10 April 2015

Ibu, Sang Pemberi Nafas Kehidupan

                                                             Ilustrasi Gambar: joyfulmagazine.com


Ibu…..malam ini aku memikirkanmu, merindukan engkau yang jauh di sana yang selalu nan-kesepian. Ibu…malam ini aku ingin berada di pangkuanmu, ingin merasakan kehangatan belaiyan yang penuh kasih sayang terhadap anakmu ini. Ingin mendengar nyanyian dengan suaramu yang parau namun bagiku indah, yang selalu menjaga dan mengantarkan anakmu ini dalam kelelapan tidurnya.

***
Ibu…..malam ini aku melihatmu hanya dalam tatapan bayangan didepanku dengan mata terangku, berpikir untuk selalu menembus jantung kehidupan agar kelak bisa memberikan butir-bitur senyum dan kebahagiaan. Saya tau Ibu….bagimu kebahagiaan adalah bukanlah hanya sekedar mengumpulkan kekayaan (uang) seperti kebanyakan orang, namun anaknya tidak pernah menyelesaikan jenjang pendidikan tetapi engkau menginginkan anakmu ini untuk terus berjalan menyusuri lorong-lorong pengetahuan. Engkau Ibu…menginginkan agar anakmu ini kelak, bisa membawa butir-butir kebahagiaan, dengan seonggok senyum di kemudian hari. Dan itulah yang engkau harapkan.

*** 
Ibu Sang Pemberi Nafas Kehuidupan. Tak muda engkau melahirkan anakmu, tak muda engkau untuk terus merawat anakmu-anakmu hingga kelak mereka tumbuh dewasa. Engkau mempertaruhkan nyawa dengan tenaga yang ada untuk terus melihat anak-anakmu tersenyum. Membanting tulang untuk selalu menghidupi, dan mencari sekeping rezeki untuk menyambung nafas anak-anakmu ini.

***
Ibu Sang Pemberi Nafas Kehidupan. Begitu banyak hal penderitaanmu di dunia ini, dengan mengorbankan banyak hal demi anak-anakmu. Begitu banyak hal yang engkau pikirkan, hanya sekedar megangkat nafas kehidupan anakmu. Dan begitu banyak hal, yang engkau tuangkan keringat maupun darah itu bercucuran hanya untuk keberlanjutan masa depan anak-anakmu.

***
Ibu Sang Pemberi Nafas Kehidupan. Jasa-jasamu tak dapat dihitung, kebaikanmu tak dapat diukur dengan apapun. Engkaulah bintang terang itu, engkaulah kapas putih itu, yang selalu menunjukan jalan terang dan melakukannya dengan penuh keikhlasan. Saya tau dari ceritamu sejak dulu bahwa engkau telah banyak memakan garam kehidupan, melewati liku-liku kehidupan dengan penuh penderitaan, dan kemiskinan sehingga engkau tidak menginginkan anakmu mengalami hal yang sama. Saya melihat keperkesaanmu itu dari ketulusan dengan mata terangmu menganggap bahwa dunia ini tidak sempit dan terus berputar, menganggap bahwa hari ini akan terus berlanjut dengan hari esok, sehingga kami tidak pantas untuk terus membawah sikap-sikap yang pesimis dalam hidup.

***
Ibu Sang Pemberi Nafas Kehidupan. Engkau menginginkan nasib anakmu ini baik, dengan mempunyai masa depan yang cerah. Maka dengan segenap ketulusan hati, anakmu ini akan selalu memelihara mimpi-mimpi Ibu seperti halnya memelihara mimpi-mimpi diriku sendiri.

***
Ibu Sang Pemberi Nafas Kehidupan. Kebaikanmu sungguh besar, sehingga saya berpikir sampai kapanpun saya tidak akan sanggup membalas semua kebaikan itu. Izinkanlah anakmu ini, untuk terus melangkakan kakinya, langka demi langka untuk menyusuri liku-likunya kehidupan. Saya tau, hidup itu memang tak muda bagi orang yang selalu pesimis, tapi aku telah berguru kepadamu bahwa keterbatasan merupakan bukanlah suatu halangan seseorang untuk menggapai mimpi-mimpinya.

***
Ibu Sang Pemberi Nafas Kehidupan. Maafkanlah anakmu ini, karena sampai hari ini, belum bisa memberi sebuah kebahagiaan yang berarti dalam hidup Ibu. Tetapi saya yakin dengan lenterahmu itu, dapat menerangi jalanku dan meringankan kaki-kaki ini berpijak di bumi untuk selalu menyusuri kehidupan. Hanya doa dan ke-tulusanmu-lah yang akan mengantarkan kami ke-kehidupan yang bahagia karena engkau adalah Pemberi nafas kehidupan.

                                                                                    Kendari 11 April 2015
                                                                                    Saat susah tidur……

0 komentar:

Posting Komentar