02 Januari 2015

Sekedar Tau Tapi Tidak Memahami

                                                                                           Ilustrasi

Saya menulis ini, bukan membuat propaganda, dengan mengesampingkan dan mengatakan bahwa seseorang yang hanya sekedar tau tapi tidak paham adalah orang yang bodoh atau orang yang mempunyai keterbelakangan pemikiran. Tetapi mereka yang hanya sekedar tau itu adalah orang-orang yang telah berusaha untuk belajar tapi tidak berusaha untuk memahaminya sehingga antara yang di tau dengan fakta prilaku, entah yang di lingkungan masayarakat sekitarnya, keluarga, dll tidak menggambarkan ke-paralel-an dan sifat yang positif.

Ketika, kemarin saya diskusi dengan keluarga saya itu, saya menemukan hal yang seperti saya paparkan diatas. 

Pada malam tahun baru, orang-orang dengan riang gembiranya menikmati pemandangan langit yang dihiasi oleh berbagai macam kembang api dan yang tidak menikmati itu mereka lebih memiliki focus untuk menikmati karaokeannya. Saya sendiri menikmati kedua hal itu, tetapi saya tidak meluncurkan roket yang meletuskan berbagai macam hiasan di langit itu dan menyanyi. Saya lebih suka melihat dan memandangi hiasan-hiasan dilangit yang indah itu dan yang karaokeaan.

Pada saat pergantian tahun saya diberikan selamat tahun baru, mereka mengulurkan tangan mereka untuk dijabat dengan mengucapkan “selamat tahun baru, semoga tahun ini lebih sukses, dapat rezeki yang banyak dan juga dapat jodoh”. Mendengar hal ini saya hanya tersenyum, dan mengucapkan hal yang sama kepada teman-teman ini. Wajah mereka mengeluarkan mimik muka yang bahagia dengan penuh ke-optimis-an bahwa tahun ini teman-teman ini akan selalu berusaha memperbaiki kehidupan mereka.
Bagaimana dengan keluarga yang satu ini, yang saya sudah menganggap sebagai teman diskusi setiap kami bertemu. Tenyata mereka justru sebaliknya, malah pertengkaranlah yang terjadi dalam keluarga ini.
Ketika pagi yang belum sempat saya sarapan, saya dikagetkan dengan bunyi dering hp saya, yang ternyata istri dari keluarga ini. Saya mengangkat telfon saya yang berdering itu, ternyata yang saya dengar adalah suara tangisan istrinya dan dalam hati saya berkata “pasti istrinya tidak diperlakukan dengan sewajarnya”. Sebelum memutuskan telfonnya saya dipanggil untuk hadir di rumahnya. Saat itu juga, saya langsung menuju ke rumahnya.

Setibanya di rumahnya, keluarga ini lagi diskusi dengan keluarganya yang lain dan saya langsung bergabung dengan mereka. Mereka sudah berbicara panjang lebar bagaimana cara memperbaiki dan membina keluarga mereka agar tidak terjadi pertengkaran. Saya yang hanya bagian dari keluarga dan belum berkeluarga tentu saya tidak mau ikut campur, apalagi memberikan masukan-masukan karena sudah tentu saya belum mempunyai pengalaman bagaimana cara membina keluarga yang harmonis dan bahtera itu.
Sesuatu hal yang konyol dan bobrok ketika dalam keluarga si suami selalu memonopoli pembicaraan, menganggap apa yang dilakukan adalah sesuatu yang benar dan lebih-lebih menganggap si istri hanya merupakan obyek semata yang tidak pantas di dengarkan. Menurut saya keluarga yang bahagia adalah keluarga yang saling berbagi, mempertautkan dan saling melengkapi segala bentuk kekurangan yang ada.

Setelah beberapa menit mendengarkan diskusi mereka, ternyata yang ada hanya ke- egois-an. Menganggap bahwa apa yang di lakukan si suami ini adalah benar, sudah tau dan bahkan dia tidak mau menerima masukan-masukan dari orang lain. Dia menganggap bahwa Istri tidak pantas untuk memberikan masukan dan mengajarkan suaminya. Saya sempat kaget ketika mendengar ucapan itu. Lalu pertanyaanya, apakah biar suami dalam posisi salah, seorang istri tidak pantas untuk berbicara?  
Saat teman yang satu ini berbicara bahwa dalam keluarga tidak bisa dilakukan dengan kekerasan fisik, misalnya menampar seorang istri. Pada saat itu saya ikut menyambung bahwa memang tidak bisa, dan suda ada Undang-Undang yang mengatur itu, si suami ini juga suda tau bahkan dia menjelaskan dengan lancar. Saat itu saya hanya mengangguk-nganggukan kepala, dalam pemikiran saya mau mengatakan “ternyata kamu tau, tapi kamu mungkin tidak memahaminya” mulut saya mau berkata tapi tidak bisa sehingga kata-kata itu hanya tersimpan dalam benak pemikiran saya. Yang dia ketahui itu, tidak ia lakukan dan bahkan sering istrinya diperlakukan dengan kekerasan fisik. Inilah yang saya sebut tidak memahami cuman sekedar tau. Ibarat membaca sebuah buku, yang di tau hanya judulnya tetapi isi didalamnya tidak ia ketahui bahkan di pahami

Banyak orang-orang yang tau tentang sesuatu disiplin ilmu, tetapi sebagian dari itu tidak menggambarkan apa yang di tau itu akan menunjukan prilaku mereka sesuai dengan yang dia ketahui. Contoh dekatnya adalah korupsi, bahkan orang yang awam saja tau bahwa korupsi itu bukan prilaku yang terpuji tetapi orang-orang tertentu melakukannya. Dalam kasus dari tulisan ini silahkan direnungkan sendiri dan memberikan contoh-contoh di setiap kasus tersendiri.
Saya setuju seperti yang dikatakan oleh sahabat sekaligus kakanda Patta Hindi Asis, bahwa dalam mengarungi bahtera keluarga, individu (ego) musti dilebur, berani terbuka dan saling membuka ruang dialogis. Jika tidak, keluarga hanya akan menjadi cerita usang, dan kemudian karam. Egolah masing-masinglah yang merusak bahtera keluarga yang di impikan semua orang. Seperti yang saya ungkapkan diatas kita tidak bisa menganggap seseorang (baca: istri maupun suami) sebagai obyek tetapi harus dianggap sebagai subyek.

Pernikahan memang selalu tidak mudah dan selalu beresiko, seperti yang diungkapkan kebanyakan orang. Tetapi sebagai insan yang normal pernikahan itu tentu akan datang, sebagaimana yang di impikan oleh orang-orang, berkeluarga yang bahagia sakkinah mawadah warahma. Menikah dan tidak menikah merupakan persoalan menata diri seperti yang diungkapkan oleh Karlina Supelli bahwa perkawinan adalah kemampuan menata diri dalam kehidupan, sekalipun menikah dan tidak menikah. Ketika kita menikah dan tidak menikah berarti kita harus mampu menata diri kita sendiri dan keluarga. Inilah pelajaran bagi saya sendiri sebagai anak muda yang nantinya akan mengarungi sebuah bahtera keluarga. Semoga bisa membahagiakan istri dan anak-anakku kelak.


0 komentar:

Posting Komentar