Sumber Gambar : disusun.com
Ahh…..hidup ini memang tak pernah luput dari rasa takut, yang terus menggerogoti semangat kita untuk berkreativitas. Rasa takut hanyalah puncak gunung es, yang akan terus mencekam bahkan akan terus bercengkrama untuk melemahkan sendi-sendi daya pikir. Pesimis adalah salahsatunya, dapat membelit dan memotong-motong seluruh kemauan dan kekuatan kita ketika hendak melakukan sesuatu. Yang terjadi adalah kita akan merasa kaku, grogi sehingga apapun yang hendak kita perbuat, kita merasa tertekan dan khawatir.
Rasa
takut ibarat seseorang yang hendak mati rasa, yang terus di bayang-bayangi rasa
bersalah atas masa lalu dan rasa kesalahan yang akan di perbuat. Rasa takut hanya
akan terus membuat pikiran kita meluap-luap, membayangi dan menghantui kita
dalam setiap detik. Rasa takut hanya bisa membuat kita lemah, menghentikan
seluruh momen-momen yang indah, yang kemungkinan besar momen tersebut tak akan
pernah mendapakan ke dua kalinya dalam sejarah hidup kita.
Rasa
takut hanya bisa menciptakan keresahan dalam setiap detik ketika melangkahkan
kaki kita di bumi. Rasa takut hanya bisa mengabaikan langka, dan keberanian
kita untuk melihat dunia dengan mata terang. Bukankah berbenturan dengan rasa
takut, disebut sebagai laskar-laskar pemberani yang melihat kehidupan sebagai
sebuah pertualangan. Bukankah melawan rasa takut, dianggap sebagai
pahlawan-pahlawan yang gagah berani yang tak pernah gentar melihat kehidupan
sebagai momen-momen bersejarah.
Takut
salah, takut gagal, takut direndahkan dll. Takut inilah yang terus menghantui
sendi-sendi kehidupan kita pada setiap detik. Bukankah menikmati kehidupan ini
alasan yang tepat, mengapa manusia harus hidup untuk selalu menyusuri setiap
lorong-lorong kehidupan dengan menikmati bentangan alam yang indah sebagai
wujud sang pencipta kita. Tentu menikmati kehidupan ini, yang harus ditanamkan
pada setiap benak manuisa. Bahwa hidup adalah sebuah anugrah sang pencipta,
yang harus terus mendedikasikannya untuk melakukan yang terbaik bagi alam ini.
Walaupun
kita mengakui bahwa orang yang selalu menghindari kesalahan adalah orang yang
tak pernah gagal, namun betapa kosongnya jiwa kita seolah-olah melihat alam
sebagai tempat yang tak menyimpan selongsong mutiara-mutiara sejarah. Betapa
rapuhnya jiwa kita yang tak melihat dunia dengan pemberian kejutan-kejutan yang
menyenangkan. Dan betapa butannya mata kita yang tak melihat bahwa setiap
kegagalan dalam hidup, itu akan lahir tunas-tunas kehidupan baru.
Kita
lihatlah orang-orang disekitar kita yang sukses, yang bahagia, mereka tak
melihat kehidupan sebagai hal yang membebani jiwa. Mereka tak pernah merasa takut
dalam mengambil resiko, itu karena rasa penasaran, ambisi, serta rasa rindu
yang akan hausnya untuk selalu berpetualang.
Tak
bisa dipungkiri bahwa setiap kelokan atau tikungan jalan itu akan terus
menghantui kita sebab kita tak tahu apa dibalik tikungan itu, namun itulah
kehidupan yang tak selalu lurus. Dan lambat laun kita terheran-heran merasa
kuat dan bahagia karena telah melewati liku-liku itu.
Pengembaraan
manusia terhadap kehidupan itu selalu menggambarkan siapa dia sebenarnya. Tak
peduli gagal, salah, dan sesulit apapun dalam setiap medan perjalanan
yang ditempuhnya. Kata Paulo Coelho “Kesulitan” itu hanyalah taktik kuno yang
diciptakan untuk membantu medefenisikan diri kita yang sebenarnya.
Lanjut
Paulo Coelho, kita akan melangkah lebih jauh ketimbang yang kita kira. Kita
akan mencari tempat terbitnya bintang pagi dan sesampainya disana, kita pun
terheran-heran betapa perjalanan itu jauh labih muda daripada yang selama ini
yang kita bayangkan.
Pagi
ini saya hendak mau berangkat untuk pulang kampung bersama teman saya Adin.
Janji kami berangkatnya pagi. Karena terlambat bangun dan suda telalu terang,
saya pun tetap mengajak untuk pulang kampung. Adin…..sini kita
berangkat!! Dia
menjawab, sekarang tidak bisa karena saya takut. Saya bilang, takut
apa? Takut
Polantas karena dijalan lagi banyak swiping. Aahhh…..
0 komentar:
Posting Komentar