PERADABAN negara-negara dunia dalam menuju kebangkitan terus bergerak, tak terkecuali
negara Asia. Jika dulu kita melihatnya bahwa modernisasi hanya terjadi di
Barat, kini saatnya kita mulai menajamkan mata kita untuk melihat bahwa
modernisasi telah berada di sisa dunia lain yaitu Asia. Asia suda mulai
berderap melangka maju menuju modernisasi sebagaimana yang dialami oleh
sebagian negara Barat seperti Amerika Serikat dan Uni Eropa. Tujuan kebangkitan
negara-negara Asia bukan untuk menguasai namun meniru kebangkitan mereka yang
kemudian ikut terlibat untuk menciptakan sebuah tatanan dunia yakni dunia baru.
Negara-negara Asia termasuk di dalamnya dunia Islam
ingin menciptakan suatu tatanan dunia global yang lebih baik, dimana setiap
orang dapat menikmati sebuah kenyamanan di dalamnya. Sebuah tatanan dunia yang
penuh dengan keharmonisan antar negara yang kemudian bersama-sama menciptkan
sejarah dunia baru. Namun, apakah negara Asia seperti China, India dan negara
Islam lainnya seperti Pakistan dan Iran mampu mewujudkan ambisinya itu tanpa
mendapatkan kendala? Tentu tidak. Akan banyak kendala yang mereka hadapi karena
pemenang perang dunia kedua dan sekutunya terus membayang-bayangi di belakang,
melakukan dominasi dan intervensi dalam setiap kebijakan dunia internasional
terutama lembaga PBB, IMF dan WTO.
Buku ini banyak menggambarkan tentang kebangkitan
negara Asia terutama China, India dan dunia Islam lainnya yang kemungkinan
besar di pengaruh oleh kebijakan-kebijakan negara Barat. Buku ini disambut
dengan rasa optimistis bahwa kebangkitan Asia dapat membawa perubahan terhadap
dunia yang positif. Ratusan juta orang akan dientaskan dari kemiskinan dan
terbukti modernisasi yang dilakukan di China yang merupakan pengaruh dari
kebijakan-kebijakan Barat telah mengurangi jumlah penduduknya yang hidup di
bawah kemiskinan absolut dari 600 juta menjadi 200 juta jiwa. Terlebih negara
China yang kebangkitannya dapat menyaingi pemenang perang dunia kedua ini namun
melawan kesempatan demokratisasi, negara India yang demokratis tengah
berderap menuju ke modernisasi yang siap memainkan perannya dalam percaturan
dunia internasional. Kebangkitan india juga merupakan inspirasi dari
kebangkitan akibat adanya pertumbuhan ekonomi China yang tergolong sangat cepat
di dunia.
Hal inilah yang membuat ketakutan negara Barat, ketika kemajuan mereka dapat tersaingi. Barat dengan gencar memperkenalkan sebuah tatanan dunia multilateral terbuka dengan ideologi demokrasinya, bahwa setiap warga negara adalah tuan atas nasibnya sendiri. Namun ketika negara-negara Asia mengambil kesempatan itu untuk membangun kemajuan negaranya, negara Barat justru tidak demokratis, dan menyimpan rasa ketakutan. Banyak masyarakat negara di dunia yang justru mempertanyakan itu, atas intervensi dan dominasi terhadap lembaga-lembaga penting dunia. Mereka bukan malah ikut berbangga dan merayakan akan kebangkitan negara Asia, namun menyimpan adanya kekhawatiran dan firasat buruk akan dominasinya terhadap dunia internasional karena dapat tertandingi. Penulis buku ini mengatakan bahwa sacara politik dunia Barat terbuka namun secara pikiran Barat masih tertutup.
Hal inilah yang membuat ketakutan negara Barat, ketika kemajuan mereka dapat tersaingi. Barat dengan gencar memperkenalkan sebuah tatanan dunia multilateral terbuka dengan ideologi demokrasinya, bahwa setiap warga negara adalah tuan atas nasibnya sendiri. Namun ketika negara-negara Asia mengambil kesempatan itu untuk membangun kemajuan negaranya, negara Barat justru tidak demokratis, dan menyimpan rasa ketakutan. Banyak masyarakat negara di dunia yang justru mempertanyakan itu, atas intervensi dan dominasi terhadap lembaga-lembaga penting dunia. Mereka bukan malah ikut berbangga dan merayakan akan kebangkitan negara Asia, namun menyimpan adanya kekhawatiran dan firasat buruk akan dominasinya terhadap dunia internasional karena dapat tertandingi. Penulis buku ini mengatakan bahwa sacara politik dunia Barat terbuka namun secara pikiran Barat masih tertutup.
***
Dunia
sekarang adalah dunia yang penuh progresif, terutama dalam dunia sains dan
teknologi yang sedang gempar melanda dunia. Semua negara ikut memanfaatkan
momentum itu dengan mengirimkan pelajar-pelajarnya untuk menuntut ilmu di
berbagai belahan dunia terutama di negara Barat. Banyak negara Asia mengirimkan
pelajarnya, dengan mempelajari berbagai ilmu pengetahuan lalu setelah selesai
di pulangkan untuk membangun negaranya. Mereka tidak ingin lagi menjadi objek
sejarah peradaban-peradaban Barat, negara-negara Asia ingin menjadi pembentuk
sebuah sejarah dunia baru dengan melakukan berbagai riset-riset serta penemuan-penemuan
baru. Asia ingin membuktikan bahwa sejarah peradaban dunia bukan berhenti dan
berakhir pada peradaban Barat sebagaimana yang di yakini selama ini bahwa
peradaban Barat adalah ‘akhir dari sejarah’. Francis Fukuyama bisa saja
mengklaim itu dalam esainya yang termashyur “The End Of History”
namun negara-negara Asia dan dunia Islam tidak ingin terus menikmati mimpi
buruk yang berkepanjangan mereka beberapa abad silam. Asia memilih ingin
Bangkit dalam tidur lelap yang senyap berkepanjangan itu.
Saya ingin menuliskan esai Francis Fukuyama dalam buku ini:
Saya ingin menuliskan esai Francis Fukuyama dalam buku ini:
“Kejayaan
Barat, kejayaan gagasan-gagasan filosofi Barat adalah bukti pertama dan
terakhir dari ketundukan total dari semua jalan alternatif-sistematif lain pada
liberalism barat…..Apa yang kita saksikan sekarang adalah bukan hanya
berakhirnya perang dingin semata, atau berlalunya sebuah periode tertentu dalam
sejarah pasca-perang tetapi adalah berakhirnya sejarah, yaitu berakhirnya
evolusi ideologis umat manusia dan universalisasi demokrasi liberal Barat
sebagai bentuk final pemerintahan manusia”
Kita
perlu menggaris bawahi esai Francis Fukuyama yakni universalisasi demokrasi
liberal Barat sebagai bentuk final pemerintahan manusia. Memang hal ini yang
ingin didengar oleh Barat dan mereka anggap sebagai “batas akhir sejarah” namun
kebaikan ini justru tidak pernah ada dan gagal. Semua harus ada lembaga-lembaga
yang benar dan kebudayaan politik yang baik agar tidak dapat di tunggangi oleh
para demagog oportunis. Dalam buku ini Ami Chua yang merupakan profesor hukum
di Yale University suda mengingatkan dalam bukunya, World of Fire.
Saya tuliskan dengan tanda miring berikut di bawah ini:
“Fenomena—yang
tersebar luas di luar Barat, namun jarak diakui, malah dianggap sebagai
tabu—yaitu kembalinya demokrasi pasar bebas ke dalam pembakaran etnis secara
besar-besaran.
Seperti, pembersihan etnis Kroasia di
sebagian bekas Yugoslavia, serangan terhadap minoritas China di Indonesia, dan
pembantaian suku Tutsi di Rwanda. Ami Chua melanjutkan bahwa kombinasi laju pasar bebas dan demokratisasi
akan terus menerus memunculkan konflik etnis dalam cara-cara yang sangat dapat
di prediks”
***
Jika
kebangkitan peradaban dunia bagian dari pengaruh dari kebijakan negara-negara
Barat seharusnya yang mereka lakukan adalah bekerjasama dengan negara-negara
Asia termasuk negara-negara islam lainnya seperti Iran dan Pakistan. Banyak
yang meniru langka-langka Barat karena Demokratisasinya. Negara Asia juga
tergantung dengan konsumerisme Amerika Serikat dan Uni Eropa begitu juga
sebaliknya.Yang ditekankan dalam buku ini, Barat harus membuka pikiran dengan
ide-ide baru, bukan bercokol pada asumsi-asumsi lama bahwa negara sisa dunia
lain harus terus menjadi pengikut-pengikut Barat. Sisa dunia suda bisa melihat,
dalam kesenyapannya negara-negara Asia terus menyusun dan menyesuaikan
langka-langka yang mereka tempuh untuk menjadi pemimpin dunia. Asia tidak diam,
Asia terus bergerak, bergerak menuju pada peradaban dunia yang maju dan lebih
harmonis.
Lantas,
sampai kapankah negara Barat akan terus mendominasi dunia internasional!
Kendari,
24 Januari 2016
La
Ode Halaidin
0 komentar:
Posting Komentar