24 Januari 2016

Membaca Karya Kishore Mahbubani


PERADABAN negara-negara dunia dalam menuju kebangkitan terus bergerak, tak terkecuali negara Asia. Jika dulu kita melihatnya bahwa modernisasi hanya terjadi di Barat, kini saatnya kita mulai menajamkan mata kita untuk melihat bahwa modernisasi telah berada di sisa dunia lain yaitu Asia. Asia suda mulai berderap melangka maju menuju modernisasi sebagaimana yang dialami oleh sebagian negara Barat seperti Amerika Serikat dan Uni Eropa. Tujuan kebangkitan negara-negara Asia bukan untuk menguasai namun meniru kebangkitan mereka yang kemudian ikut terlibat untuk menciptakan sebuah tatanan dunia yakni dunia baru.

Negara-negara Asia termasuk di dalamnya dunia Islam ingin menciptakan suatu tatanan dunia global yang lebih baik, dimana setiap orang dapat menikmati sebuah kenyamanan di dalamnya. Sebuah tatanan dunia yang penuh dengan keharmonisan antar negara yang kemudian bersama-sama menciptkan sejarah dunia baru. Namun, apakah negara Asia seperti China, India dan negara Islam lainnya seperti Pakistan dan Iran mampu mewujudkan ambisinya itu tanpa mendapatkan kendala? Tentu tidak. Akan banyak kendala yang mereka hadapi karena pemenang perang dunia kedua dan sekutunya terus membayang-bayangi di belakang, melakukan dominasi dan intervensi dalam setiap kebijakan dunia internasional terutama lembaga PBB, IMF dan WTO.  

Buku ini banyak menggambarkan tentang kebangkitan negara Asia terutama China, India dan dunia Islam lainnya yang kemungkinan besar di pengaruh oleh kebijakan-kebijakan negara Barat. Buku ini disambut dengan rasa optimistis bahwa kebangkitan Asia dapat membawa perubahan terhadap dunia yang positif. Ratusan juta orang akan dientaskan dari kemiskinan dan terbukti modernisasi yang dilakukan di China yang merupakan pengaruh dari kebijakan-kebijakan Barat telah mengurangi jumlah penduduknya yang hidup di bawah kemiskinan absolut dari 600 juta menjadi 200 juta jiwa. Terlebih negara China yang kebangkitannya dapat menyaingi pemenang perang dunia kedua ini namun melawan kesempatan demokratisasi, negara India yang  demokratis tengah berderap menuju ke modernisasi yang siap memainkan perannya dalam percaturan dunia internasional. Kebangkitan india juga merupakan inspirasi dari kebangkitan akibat adanya pertumbuhan ekonomi China yang tergolong sangat cepat di dunia.

Hal inilah yang membuat ketakutan negara Barat, ketika kemajuan mereka dapat tersaingi. Barat dengan gencar memperkenalkan sebuah tatanan dunia multilateral terbuka dengan ideologi demokrasinya, bahwa setiap warga negara adalah tuan atas nasibnya sendiri. Namun ketika negara-negara Asia mengambil kesempatan itu untuk membangun kemajuan negaranya, negara Barat justru tidak demokratis, dan menyimpan rasa ketakutan. Banyak masyarakat negara di dunia yang justru mempertanyakan itu, atas intervensi dan dominasi terhadap lembaga-lembaga penting dunia. Mereka bukan malah ikut berbangga dan merayakan akan kebangkitan negara Asia, namun menyimpan adanya kekhawatiran dan firasat buruk akan dominasinya terhadap dunia internasional karena dapat tertandingi. Penulis buku ini mengatakan bahwa sacara politik dunia Barat terbuka namun secara pikiran Barat masih tertutup.
***
Dunia sekarang adalah dunia yang penuh progresif, terutama dalam dunia sains dan teknologi yang sedang gempar melanda dunia. Semua negara ikut memanfaatkan momentum itu dengan mengirimkan pelajar-pelajarnya untuk menuntut ilmu di berbagai belahan dunia terutama di negara Barat. Banyak negara Asia mengirimkan pelajarnya, dengan mempelajari berbagai ilmu pengetahuan lalu setelah selesai di pulangkan untuk membangun negaranya. Mereka tidak ingin lagi menjadi objek sejarah peradaban-peradaban Barat, negara-negara Asia ingin menjadi pembentuk sebuah sejarah dunia baru dengan melakukan berbagai riset-riset serta penemuan-penemuan baru. Asia ingin membuktikan bahwa sejarah peradaban dunia bukan berhenti dan berakhir pada peradaban Barat sebagaimana yang di yakini selama ini bahwa peradaban Barat adalah ‘akhir dari sejarah’. Francis Fukuyama bisa saja mengklaim itu dalam esainya yang termashyur “The End Of History” namun negara-negara Asia dan dunia Islam tidak ingin terus menikmati mimpi buruk yang berkepanjangan mereka beberapa abad silam. Asia memilih ingin Bangkit dalam tidur lelap yang senyap berkepanjangan itu.

Saya ingin menuliskan esai Francis Fukuyama dalam buku ini:
“Kejayaan Barat, kejayaan gagasan-gagasan filosofi Barat adalah bukti pertama dan terakhir dari ketundukan total dari semua jalan alternatif-sistematif lain pada liberalism barat…..Apa yang kita saksikan sekarang adalah bukan hanya berakhirnya perang dingin semata, atau berlalunya sebuah periode tertentu dalam sejarah pasca-perang tetapi adalah berakhirnya sejarah, yaitu berakhirnya evolusi ideologis umat manusia dan universalisasi demokrasi liberal Barat sebagai bentuk final pemerintahan manusia”

Kita perlu menggaris bawahi esai Francis Fukuyama yakni universalisasi demokrasi liberal Barat sebagai bentuk final pemerintahan manusia. Memang hal ini yang ingin didengar oleh Barat dan mereka anggap sebagai “batas akhir sejarah” namun kebaikan ini justru tidak pernah ada dan gagal. Semua harus ada lembaga-lembaga yang benar dan kebudayaan politik yang baik agar tidak dapat di tunggangi oleh para demagog oportunis. Dalam buku ini Ami Chua yang merupakan profesor hukum di Yale University suda mengingatkan dalam bukunya, World of Fire. Saya tuliskan dengan tanda miring berikut di bawah ini:


“Fenomena—yang tersebar luas di luar Barat, namun jarak diakui, malah dianggap sebagai tabu—yaitu kembalinya demokrasi pasar bebas ke dalam pembakaran etnis secara besar-besaran. Seperti, pembersihan etnis Kroasia di sebagian bekas Yugoslavia, serangan terhadap minoritas China di Indonesia, dan pembantaian suku Tutsi di Rwanda. Ami Chua melanjutkan bahwa kombinasi laju pasar bebas dan demokratisasi akan terus menerus memunculkan konflik etnis dalam cara-cara yang sangat dapat di prediks”
***

Jika kebangkitan peradaban dunia bagian dari pengaruh dari kebijakan negara-negara Barat seharusnya yang mereka lakukan adalah bekerjasama dengan negara-negara Asia termasuk negara-negara islam lainnya seperti Iran dan Pakistan. Banyak yang meniru langka-langka Barat karena Demokratisasinya. Negara Asia juga tergantung dengan konsumerisme Amerika Serikat dan Uni Eropa begitu juga sebaliknya.Yang ditekankan dalam buku ini, Barat harus membuka pikiran dengan ide-ide baru, bukan bercokol pada asumsi-asumsi lama bahwa negara sisa dunia lain harus terus menjadi pengikut-pengikut Barat. Sisa dunia suda bisa melihat, dalam kesenyapannya negara-negara Asia terus menyusun dan menyesuaikan langka-langka yang mereka tempuh untuk menjadi pemimpin dunia. Asia tidak diam, Asia terus bergerak, bergerak menuju pada peradaban dunia yang maju dan lebih harmonis.


Lantas, sampai kapankah negara Barat akan terus mendominasi dunia internasional!     
                                                                                                


                                                                                     Kendari, 24 Januari 2016
                                                                                        La Ode Halaidin



0 komentar:

Posting Komentar