BIARKANLAH
saya berbicara untuk perempuan yang kehadirannya sangat dinantikan dan
dibanggakan dalam peradaban kehidupan ini. Perempuan pada dasarnya merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kolektif sosial masyarakat. Dalam
kehidupan, kita sering diperhadapkan dengan perempuan di manapun seperti di
kantor, di jalan, dalam angkot, mall, tempat karaoke dan lain sebagainya.
Itulah yang dinamakan tak terpisahkan, bahwa perempuan merupakan bagian dari
lingkungan sosial kita. Mereka berhak untuk melakukan apapun untuk sebuah
kehidupan yang lebih baik dan lebih positif. Perempuan yang mempunyai bakat
dapat berkarya, berinovasi menyalurkan ide serta gagasan untuk kebaikan umat
dan bangsa serta dapat memberikan edukasi di lingkungannya tentang pentingnya
hak-hak perempuan dalam kehidupan.
Perempuan
yang dimuliakan terletak pada seberapa besar dia menghargai sebuah kehidupan
yang lebih positif, bukan mengisi kehidupan dengan hal-hal yang justru
merendahkan harkat dan martabat dirinya sendiri. Dan laki-laki yang bijaksana
adalah laki-laki yang dapat menghargai apapun di kehidupan ini terutama seorang
perempuan.
***
BEBERAPA
hari yang lalu saya bertemu dengan seorang sahabat. Dia seorang perantau dari
Timur Indonesia Papua. Dengan logatnya yang ke-Papua-an dia menyapa saya, lagi
apa ka? Saya hanya menjawab, lagi santai, istrahat saja. Kemudian kami
bercerita panjang lebar, dari permasalahan desa yang dihadapi sekarang sampai
dengan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Sahabat itu memang hanya tamatan SMA,
namun dia senang untuk berdiskusi tentang apapun. Saat kami bercerita saya
tidak selalu mendominasi, namun sahabat itu yang selalu mendominasi
pembicaraan. Saya hanya menangkap dan menyambung apa yang di bicarakan.
Pikirku, luas juga wawasan sahabat ini meskipun dia hanya seorang perantau.
Di saat kami bercerita, saya sangat senang
ketika sahabat itu menceritkan banyak hal tentang pengalamannya di Papua.
Sahabat itu pandai mendakwai seseorang dengan pengalamannya. Banyak hal yang ku
pelajari dari cerita sahabat ini ketika dia diperantauan. Salah satunya adalah
bahwa hidup di negeri orang memang butuh kesabaran dan perjuangan. Mimpi hanya
bisa terwujud jika kita mempunyai tekad yang kuat untuk melakukan. Sahabat itu
mengatakan bahwa untuk hidup di perantauan, kita harus bekerja keras untuk
mendapatkan uang agar kita bisa makan. Sahabat itu memang benar, tanpa bekerja
keras uang tidak akan ada karena uang tidak akan jatuh dengan sendirinya dari
langit.
Namun saya mulai merasa tak suka dan
jenuh ketika sahabat itu mengalihkan cerita, betapa banyaknya dia mempermainkan
perempuan. Dari perempuan satu ke-perempuan lain dan seterusnya, begitulah
ungkapannya. Mungkin dia senang disebut playboy, namun muka juga pas-pasan.
Kehidupannya seperti disibukan dengan hal-hal yang menurut saya tak berarti
karena hanya persoalan sex alias berzina. Saya melihatnya, pemuda itu senang
gonta-ganti pacar dan kemudian menceritakan kepada teman-temannya untuk
mendapatkan pujian sebagai laki-laki yang tangguh karena telah berhasil
menaklukan beberapa hati wanitanya untuk kemudian melakukan sex atau berzina. Mungkin
hasrat itu ada hanya untuk melakukan sex atau berzina lalu ditinggalkannya
kemudian mencari wanita lain lagi untuk di pacarinya. Betapa absurdnya
kehidupan seperti ini, pikirku.
Sahabat itu lebih bersemangat ketika
bercerita tentang perempuan yang dipermainkannya. Saya hanya mendengarkan dan
menganggup sambil melirik sahabat yang satunya. Di sela-sela pembicaraan,
tiba-tiba suara hp-nya berdering, terdengar ada suara perempuan yang menelpon.
Kamu di mana? Kata perempuan itu. Sahabat itu menjawab, dirumah keluarga. Saya
melihatnya sahabat ini pandai sekali bersilat lidah, membohongi perempuan
dengan sesukanya. Pikirku, perempuan juga bodoh untuk percaya seperti seorang
sahabat ini. Lalu kemudian mereka janjian untuk bertemu di suatu tempat. Ketika
sahabat itu menutup teleponnya saya langsung berkata, malam ini akan berbuat
kejahatan lagi nih. Sahabat itu hanya tersenyum sambil memalingkan pandangannya
ditempat lain.
Memang kita harus menyadari bahwa
kehadiran perempuan dalam kehidupan kita sangat penting. Namun bukan kemudian
kita mempermainkannya dengan sesuka hati kita. Mereka adalah sebaris
titik-titik perjalanan dalam sejarah kehidupan. Kehadiran mereka adalah
bagaikan lentera yang menerangi kegelapan peradaban di kehidupan ini.
Perempuan-lah yang menjadi perawat, penempa kita di saat tubuh ini menggigil
karena kerinduan akan dunia. Perempuan-lah yang menjadi pelindung dimasa kita
dalam kandungan yang kemudian melahirkan kita dengan perjuangan hidup dan mati.
Bahkan darah mengalir diselangkannya, merobek mahkota kewanitaanya yang dijaga
dan dibanggakan selama masih gadis karena keperawanannya.
Saya
mungkin akan mengatakan gila kepada mereka yang dengan bangga mempermainkan
perempuan. Mereka tidak menyadari bahwa dari perempuan-lah mereka dilahirkan
dengan susah payah. Dari perempuan-lah mereka mendapatkan kasih sayang penuh,
yang mengasihani mereka dengan sepenuh hati. Sahabat itu mungkin buta akan hal
tersebut, namun kita adalah bukan sahabat itu. Kita harus menghargai perempuan
sebagaimana kita menghargai Ibu yang kita cintai. Karena apabila tak ada
perempuan maka tidak ada peradaban manusia di dunia ini.
Bukankah Pramoedya Ananta Toer dalam bukunya Jejak Langka
sudah mengatakan hal tersebut bahwa ‘perempuan adalah lautan kehidupan’ maka
hormatila ia.
Kendari,
29 Januari 2016
La
Ode Halaidin