Ilustrasi Gambar: joyfulmagazine.com
Ibu…..malam
ini aku memikirkanmu, merindukan engkau yang jauh di sana yang selalu nan-kesepian.
Ibu…malam ini aku ingin berada di pangkuanmu, ingin merasakan kehangatan belaiyan
yang penuh kasih sayang terhadap anakmu ini. Ingin mendengar nyanyian dengan suaramu
yang parau namun bagiku indah, yang selalu menjaga dan mengantarkan anakmu ini
dalam kelelapan tidurnya.
***
Ibu…..malam
ini aku melihatmu hanya dalam tatapan bayangan didepanku dengan mata terangku, berpikir
untuk selalu menembus jantung kehidupan agar kelak bisa memberikan butir-bitur senyum
dan kebahagiaan. Saya tau Ibu….bagimu kebahagiaan adalah bukanlah hanya sekedar
mengumpulkan kekayaan (uang) seperti kebanyakan orang, namun anaknya tidak pernah
menyelesaikan jenjang pendidikan tetapi engkau menginginkan anakmu ini untuk
terus berjalan menyusuri lorong-lorong pengetahuan. Engkau Ibu…menginginkan agar
anakmu ini kelak, bisa membawa butir-butir kebahagiaan, dengan seonggok senyum di
kemudian hari. Dan itulah yang engkau harapkan.
***
Ibu
Sang Pemberi Nafas Kehuidupan. Tak muda engkau melahirkan anakmu, tak muda engkau
untuk terus merawat anakmu-anakmu hingga kelak mereka tumbuh dewasa. Engkau
mempertaruhkan nyawa dengan tenaga yang ada untuk terus melihat anak-anakmu
tersenyum. Membanting tulang untuk selalu menghidupi, dan mencari sekeping
rezeki untuk menyambung nafas anak-anakmu ini.
***
Ibu
Sang Pemberi Nafas Kehidupan. Begitu banyak hal penderitaanmu di dunia ini,
dengan mengorbankan banyak hal demi anak-anakmu. Begitu banyak hal yang engkau
pikirkan, hanya sekedar megangkat nafas kehidupan anakmu. Dan begitu banyak hal,
yang engkau tuangkan keringat maupun darah itu bercucuran hanya untuk keberlanjutan
masa depan anak-anakmu.
***
Ibu
Sang Pemberi Nafas Kehidupan. Jasa-jasamu tak dapat dihitung, kebaikanmu tak dapat
diukur dengan apapun. Engkaulah bintang terang itu, engkaulah kapas putih itu,
yang selalu menunjukan jalan terang dan melakukannya dengan penuh keikhlasan. Saya
tau dari ceritamu sejak dulu bahwa engkau telah banyak memakan garam kehidupan,
melewati liku-liku kehidupan dengan penuh penderitaan, dan kemiskinan sehingga
engkau tidak menginginkan anakmu mengalami hal yang sama. Saya melihat keperkesaanmu
itu dari ketulusan dengan mata terangmu menganggap bahwa dunia ini tidak sempit
dan terus berputar, menganggap bahwa hari ini akan terus berlanjut dengan hari
esok, sehingga kami tidak pantas untuk terus membawah sikap-sikap yang pesimis
dalam hidup.
***
Ibu
Sang Pemberi Nafas Kehidupan. Engkau menginginkan nasib anakmu ini baik, dengan
mempunyai masa depan yang cerah. Maka dengan segenap ketulusan hati, anakmu ini
akan selalu memelihara mimpi-mimpi Ibu seperti halnya memelihara mimpi-mimpi
diriku sendiri.
***
Ibu
Sang Pemberi Nafas Kehidupan. Kebaikanmu sungguh besar, sehingga saya berpikir
sampai kapanpun saya tidak akan sanggup membalas semua kebaikan itu. Izinkanlah
anakmu ini, untuk terus melangkakan kakinya, langka demi langka untuk menyusuri
liku-likunya kehidupan. Saya tau, hidup itu memang tak muda bagi orang yang selalu
pesimis, tapi aku telah berguru kepadamu bahwa keterbatasan merupakan bukanlah
suatu halangan seseorang untuk menggapai mimpi-mimpinya.
***
Ibu
Sang Pemberi Nafas Kehidupan. Maafkanlah anakmu ini, karena sampai hari ini,
belum bisa memberi sebuah kebahagiaan yang berarti dalam hidup Ibu. Tetapi saya
yakin dengan lenterahmu itu, dapat menerangi jalanku dan meringankan kaki-kaki
ini berpijak di bumi untuk selalu menyusuri kehidupan. Hanya doa dan ke-tulusanmu-lah
yang akan mengantarkan kami ke-kehidupan yang bahagia karena engkau adalah
Pemberi nafas kehidupan.
Kendari
11 April 2015
Saat
susah tidur……
0 komentar:
Posting Komentar