Koran Suluh Indonesia |
KASUS yang menimpa Antasari Azhar sejak tahun
2009 sampai saat ini, masih menimbulkan tanya tanya besar di benak masyarakat
luas. Siapakah otak dibalik pembunuhan Nasrudin Zulkarnaen? Inilah yang
terbersit didalam pikiran publik saat ini. Pasalnya, Antasari Azhar di berbagai
sosial media membantah terlibat atau menjadi otak pembunuhan Nasrudin
Zulkarnaen.
Dengan
hal itu, Antasari berniat mengungkap kebenaran atas perkara yang membelit
dirinya. Antasari mengungkapkan, “saya ikhlas menjalani hukuman, tapi saya
tidak rela dengan dakwaan yang dituduhkan dan hukuman yang dijatuhkan kepada
saya. Karena, saya tidak melakukan apa yang didakwakan itu. Kebenaran harus
diungkap dan inilah saatnya” ujar Antasari (Koran Suluh Indonesia, edisi 19
Desember – 2 Januari 2017).
Saat
ini Antasari Azhar telah bebas dari penjara. Sejak 10 November 2016 lalu, ia
telah menghirup udara bebas, dengan melihat dunia yang lebih terang untuk
kemudian berkiprah dalam dunia kerja. Ia belum memutuskan untuk berkiprah dimana,
tapi ia bisa saja suatu waktu akan bergabung dalam partai politik. Namun, dalam
waktu tiga bulan pertama Antasari mengatakan bahwa ia akan istrahat di rumahnya
sebelum menentukan jalan hidup. Jalan hidupnya akan ditentukan setelah ia
menunaikan ibadah umroh ke tanah suci.
Bertepatan
dengan hari pahlawan, Antasari Azhar resmi menjalani pembebasan bersayaratnya.
Ia menghadapi vonis hukuman penjara selama 18 tahun yang diberikan oleh Majelis
Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Selatan. Majelis Hakim menyatakan bahwa
Antasari terbukti bersalah dengan turut melakukan pembujukan untuk membunuh
Nasrudin Zulkanaen. Antasari kemudian menghabiskan waktunya didalam penjara
selama 12 tahun, dengan 7 seperdua tahun dipenjara ditambah dengan remisi
setiap tahun selama 4 seperdua tahun.
Dengan
kebebasan yang diperolehya, kini publik menanti pernyataan Antasari Azhar,
berupa aksi untuk mengungkap kebenaran, siapa aktor dibalik pembunuhan Nasrudin
Zulkarnaen. Berkali-kali didepan media ia membantah keterlibatannya dalam pembunuhan
itu. Ia juga membantah terlibat cinta segitiga dengan Rani Juliani. “Saya
tegaskan malam ini, tidak ada cinta segitiga, omong kosong itu semua. Dan saya
tidak melakukan pembunuhan, apalagi otaknya” bantah Antasari Azhar dalam acara
Mata Najwa yang ditayangkan Metro TV pada 24 Agustus lalu.
Sementara
itu, Andi Syamsudin Iskandar yang merupakan adik Nasrudin Zulkarnaen, juga
tidak menyakini bahwa Antasari terlibat dalam pembunuhan itu. “Ada orang besar,
pejabat besar yang menjadi dalang pembunuhan Nasrudin Zulkarnaen” kata Andi
Syamsudin dalam acara yang sama di Mata Najwa.
Bagi
Antasari Azhar, kasusnya memang ada unsur kriminalisasi untuk memasukannya
kedalam penjara. Ada orang-orang tertentu yang ingin memasukannya kedalam
penjara, yang disinyalir terkait dengan penangkapan besan SBY, Aulia Pohan pada waktu itu. Setelah
penangkapan itu, maka dibuatlah salah satu skenario dengan mengaitkannya dengan
seorang wanita, cinta segitiga antara Rani Juliani, Antasari Azhar dan Nasrudin
Zulkarnaen. Ketika ditemui wartawan koran Suluh Indonesia pada tanggal 9
Desember lalu, Antasari mengungkapkan bahwa “mereka menginginkan saya membusuk
di penjara” kata Antasari (Koran Suluh Indonesia edisi 19 Desember – 2 Januari
2017).
Prahara
besar Antasari yang kemudian membuat dirinya dipenjara, tak menurunkan semangat
untuk mengungkap rekayasa perkaranya. Selama dipenjara bertahun-tahun, tak juga
membuat dirinya menjadi ‘ayam sayur’ apalagi membusuk didalam penjara.
Semangatnya masih berkobar, suaranya masih terdengar jelas, wajahnya masih
segar, fisiknya masih terlihat sehat. Ini menandakan elan vital yang masih
bergelora dalam jiwa Antasari Azhar. Publik pun seakan bertanya-tanya, akankah
Antasari Azhar mengungkap adanya kriminalitas atas kasus yang menimpanya!
Ada
pertanyaan yang muncul dibenak publik, ketika melihat pernyataan Antasari Azhar
diberbagai sosial media. Apakah Antasari Azhar punya kebernaian mengungkap
kebenaran itu? Apakah benar-benar ia akan mengungkap adanya rekayasa atas
kasusnya? Memang, mengungkap kebenaran lebih mulia daripada didiamkan saja.
Namun, untuk mengungkap kebenaran Antasari harus butuh keberanian. Pasalnya,
yang dihadapi orang-orang besar, bukan orang-orang kecil.
Antasari
pernah menyatakan bahwa ia hanya takut kepada Tuhan. Artinya ia tidak pernah
takut dengan orang-orang yang telah mengkriminalisasi dan merekayasa
kasusnya. Ia pun mengatakan akan mengungkap kebenaran itu. Sebagai masyarakat
yang selama ini melihat hukum masih hitam-putih, kita hanya perlu mengatakan
‘ayo’, agar kebenaran dan keadilan hukum di Indonesia dapat terlihat
terang-benderang. Hal ini Tentunya sangat penting, untuk dijadikan sebagai
pembelajaran bagi generasi mendatang dalam hal penegakan supermasi hukum.
Di
Indonesia sendiri memang banyak kasus yang belum terungkap dan bahkan dianggap
misterius. Misalnya saja seperti kasus pembunuhan terhadap Munir aktivis dan
pejuang Hak Asasi Manusia (HAM), Kasus penghilangan aktivis 98 seperti Whiji
Tukul dan sebagian sahabat-sahabatnya, kasus pelanggaran Hak Asasi Manusia
(HAM) di Daerah Operasi Militer (DOM) di Aceh dan kasus-kasus besar lainnya.
Kasus-kasus ini menimbulkan tanda tanya besar bagi publik, siapa otak dibalik
pembunuhan manusia-manusia yang tidak bersalah itu. Kebenaran seperti
tertutupi, tidak pernah terungkap dipermukaan sampai saat ini.
Kita
percaya ungkapan “Saya yakin Tuhan akan membuka pintu kebenaran” sebagaimana
yang dikatakan Antasari sendiri. Namun, selama itu kita hanya diam, tidak
bergerak, tidak ada aksi, tidak mau membuka lembaran lama untuk kemudian
mengungkap lembaran baru, kebenaran selamanya akan tertutupi, tidak akan pernah
terungkap.
Kasus
yang menimpa Antasari Azhar akan menjadi tolak ukur, untuk penegakan supermasi
hukum di Indonesia. Semua institusi harus melayani dengan tangan terbuka, agar
di Indonesia tidak lagi berlaku hukum rimba. Hukum rimba mengatakan seperti
ini, “Semua harus disingkirkan, jika ia menghalang-halangi, menganggu
pemerintah yang berkuasa”.
Maka
hukum seperti ini akan berbuat sewenang-wenang, para penguasa bisa saja berdiri
diatas hukum untuk kemudian memenjarakan dan menghilangkan nyawa orang-orang
yang tidak bersalah. Tentu, ini sama sekali tidak berlaku dan perlu dihilangkan
jauh-jauh di Indonesia, karena merusak Indonesia sebagai negara hukum dan bertentangan
dengan sila-sila dalam pancasila.
Bagi
publik, aksi Antasari sangat dinantikan untuk kemudian dapat mengungkap
kebenaran, siapa otak dibalik pembunuhan Nasrudin Zulkarnaen. Ini reaksi
masyarakat, untuk melihat bagaimana para penguasa dan penegak hukumnya bekerja
selama ini dan sebelum-sebelumnya. Adilkah dia. Atau justru ia sewenang-wenang.
La Ode Halaidin
Kendari, 19 Januari 2017
La Ode Halaidin
Kendari, 19 Januari 2017
0 komentar:
Posting Komentar