Seorang anak yang tengah menyanyi di lampu merah
HIDUP
memang tak seindah seperti mereka yang terlanjur mempunyai orang tua yang
mentereng. Hidup memang tak semulus seperti mereka yang dengan tenang
menggoyangkan kaki di kursi empuk karena kemasyhuran orang tua. Hidup adalah
kepahitan buat mereka yang tengah berjuang memenuhi kehidupan sehari-harinya
hanya mendapatkan segepok uang sebagai pemenuhan kebutuhan hidup. Kemiskinan
adalah derita kepahitan yang kian menyiksa, Kekayaan adalah kenikmatan. Bagi
orang-orang yang ber-ekonomi lemah hal tersebut hanyalah sebuah mimpi yang
selama ini mereka harapkan muncul di kenyataan dalam kehidupan.
***
Di
Kendari anak kecil yang peminta-minta di lampu merah atau di jalan-jalan tidak
sebanyak di kota-kota besar lainnya di Indonesia. Hanya sebagian kecil saya
melihat anak-anak yang peminta-minta di jalanan. Namun hal ini juga yang
membuat saya berpikir bahwa betapa malangnya nasib mereka. Mereka di biarkan
menyusuri jalanan, lalu kemudian mencari banyak orang untuk membuka telapak
tangan dengan meminta uang. Apakah orang tuanya membiarkannya untuk
meminta-minta di jalanan atau mungkin sama sekali tak ada perhatian dari orang
tua sehingga anak-anak ini mencari uang jajan di jalanan lampu merah sana. Atau
mungkin juga pemerintah setempat tak memberikan sebuah edukasi bagaimana
pentingnya pendidikan, untuk kemudian kelak dapat memperbaiki kehidupan mereka.Entalah……..
Tapi inilah pemandangan lingkungan sosial kota. Lingkungan kita seolah di penuhi oleh sesak anak-anak di jalanan yang seharusnya mereka di berikan edukasi bahwa pendidikan adalah hal yang paling terpenting buat masa depan mereka. Anak-anak itu harus di perkenalkan dan didekatkan dengan pendidikan agar mereka memperoleh perbaikan untuk masa depannya. Peran pemerintah daerah seharusnya tak terlepas dari hal tersebut untuk mensosialisasikan tentang pendidikan ke daerah-daerah yang tergolong jumlah masyarakatnya pendidikannya rendah. Dengan pendidikan mereka dapat memperoleh pola pikir yang baik dalam kehidupan yang serba sulit ini. Dan kelak mereka bisa mengisi kehidupannya dengan berkarya atau melakukan hal-hal yang positif untuk kabaikan sesamanya dan juga bangsanya.
***
Saya bukan sekali ini saja berbaur
dengan anak-anak jalanan yang ada di lampu-lampu merah. Beberapa bulan yang
lalu saya sempat bercerita, duduk di lampu merah untuk mendengarkan apa yang
menjadi cerita-cerita mereka. Ketika saya menanyakan salah satu dari mereka
apakah sekolah atau tidak, ternyata kebanyakan dari mereka tidak sekolah. Asal
anak-anak itu pun sangat jauh dari Kota Kendari. Anak-anak itu mengatakan bahwa
mereka ke Kota Kendari karena mengikuti orang tua dalam perantauan. Mungkin
saja mereka diterlantarkan oleh orang tuanya karena tidak mendapat pekerjaan
selama di Kendari. Kota memang tak selalu menyiapkan pekerjaan yang baik untuk
seseorang. Terkadang hanya pekerjaan informal seperti buruh bangunan atau
pedagang kaki lima.
Seorang anak kecil yang menunggu diberikan uang
Saya
merasakan ada kegelian di batin. Sungguh, mereka anak-anak yang malang yang
seharusnya di berikan perhatian untuk kemudian mendapatkan apa yang menjadi
hak-hak hidup mereka. Anak-anak ini berhak untuk mendapatkan masa depan yang
baik, pikirku.
Pada kesempatan ini, dalam menulis
tulisan ini saya tengah memikirkan seorang anak kecil yang tiba-tiba
menghampiri saya. Anak perempuan itu masih berumur enam sampai tujuh tahun. Ketika
saat saya menunggu teman mengisi bensin di salah satu pertamina, tiba-tiba anak
kecil itu menghampiri. Terdengar suara kecil yang seakan-akan
berbisik….uang…uang…uang. Saya memperhatikan sejenak, rambut terurai begitu
saja, pakaian lusu dan badannya sangat kotor. Dek…uang untuk beli apa, saya
bertanya. Adik itu menjawab, untuk jajan. Kemudian saya banyak bertanya dan
bercerita dengan anak itu. Kembali saya bertanya, orang tua kamu di mana? Di
rumah, kata anak itu. Emang kamu tidak di marahin kalau kamu keluar malam
seperti ini lalu meminta uang kebanyak orang. Anak itu menjawab, tidak, saya
minta uang begini karena tidak dikasih sama orang tua untuk jajan.
Saya
tersenyum miris, entah hanya sebuah alasan atau tidak orang tua seharusnya
memberikan sebuah perhatian kepada anaknya yang kelak kemudian dapat
mendapatkan berlian-berlian kehidupan. Seorang anak harus diberikan suapan
motivasi dan etika-etika yang baik bukan sebaliknya mengabaikan mereka.
Pikirku,
saya mungkin cukup beruntung lahir di kampung dan sering membantu orang tua
dalam bertani. Kami tak pernah memintah kepada siapa pun dan orang tua dapat
membiayai kami untuk sekolah hingga kejenjang pendidikan tinggi. Mungkin pada
saat itu orang tuaku tak pernah tertarik dengan kota untuk mencari uang. Mereka
hanya fokus di desa untuk bertani dengan sebidang tanah yang tidak terlalu
luas. Sebuah kebanggaan pada orang tua, memikirkan nasib anak-anaknya kelak
menjadi lebih baik.
Semoga saja anak-anak itu kelak mendapatkan nasib yang baik…..
Semoga saja anak-anak itu kelak mendapatkan nasib yang baik…..
Kendari, 23 Januari 2016
Laode Halaidin
Sumber
Gambar: leadhamkotakendari.blogspot
suarakendari.com
0 komentar:
Posting Komentar