10 November 2015

Membaca Gelagat Politik Ridwan Bae, di Pilkada Muna


Saat ini, suhu politik di Muna juga terbilang sangat panas, tegang, dan para pendukung menyerang satu sama lain. Sebut saja pendukung pasangan sebelah menyerang pasangan nomor urut tiga L.M Baharudin-La Pili bahwa selama pemerintahannya tidak melakukan perubahan dan pembangunan apapun di daerah Muna. Tentu ini suda menjadi resiko seorang petahana yang menjadi bulan-bulanan dalam pertarungan pilkada kali ini.

Pertarungan opini menguak dipermukaan dengan berbagai narasi. Narasi-narasi itu disusun dengan apik sebagai strategi politik untuk memenangkan pilkada Muna. Visi dan Misi dijabarkan di depan publik sebagai jurus untuk memalingkan jari-jari masyarakat untuk kemudian memilihnya. Namun, saya melihat visi-misi itu terlihat visi-misi yang klasik dan dari dulu seperti itu-itu saja. Tak ada gagasan yang segar, ide-ide yang baru untuk membangun Muna, semua monoton dan tak masuk akal. Misalnya Visi-Misi mengenai pembangunan infrastruktur jalan. Meskipun ini merupakan hal penting, tapi bukan sesuatu hal yang baru dan masyarakat suda enggan mendengar hal ini.

Yang pernah menjadi orang nomor satu di Muna, waktu kampanye juga pernah mengeluakan pernyataan perbaikan infrastruktur jalan ini, namun sampai hari ini baru ada perbaikan infrastruktur jalan ketika pemilihan akan diselenggarakan pada tanggal 9 Desember mendatang, khususnya jalan Lawa-Kabawo-Parigi dan Tongkuno. Hal ini tentu tak terlepas dari perbaikan citra salah satu calon tersebut.

Ada juga di bagian wilayah Muna, terutama di wilayah Muna utara dengan salah satu calon kepala daerah telah membuat kesepakatan kontrak politik. Sebut saja kesepakatannya seperti ini :

“Jika beliau terpilih, maka masyarakat Muna Utara akan ditempatkan di salah satu jabatan penting di pemerintahan Kabupaten Muna”. Dan masih banyak lagi kontrak lain. Kalau tak salah ada sekitar 8 sampai 10 kesepakatan kontrak politik. Kontrak kesepakatan politik ini, saya melihatnya di Napabalano dekat dengan pelabuhan Very Tampo—ini bentuk kesepakatan antara pemuda Tampo—dalam hal ini Napabalano dan pasangan calon Rusman Emba-Malik Ditu. Tentu kontrak tersebut merupakan ikatan yang sangat sakral—tidak bisa di ingkari. Jika perebutan kekuasaan sudah seperti ini berdasarkan kesepakatan kontrak politik, Muna mau dibawah kemana!

Pertanyaannya adalah bagaimana dengan bagian Muna Timur, mereka dapat apa? Bukankah kesepakatan kontrak politik adalah sesuatu hal meminjam istilah Kwik Kian Gie seperti politik ‘Dagang Sapi’ karena berdasarkan deal-deal politik. Ada yang disepakati maka kami memilih anda, ada sapi ada proyek. Bisa saja disana ada deal-deal pengajuan proyek basah yang nantinya akan menguntungkan segelintir orang.
Siapa yang bisa menyangkal kedepannya...!!!

***
Dibalik suhu panas bola api itu, ada juga yang paling menarik untuk dibahas pada kesempatan ini yaitu gelagat politik Ridwan Bae—salah satu tokoh politik dari partai Golkar dan mantan orang nomor satu di Muna selama dua periode yang kini menjadi anggota DPR RI Pusat Dapil Sulawesi Tenggara. Informasi yang beredar bahwa kemenangan calon kepala daerah juga sangat ditentukan oleh orang yang pernah menjadi nomor satu selama dua periode di Muna ini.

Lalu pertanyaannya,  di arah manakah gelagat politik Ridwan Bae bermain dalam Pilkada Muna kali ini?
***
Beberpa hari yang lalu, saya menyempatkan diri untuk menyusuri kota Raha—berharap untuk bertemu banyak masyarakat kota Raha— mendengarkan cerita mengenai Pilkada Muna. Di beberapa jalan, terlihat pemandangan dengan posko, umbul-umbul dan spanduk-spanduk/baliho besar dan juga kecil serta pamflet-pamflet terpasang dan ditempel dengan apik. Semua nampak sangat indah, posko ditata dengan rapih ada lampu disko, didalamnya juga ada teve dan untuk tempat karaoke gratis bagi masyarakat yang mau menyumbangkan suaranya. Di posko itu ketika saya bergabung tak ada perbincangan yang lebih dalam mengenai calon-calon ini, semua terfokus pada satu momen yaitu hepi-hepi alias karaoke.

Di lain kesempatan, saya berbincang dengan salah satu pemuda yang ada di posko tersebut. Ketika saya menanyakan berapa partai pendukung pasangan nomor urut tiga L.M Baharudin dan La Pili—pemuda ini mengatakan, ada tujuh partai. Saya agak kaget dan langsung melihat spanduk yang ada diposko itu—dan terlihat hanya ada lima partai. Pemuda ini langsung mengatakan, Ridwan Bae dari partai Golkar mendukung pasangan namor urut tiga. Loh…kok bisa, Rusman Emba kan yang berpasangan dengan Malik Ditu partainya dari Golkar dan mereka tidak pecah alias sama kubu Aburizal Bakrie.

Pemuda ini mengatakan bahwa dukungan itu disampaikan secara langsung oleh Ridwan Bae di dalam kampanye L.M Baharudin-La Pili—dan mengatakan bahwa beliau mendukung nomor urut tiga.
Saya tidak langsung percaya dengan informasi tersebut. Saya beranggapan bahwa ini merupakan taktik politik penebaran isu untuk mengalihkan pendukung lawannya—karena semua orang tau bahwa Ridwan Bae mempunyai pengaruh politik yang kuat pada setiap pemilu di Muna.

Hari berikutnya saya mengikuti kampanye dan sosialisasi pasangan L.M Baharudin-La Pili di salah satu desa yang mempunyai potensi wisata­—Walengkabhola atau Tongkuno. Di kampanye itulah saya menyaksikan dan mendengarkan ketika L.M Baharudin mengatakan bahwa Ridwan Bae dari partai Golkar mendukung kami. Dari sini saya menilai bahwa dalam politik apa saja bisa terjadi, tergantung bagaimana kita menafsirkan arti dukungan itu. Bisa saja dukungan itu bersifat pribadi bukan partai, toh L.M Baharudin merupakan adik iparnya. Sehingga di sinilah L.M Baharudin-La Pili memanfaatkan nama itu sebagai basis untuk mengarahkan pendukung-pendukung untuk kemudian memenagkannya.

Lalu bagaiaman dengan pasangan Rusman Emba-Malik Ditu. Mengapa Ridwan Bae yang satu atap dengan Rusman Emba malah membelakanginya? Taktik politik seperti apakah yang dimainkannya!
***
Pada pilkada Muna Tahun 2010 Ridwan Bae mendukung Rusman Emba yang merupakan satu partai. Dalam pilkada tersebut Ridwan Bae malah membelakangi L.M Baharudin yang berbeda partai dan justru memenangkan pilkada tersebut. Dalam perbincangan saya di warung kopi dekat pelabuhan Kota Raha dengan masyarakat setempat mengatakan bahwa kemenangan L.M Baharudin tahun 2010 karena ada dukungan dari bawah yaitu rakyat seperti para petani, pedagang dan juga para nelayan—sedangkan Rusman Emba dukungan datang dari kalangan atas seperti elit politik Ridwan Bae dan kawan-kawannya. Lebih lanjut sahabat itu menjelaskan kepada saya bahwa hari ini Rusman Emba-lah yang mendapat dukungan dari bawah sedangkan dukungan dari atas datang dari L.M Baharudin. Terbukti dari sosialisai di Tongkuno itu L.M Baharudin mengatakan bahwa mereka didukung oleh partai-partai besar dan elit-elit politik nasional seperti Ridwan Bae, Prabowo Subianto, Surya Paloh.

Dari penjelasan diatas, kita dapat membaca ke mana gelagat politik Ridwan Bae. Saya berasumsi bahwa meskipun mendukung L.M Baharudin, dukungan itu bukan atas nama partai Golkar tetapi atas nama pribadi sebagai adik ipar. Sesuatu yang ganjil jika Rusman Emba mencalonkan diri dalam pilkada Muna tanpa restu dan dukungan dari ketua DPD Partai Golkar Sulawesi Tenggara, Ridwan Bae. Dan saya melihat di berbagai baliho atau spanduk-spanduk ada partai Golkar sebagai pendukungnya. Jika dilihat versi siapa yang sah, tentu Aburizal Bakrie tetapi di spanduk L.M Baharudin tidak ada partai Golkar. Sudah tentu disini ada taktik permainan politik yang diaturnya dengan apik. Di satu sisi nomor urut satu adalah teman separtainya dan maju dengan partai yang dipimpinya di sisi lain nomor urut tiga adalah adik iparnya.
Lalu siapakah didukungnya yang sebenarnya?

Bagi saya, politik adalah tentang perebutan kepentingan dan kekuasaan, hingga apapun dalam politik bisa saja terjadi. Saya mempunyai asumsi-asumsi, hendak kemana sebenarnya gelagat Ridwan Bae di pilkada Muna ini:

Pertama, dukungan Ridwan Bae untuk L.M Baharudin adalah sah-sah saja sebagai adik ipar namun sebagai ketua DPD partai Golkar Sulawesi Tenggara tentu dukungannya mengarah pada Rusman Emba. Tentu dia tidak menginginkan keretakan hubungan seperti yang terjadi pada tahun 2010 lalu—karena tidak mendukung adik iparnya. Pada pilkada tahun 2010 itu L.M Baharudin yang terpilih, sehingga tak punya ruang untuk bermain-main dan namanya tak mencuat dipermukaan.

Kedua, taktik untuk memenangkan Rusman Emba. Di dalam berpartai politik kader harus mempunyai loyalitas yang tinggi terhadap partai. Ridwan Bae yang merupakan ketua DPD Partai Golkar Sulawesi Tenggara tentu memahami hal ini—tidak mungkin menghianati salah satu kader terbaiknya hanya untuk mengalihkan dukungan terhadap adik iparnya.

Bagi saya ini taktik pemenangan. Publik akan melihat bahwa Rusman Emba tidak didukung oleh kalangan atas—maka masyarakat bawah akan memberikan dukungan, karena seperti yang saya jelaskan diatas pemilihan tahun 2010 L.M Baharudin memenangkan pilkada karena atas dukungan dari kalangan bawah. Ada pengalihan taktik di sini dan berkebalikan—hari ini justru L.M Baharudin yang mendapat dukungan dari kalangan atasatas ketertempelan Ridwan Bae.

Ketiga adalah faktor kepentingan. Sebagai anggota DPR RI daerah pemilihan Sulawesi Tenggara, tentu ini taktik yang sangat cerdas dan rapi untuk tidak mengalihkan dukungannya hanya pada salah satu pihak. Ridwan Bae pandai menyusun strategi dan mengatakan secara langsung kepada L.M Baharudin di depan publik. Tetapi bisa saja diluar itu dia juga mendukung Rusman Emba secara langsung dalam lembaga partai Golkar dan tidak mencuatkanya didepan publik. Meskipun kita tau bahwa ada perseteruan antara Ridwan Bae dan Oheo Sinapoi mengenai dukungan di pilkada Muna. Tetapi sekali lagi yang sah sekarang dan yang berhak untuk menentukan dukungan yang sah adalah Ridwan Bae kubu Aburizal Bakrie. Tentu disini mau tidak mau harus mendukung Rusman Emba yang lewat partai Golkar.

Dari sinilah kita bisa menilai bahwa kemenangan kedua pasangan calon adalah kelak kemenanganya juga. Sehingga kepentingan untuk bermain-main disana tak akan terhalangi, toh sama-sama didukungnya.
Itulah asumsi-asumsi saya. Anda pun bisa menilai mana asumsi yang masuk akal, mana yang tidak. Tetapi lebih baik jika anda bisa berasumsi sendiri mengenai topik diatas.


                                                                         Kendari 10 November 2015
                                                                                    

0 komentar:

Posting Komentar