22 Januari 2016

Belajar Pada Si Kecil Yang Peminta

                                            Seorang anak yang tengah menyanyi di lampu merah


HIDUP memang tak seindah seperti mereka yang terlanjur mempunyai orang tua yang mentereng. Hidup memang tak semulus seperti mereka yang dengan tenang menggoyangkan kaki di kursi empuk karena kemasyhuran orang tua. Hidup adalah kepahitan buat mereka yang tengah berjuang memenuhi kehidupan sehari-harinya hanya mendapatkan segepok uang sebagai pemenuhan kebutuhan hidup. Kemiskinan adalah derita kepahitan yang kian menyiksa, Kekayaan adalah kenikmatan. Bagi orang-orang yang ber-ekonomi lemah hal tersebut hanyalah sebuah mimpi yang selama ini mereka harapkan muncul di kenyataan dalam kehidupan.
***
Di Kendari anak kecil yang peminta-minta di lampu merah atau di jalan-jalan tidak sebanyak di kota-kota besar lainnya di Indonesia. Hanya sebagian kecil saya melihat anak-anak yang peminta-minta di jalanan. Namun hal ini juga yang membuat saya berpikir bahwa betapa malangnya nasib mereka. Mereka di biarkan menyusuri jalanan, lalu kemudian mencari banyak orang untuk membuka telapak tangan dengan meminta uang. Apakah orang tuanya membiarkannya untuk meminta-minta di jalanan atau mungkin sama sekali tak ada perhatian dari orang tua sehingga anak-anak ini mencari uang jajan di jalanan lampu merah sana. Atau mungkin juga pemerintah setempat tak memberikan sebuah edukasi bagaimana pentingnya pendidikan, untuk kemudian kelak dapat memperbaiki kehidupan mereka.

Entalah…….. 

Tapi inilah pemandangan lingkungan sosial kota. Lingkungan kita seolah di penuhi oleh sesak anak-anak di jalanan yang seharusnya mereka di berikan edukasi bahwa pendidikan adalah hal yang paling terpenting buat masa depan mereka. Anak-anak itu harus di perkenalkan dan didekatkan dengan pendidikan agar mereka memperoleh perbaikan untuk masa depannya. Peran pemerintah daerah seharusnya tak terlepas dari hal tersebut untuk mensosialisasikan tentang pendidikan ke daerah-daerah yang tergolong jumlah masyarakatnya pendidikannya rendah. Dengan pendidikan mereka dapat memperoleh pola pikir yang baik dalam kehidupan yang serba sulit ini. Dan kelak mereka bisa mengisi kehidupannya dengan berkarya atau melakukan hal-hal yang positif untuk kabaikan sesamanya dan juga bangsanya. 
***
Saya bukan sekali ini saja berbaur dengan anak-anak jalanan yang ada di lampu-lampu merah. Beberapa bulan yang lalu saya sempat bercerita, duduk di lampu merah untuk mendengarkan apa yang menjadi cerita-cerita mereka. Ketika saya menanyakan salah satu dari mereka apakah sekolah atau tidak, ternyata kebanyakan dari mereka tidak sekolah. Asal anak-anak itu pun sangat jauh dari Kota Kendari. Anak-anak itu mengatakan bahwa mereka ke Kota Kendari karena mengikuti orang tua dalam perantauan. Mungkin saja mereka diterlantarkan oleh orang tuanya karena tidak mendapat pekerjaan selama di Kendari. Kota memang tak selalu menyiapkan pekerjaan yang baik untuk seseorang. Terkadang hanya pekerjaan informal seperti buruh bangunan atau pedagang kaki lima.


                                                   Seorang anak kecil yang menunggu diberikan uang



Saya merasakan ada kegelian di batin. Sungguh, mereka anak-anak yang malang yang seharusnya di berikan perhatian untuk kemudian mendapatkan apa yang menjadi hak-hak hidup mereka. Anak-anak ini berhak untuk mendapatkan masa depan yang baik, pikirku. 
Pada kesempatan ini, dalam menulis tulisan ini saya tengah memikirkan seorang anak kecil yang tiba-tiba menghampiri saya. Anak perempuan itu masih berumur enam sampai tujuh tahun. Ketika saat saya menunggu teman mengisi bensin di salah satu pertamina, tiba-tiba anak kecil itu menghampiri. Terdengar suara kecil yang seakan-akan berbisik….uang…uang…uang. Saya memperhatikan sejenak, rambut terurai begitu saja, pakaian lusu dan badannya sangat kotor. Dek…uang untuk beli apa, saya bertanya. Adik itu menjawab, untuk jajan. Kemudian saya banyak bertanya dan bercerita dengan anak itu. Kembali saya bertanya, orang tua kamu di mana? Di rumah, kata anak itu. Emang kamu tidak di marahin kalau kamu keluar malam seperti ini lalu meminta uang kebanyak orang. Anak itu menjawab, tidak, saya minta uang begini karena tidak dikasih sama orang tua untuk jajan.
Saya tersenyum miris, entah hanya sebuah alasan atau tidak orang tua seharusnya memberikan sebuah perhatian kepada anaknya yang kelak kemudian dapat mendapatkan berlian-berlian kehidupan. Seorang anak harus diberikan suapan motivasi dan etika-etika yang baik bukan sebaliknya mengabaikan mereka.

Pikirku, saya mungkin cukup beruntung lahir di kampung dan sering membantu orang tua dalam bertani. Kami tak pernah memintah kepada siapa pun dan orang tua dapat membiayai kami untuk sekolah hingga kejenjang pendidikan tinggi. Mungkin pada saat itu orang tuaku tak pernah tertarik dengan kota untuk mencari uang. Mereka hanya fokus di desa untuk bertani dengan sebidang tanah yang tidak terlalu luas. Sebuah kebanggaan pada orang tua, memikirkan nasib anak-anaknya kelak menjadi lebih baik.

Semoga saja anak-anak itu kelak mendapatkan nasib yang baik….. 

                                                             
                                                                                            Kendari, 23 Januari 2016
                                                                                             Laode Halaidin


Sumber Gambar: leadhamkotakendari.blogspot
                           suarakendari.com

0 komentar:

Posting Komentar