kertas untuk selesai. Belum lagi pada saat kegiatan penelitian, ini membutuhkan tenaga super power ala power ranger. Banyak menguras tenaga, waktu dan pikiran. Di sini kita seperti hanya berada pada satu dunia yaitu dunia skripsi.

Membuat skripsi memang capek dan membosankan, tapi itulah sebuah kewajiban untuk mendapatkan sebuah titel sarjana yang sering dibangga-banggakan oleh setiap orang. Orang tua saya tentu juga menginginkan hal ini. Saya hanya butuh dorongan yang kuat serta penguatan agar secepatnya saya menyelesaikan tugas akhir ini, meskipun banyak kendala, terutama biaya. Saya hanya akan terus menjalaninya untuk sebuah impian dan cita-cita kedepan, tak boleh rapuh, tak boleh putus asa karena semua ada momen-momen tertentu. Hari ini bahagia kedepan belum tentu, hari bersusah-susah paya demi menggapai impian, kedepan mungkin kita akan bahagia. Roma Irama si Raja dangdut sering menyanyikan ini “Bersusah-susah dahulu lalu kemudian…. bersenang-senang”.

Yups….mungkin dengan kondisi saya saat ini, pantas untuk bersusah-susah dahulu dan kemudian akan saya petik buah kesenangan itu. Semogaaa…….



Kendari 30 Agustus 2015

0 komentar:

Posting Komentar