24 April 2015

Wisudaku Yang Tertunda


Hari ini saya kembali bertemu dengan sahabat-sahabat kampusku. Mereka berkumpul cerita-cerita sambil bercanda di sudut-sudut kampus. Ada yang duduk di kazebo sambil cerita dan tertawa-tertawa, ada juga yang duduk di kantin-kantin fakultas dan juga jurusan sambil menyantap makanan yang ada dikantin itu. Sepertinya banyak hal yang mereka bahas tapi saya memilih untuk tidak bergabung dan hanya menyapa mereka. Apa kabar teman-teman. Baik…katanya.

Hari ini saya melihat keceriaan mereka, kebahagiaan mereka ketika menyapa saya penuh semangat dan sangat antusias. Ketika saya pergi di sudut-sudut jurusan mereka menyapa saya, apa kabar Halaidin. Sangat baik, bilangku….gimana judulnya suda diajukan. Jawabku, entar lagi. 

Sebelumnya memang jarang mendapatkan sapaan yang lembut ini, paling teman-teman yang suka jalan denganku. Saya bukan tidak mau untuk bergabung bersama mereka, namun saya agak malas aja dan merasa iri sebab mereka sangat ceria hari ini. Sementara saya, pikiranku masih meluap-luap memikirkan dimana untuk mendapatkan uang wisuda yang sangat banyak bagiku, sekitar 6-7 jutaan itu.

Uang ini, bagi orang tuanya yang kaya mungkin bukan apa-apa. Namun saya sendiri sangat pusing memikirkan hal ini. Apalagi salahsatu senior saya mengatakan kepadaku bahwa setiap tampilan itu di mulai dari proposal, hasil, dan skripsi itu kamu siapkan rata-rata lima ratus ribu rupiah. Jika kita kalkulasi secara keseluruhan berarti sekitar satu juta lima ratus ribu rupiah untuk keseluruhan ujian itu. Wwaahh….itu uang yang sunggu besar buat mahasiswa yang seperti aku yang setiap harinya hanya mengkonsumsi indomie dan telur. Belum lagi untuk uang wisuda, dan juga pengeluaran biaya yang lain-lainnya.

Hari ini saya terus dibayangi pikiran tentang wisuda itu. Apakah saya akan menunda terlebih dahulu sambil mencari-cari rezeki diluar sana atau saya harus meminjam uang sama kakak-kakak saya. Entahlah….inilah yang membuatku dilemah. Saya pernah menceritakan tentang wisudaku ini sama kakak saya tapi responnya sangat biasa saja. Mungkin tidak menarik baginya, atau tidak mempunyai uang untuk membantu saya. Selama saya bercerita dan hendak pamit pulang kakak saya tidak mengeluarkan kata-kata untuk membantuku walaupun itu hanya beberapa ratus ribu rupiah.

Aakkkhh…uang wisuda, uang wisuda dan uang wisuda yang terus membuat kepalaku pusing. Saya ingin bebas untuk berkelana mencari pengetahuan baru, yang tentu belum saya dapatkan didalam kampus ini. Saya ingin bebas berpetualang mencari jati diri yang kemudian merawatnya sampai nafas ini terhenti. Saya ingin terus mengembangkan jati diri itu yang kemudian akan mencarinya sampai ke ujung dunia ini. Tapi apalah daya saya masih terikat oleh status mahasiswa semester terakhir yang tertunda karena persoalan biaya wisuda.

Yaahhh….saya hanya membutuhkan kesabaran untuk menangani persoalan ini. Saya hanya perlu menenangkan pikiran dan  jiwa saya bahwa segala persoalan pasti ada jalan keluar. Cuman, Tuhan sampai saat ini belum menunjukan  jalan itu, dan mungkin saya yang perlu kuat dan terus bersabar.

Karena tertunda akan wisuda bukan berarti kisah-kisah itu akan berakhir dan terhenti untuk menghirup dan mengeluarkan udara yang segar. Bukan berarti tertunda untuk wisuda kita berhenti untuk berkelana dan berpetualang tetapi mungkin ini rencana Tuhan yang lebih baik kedepannya untuk berkelana dalam mencari mutiara-mutiara pengetahuan. Bukan berarti tertunda untuk wisuda kita akan berhenti untuk menulis sesuatu dan menginspirasi banyak orang. Sesungguhnya dengan menulis, itu dapat menghapus seluruh kekhawatiran saya apakah saya wisuda tahun ini atau tidak.

Karena saya percaya bahwa, ketertundaan bukan berarti akhir dari segalanya namun awal dari sebuah mimpi-mimpi itu untuk di bangun dan dipertaruhkan dengan segala daya dan upaya untuk menggapainya. Semangat Din…..


                                                                                             Kendari, 24 April 2015
                                                                                Di Kantin Fakultas Ekonomi dan Bisnis

0 komentar:

Posting Komentar