01 Juli 2016

Sedih Lihat Muna, Eee Mati Ketawa!

Saya sedih ketika mendengar Muna. Saya pun ketawa ketika mendengar Muna. Mungkin gila, tapi sesungguhnya tidak. Yang gila itu adalah orang-orang yang ingin berkuasa. Lantaran nafsu itu, namun tak tau bagaimana cara membangun suatu daerah, mereka terdorong terus demi sebuah kekuasaan. Mungkin saja nafsu itu hanya untuk memperkaya diri dan keluarga lalu membiarkan Muna sempoyongan.

Saya menyaksikan Muna di Kendari, sedih dan juga ketawa. Bangga tapi tidak. Itulah yang saya perhatikan.
Pilkada seperti paket kebijakan. Setelah jilid 1, kemudian jilid 2, tidak puas dengan itu kemudian jilid 3. Orang-orang yang menginginkan itu bukan tanpa alasan, katanya demi keadilan, banyak pelanggaran dibuat. hehehe...
Mereka mengharapkan sebuah demokrasi dengan sempurna. Mana ada demokrasi sempurna. Demokrasi itu hanya sistem yang didalamnya penuh dengan dinamika. Orang-orang yang rasional mengatakan, ketika ada pelanggaran berat terhadap pilkada tersebut maka mari kita gugat di MK. Jika tidak terlalu, ya sudah letakan tangan didada, lesungkan muka yang merah kemarahan itu lalu marilah kita bersama-sama membangun Muna yang lebih baik.
Kenapa Muna yang lebih baik, karena Muna hari ini belum baik. Kita membayangkan perjalanan pilkada di Muna hari ini dari tanggal 9 Desember 2015 sampai dengan Juni 2016. Itu suda memakan waktu 6 bulan dan belum ada keputusan siapa yang menjadi pemimpinnya. Yang kita sayangkan adalah Muna belum tersedia pupuk2 untuk menumbuhkan daerah dengan subur, lantaran perang pilkada ini. Sementara daerah lain, tengah berderap dan menyusun langka-langka bagaimana kemudian agar daerahnya makmur.
Atau mungkin kita akan menganggap sama saja, siapapun yang memimpin Muna itu sama saja. Tidak ada yang ideal. Pemikiran mereka masih kolot untuk membangun daerah.
Namun apapun itu, seharusnya kita sudahi. Sudahlah. Jika tetangga satu berebut kekuasaan karena ada tujuan untuk membangun daerah, namun kalah, maka satukanlah ide itu. Begitupun tetangga berikutnya. Initnya satukanlah gagasan itu. Tak perlu ada permusuhan, meskipun di Muna itu orang-orangnya sering dendam. Saya cukup tau karakter orang Muna, Jago, preman, pintar, namun tak berani keluar dan hanya dikandang sendiri. Lagian hanya satu dua orang saja. Itupun pimpinan KPK La Ode Muh. Syarif. Namun publik mengenalnya bukan orang Muna tapi Buton dan orang Makasar. Anehkan. Mereka lebih memilih peruntungan di daerah lain daripada di Muna sendiri. Pikir, siapa yang mau memajukan Muna, jika orang-orang baik dan pintarnya yang tidak pragmatis justru tak berpaling di Muna. Muna itu katanya orang-orangnya banyak yang pintar berpolitik, namun hanya dikandang saja. Itupun politik-politik tai kucing, kata Soe Hok Gie.
Saya orang Muna, namun saya tak memihak satu pun. Saya juga tak bermaksud menggurui siapapun. Ini hanya tanggapan. Jadi marilah menyongsong Kabupaten Muna yang lebih baik. Marilah kita sama2 memikirkan daerah Muna agar maju sedikit saja, nanti generasi muda yang akan melanjutkannya pada kemajuan yang lebuh besar.
Mari bersatu, sudahi kepentingan pribadi atau kelompok. Mari satukan gagasan dan ide agar Muna dapat sejajar dengan daerah lainnya di Indonesia. Mari buang semua ego dan kehausan akan berkuasa dan cobalah satukan visi dan misi untuk Muna yang lebih baik.

                                                                                  Salam Dari Saya
                                                                                  La Ode Halaidin

0 komentar:

Posting Komentar