Kisah Seorang Nelayan di Purirano

Ini adalah cerita saat saya bertemu dengan nelayan di purirano. Keadaan mereka penuh dengan ketidakadilan.

Kenangan di Puncak Terindah Buton Selatan

Ini adalah bentuk penghayatan, akan indahnya alam. Olehnya itu, alam harus dijaga dengan baik agar kita hidup dalam penuh damai dan tentram.

Menggeluti Ilmu di Perguruan Tinggi

Bersama dengan ilmu pengetahuan kita dapat maju, bergerak dan bersaing dengan pihak-pihak lain. Mari, kita dahulukan pendidikan kita.

Sebuah Perjalanan di Muna Barat

Kami mencari keadilan atas masyarakat yang selama ini teralienasi. Lahan-lahan mereka dipermainkan oleh elit-elit desa, mengeruk keuntungan dengan membodohi masyarakat. Kami menolak dan melawan.

Mencari Keindahan di Danau Maleura

Di danau ini, ada panorama keindahan, yang membuat pengunjung sangat menikmati suasana. Hawa dingin dan air yang jernih dan terdapat banyaknya gua-gua. Ini keren kan. Adanya hanya di Muna.

18 November 2015

Gadis Cantik Di Lyrics Karaoke

                                                                                  Ilustrasi

Darah ini sekejap berhenti mengalir, dekup jantungku berdetak kian kencang dikalah mata ini memandang gadis cantik di sudut sana. Senyum manis, dan wajah yang anggun begitu aduhai. Saya tertegun dan ingin menyapa si cantik itu. Namun batin ini kian berkecamuk akan rendahnya diriku melihat si gadis cantik itu. Pikirku, dia terlalu cantik untuk saya kenal dan saya tak akan mampu berucap-ucap sepata-kata pun, dalam hati saya membatin. Si cantik itu sungguh menggoda, kataku dalam hati. Namun saya tak bisa berbuat banyak untuk hanya sekedar mendekatinya, bercerita tentang betapa indahnya cinta dan mencintai di dunia ini—untuk bercerita betapa cantik dan indahnya tubuhmu. Tubuhnya memang langsing tak kalah dengan para selebriti-selebriti yang sering nongol di teve-teve.

Aku ingin menceritakanmu tetang arti cinta yang sesungguhnya—berbagi cerita tentang cinta abadi yang dialami oleh seorang tokoh seperti kisah cinta Habibie dan Ainun. Mungkin engkau tau cerita-cerita itu, tapi engkau tak sepenuhnya memahami arti cinta mereka—yang telah berhasil merawat kuntum-kuntum cintanya—hingga cinta mereka abadi. Jika engaku mendekat akan kutanyakan padamu, apakah engkau menginginkan cinta seperti mereka?

Riuh-riuh dijalanan diluar sana tak terdengarkan dikalah gadis cantik itu membawakan lagu My Heart Will Go On yang liriknya di karang oleh Will Jennings. Suaranya nan-indah, seindah senyum dan kecantikannya. Bagiku suaranya tak kalah habis dengan penyanyi aslinya Céline Dion. Dia juga sangat fasih berbahasa inggris. Lengkap sudahlah dengan apa yang dimilikinya, cantik dengan tubuh yang langsing serta kecerdasannya yang memang setiap laki-laki akan bertekuk lutut untuk mendapatkan cintanya. Sungguh luar biasa si cantik itu pikirku, saat hendak keluar dari tempat karaoke.

Di sudut ruangan lyrics karaoke itu aku sedang melirik—memperhatikan senyum yang merona bak kembang sakura yang cantik seperti di Jepang itu. Senyumnya bagaikan kembang bunga yang bermekaran di pagi yang cerah—menebarkan kuntum-kuntum indahnya dan semerbaknya yang wangi. Senyumnya bagaikan senja yang menghadirkan sinar harapan dan keteguhan—si cantik itu dapat membuat orang terpanah akan indahnya senyum yang bagaikan senja itu.

Si cantik itu bagaikan putri salju yang menginginkan  kehadiran seorang pria ditengah kehidupannya—pria yang dapat mencintainya apa adanya—pria yang mengerti akan kehidupannya seperti dalam film Snow Girl and The Dark Crystal. Senyumnya bagaikan kembang bulan yang dapat menghadirkan ketenangan dikala kegelapan menyelimuti. Si cantik itu akan menyinari setiap orang yang mendekatinya dengan menghadirkan cahaya senyum dan kecantikan yang menggoda. Pikirku, sungguh beruntungnya laki-laki yang dapat memilikinya.

Sebut saja si cantik itu namanya Mawar—gadis cantik yang dapat membuat lelaki mengemis untuk dapat mendapatkan cintanya. Dalam sebuah momen ulang tahun sahabat—saya melihat gadis cantik itu. Si cantik itu sangat bersahabat dengan siapa pun—termasuk orang seperti saya yang selama ini jarang bersahabat dengan wanita cantik seperti dia. Saat sedang serius membaca buku, suara cantik itu tiba-tiba mengajak; kamu bisa ikut di lirycs karaoke untuk merayakan ulang tahun teman! Suara itu begitu halus, sehalus kulitnya yang terus dirawat setiap hari—sehalus seperti kain sutra yang ditenun dengan cinta dan kasih sayang. Sehalus rembulan yang bersinar dijantung kegelapan malam. Saya diam sejenak, pikirku cantik sekali si gadis ini—setelah itu saya memutuskan untuk pergi.

***
Di lyrics karaoke itu kami duduk berjejeran. Sahabat-sahabat itu sedang sibuk mengutak-atik komputer dengan mencari lagu kesukaan mereka. Tak banyak yang ku-perhatikan selain si Mawar ini. Saat sahabat menyuruh saya untuk menyebut lagu yang ingin kunyanyikan—saya hanya berkata, maaf saya tak bisa karaoke dan tak banyak lagu yang ku-hafal liriknya, saya disini hanya menemani kalian. Sekejap sahabat ini menganggup pertanda dia memahamiku.

Ketika sahabat-sahabat mulai menyanyi, saya hanya duduk sambil menghisap roko LA Menthol. Sebenarnya saya tak suka acara ulang tahun seperti ini; ber-foya-foya dengan menghambur-hamburkan uang hanya untuk kesenangan semalam suntuk. Bagiku ulang tahun adalah bagian dari refleksi diri dan perenungan untuk kita—bahwa kita telah dilahirkan didunia ini oleh Ibu kita dengan perjuangan hidup dan mati. Iya,, ulang tahun seharusnya menjadi perenungan dan merefleksi diri kita—betapa beratnya seorang Ibu merawat kita yang masih dalam kandungan selama sembilan bulan yang kemudian melahirkan, mendidik, mengasuh dan merawat, hingga kita bisa tumbuh dewasa seperti sekarang ini. Betapa beratnya perjuangan seorang Ibu, sehinngga acara ulang tahun seperti karaokean seharusnya tak perlu kita adakan.

Tiba-tiba suara yang halus itu terdengar—suara itu menggemah begitu indah. Si cantik itu tengah menyanyikan lagu yang membuat hati ini tersentuh. Dia pandai menghayati, pandai memilih lagu yang membuat pendengarnya termenung, namun sejenak dia terhenti. Saya melihat mata itu menyembunyikan sesuatu; ada hal yang membuat diriku bertanya-tanya. Ada apa gerangan? Sejenak kemudian mata ini berpapasan. Si cantik itu memalingkan mata itu ketempat lain. Apakah si cantik itu malu melihat wajah dan mata ini yang dari tadi tengah memperhatikannya? Entalah…..itu mengundang seribu pertanyaan untuk diriku.
Saya hanya mengangkat gelas yang berisi minuman Bir Bintang dan menghisap rokok LA menthol. Pikirku, saya ingin bercerita denganmu, menceritakan tentang keindahan cinta yang dibalut dengan kasih sayang. Saya ingin mengatakan kepadamu bahwa cinta adalah kerelaan. Cinta adalah ketiadaan, meniadakan diri ini untuk menyatu dengannya. Merelakan sesuatu dalam hidup untuknya. Cinta adalah perasaan yang menyatukan dua insan yang kemudian menjalinnya dengan jalinan cinta demi kebahagiaan bahtera kehidupan. Cinta adalah sesuatu tak bisa diukur dengan materialistik.

Si gadis cantik, saya suda mengetahui perjalanan cintamu yang kandas karena perceraian. Saya tak tahu apa yang menjadi persoalan itu—dan saya tak mau tahu tentang itu. Sungguh tak beruntungnya dia yang telah bercerai denganmu. Apakah dia tak bisa menjagamu, memberikanmu kebahagiaan yang engkau inginkan? Apakah dia telah menghianatimu sehingga engkau memutuskan untuk bercerai dengannya? Bahtera keluarga, ibarat pohon yang harus terus dirawat, dipupuk dengan cinta dan kasih sayang yang kemudian kelak akan mengakarkan dirinya dijantung kehidupan. Jika pohon itu tak bisa dijaga dan dirawat maka dia akan layu yang kemudian akan mengantarkanya pada kematian—sama halnya dalam menjalin bahtera keluarga.
Tiba-tiba si cantik itu menghampiri, degup jantung ini kian kencang. Suara halus itu terdengar lagi, Kak bisa saya berfoto denganmu. What?

Sungguh beruntungnya diriku berfoto dengan si gadis cantik itu, pikirku..


                                                                              La ode Halaidin
                                                                             Wayong, 19 November 2015

16 November 2015

Mencintalah!

                                                                      Ilustrasi



“Mencintalah dengan semua yang kamu miliki; mencintalah dengan sepenuh hatimu” (Rando Kim, dalam buku Time Of Your Life, hal 128)

Topik dan kalimat sederhana diatas merupakan bentuk dari seruan untuk kita semua sebagai insan manusia bahwa mencintai merupakan ungkapan dari ketulusan hati­—kerelaan dua insan yang ingin menyatukan jalinan cinta karena ingin bahagia—dan kekurangan adalah bentuk dari kekuatan untuk kemudian dijaga dan dipupuk hingga semerbaknya mengangkasa di titik kebahagiaan. Kekurangan bukan dijadikan sebagai titik kelemahan—sesuatu problem yang kemudian menjadikan bahtera cinta yang terjalin selama ini menjadi karam. Kekurangan adalah bagian dari kisah cinta dua insan, dimana yang satu menerima yang lain dan kemudian selalu berusaha memupuknya dengan kasih sayang yang dalam, sehingga cinta itu dapat mengakar dan menjuntaikan semerbaknya di keabadian kehidupan.

Seperti itulah kira-kira pesan dari Rando Kim yang ada dalam bukunya berjudul ‘Time Of Your Life’. Kita dapat menemukan dalam bukunya dihalaman 124 tentang cinta yang ingin kita peroleh—cinta seperti apa yang kita inginkan—cinta yang berasaskan pada nilai. Baginya Jalinan cinta adalah jalinan hubungan dua orang dengan merasa bahagia dan sempurna ketika mereka bersama. Kebahagiaan itu yang merupakan menjadi tujuan utama dalam menjalin bahtera cinta yang kemudian dapat mengokohkan dirinya pada setitik sejarah cinta nan-abadi. Waahh….bukankah kebahagiaan ini yang dicari oleh setiap insan—pasangan muda-mudi yang sedang dimabuk cinta seperti layaknya kisah cinta abadi Habibie dan Ainun.

Kisah cinta mereka diukir oleh sejarah karena mereka percaya bahwa mencintai dengan yang mereka miliki—dengan sepenuh hati, cinta itu menjadi lebih bermakna dan menjadi kekuatan buat mereka untuk terus bersama meskipun pada akhirnya maut yang memisahkan mereka. Itulah, mengapa semua orang mendambahkan kisah cinta seperti Habibie dan Ainun yang kuntum-kuntum cintanya mekar dan harum semerbaknya masih tercium oleh sebagian anak-anak muda sampai saat ini. Kisah cinta mereka adalah bentuk dari keberhasilan dan kesabaran Habibie dan Ainun dalam merawat kuntum cinta itu sejak muda. Cinta mereka tidak mempunyai seleksi dan kriteria seperti yang berlaku sekarang ini, dimana materialistik dalam jalinan cinta menjadi di nomor satukan.

Lalu, apa yang kita pahami tentang cinta untuk sekarang ini! Cinta dengan sepenuh hati, sekarang ini bukan menjadi tolok ukur utama seseorang. Cinta ibarat sebuah produk dan jika kita menyukai lalu ingin memilikinya tentu membutuhkan transaksi seperti berbelanja. Dalam berbelanja tentu kita harus membelinya dengan sebuah capital/modal dalam hal ini uang. Inilah cinta yang dimaknai oleh sebagian orang—sangat dangkal bahwa kehidupan sekarang ini makna cinta itu tak berarti sama sekali kecuali dengan materi. Disini kita bisa memahami bahwa sekarang ini cinta sama halnya dengan transaksi berbelanja—dimana cinta sangat materialistik.

Dulu cinta tak seperti itu. tak ada ukuran, kriteria dan ketika dua insan menyatukan perasaan hati untuk bersama merawat kuntum-kuntum cinta, menyerahkan semua untuk dia, menghilangkan kata aku menjadi kita—berarti mereka siap meleburkan diri menjadi satu untuk kemudian menjalin sebuah keluarga yang bahtera. Cinta dulu dan sekarang memang berbeda, kata seorang sahabat. Dulu mungkin masyarakat jarang sekali yang kaya sehingga cinta tak dapat bisa diukur dengan materi. Sekarang ini sangat susah kita mencari seseorang yang mengerti tentang arti cinta yang sesunggunya, kata sahabat ini, seraya membatin. 

Memang cinta sekarang ini suda bertransformasi menjadi materialistik. Berani mencintai berarti kita berani mengeluarkan isi dompet, begitu kata orang. Perkembangan teknologi dan kemajuan pusat-pusat perbelanjaan modern juga mempengaruhi arti dan makna cinta yang kemudian menjadi materialistik.

Kita bisa membayangkan berapa orang yang berkunjung setiap hari pasangan muda-mudi berpegangan tangan dipusat-pusat perbelanjaan modern. Duduk dipojok kafe—makanan dan minuman yang harganya sangatlah mahal dengan menentang tas belanja dari sang kekasih. Mereka menganggap dengan membelanjakan pasangan, cinta itu akan tumbuh lalu mekar. Mereka lupa bahwa cinta itu tidak dapat hanya tumbuh dengan pundi-pundi materialistik. Cinta sekali lagi bukan transaksi perbelanjaan tapi cinta adalah kerelaan yang akan meleburkan dirimu bersama pasanganmu. Aku menjadi kita, engkau seperti berada dalam ketiadaan, bersatu dengannya—merelakan segala sesuatu yang berharga buat dirimu, untuknya.

***
Saya tidak hendak mencampuradukan antara percintaan/mencintai dan Homo Ekonomicus (manusia ekonomi). Bagiku dalam hal cinta kita tak bisa mengukur manusia dari segi individualitasnya—mencari kepuasan atas dirinya sendiri atau manusia rasional. Meskipun dalam skala individualitas manusia hidup dengan mencari kepuasan atau kesejahteraan sendiri (manusia ekonomi/Homo Ekonomicus) hal ini tentu berbeda dengan kepuasan dalam cinta mencintai. Cinta berarti penyatuan dua insan bukan sesuatu yang lain. Kepuasan dan kesejahteraan adalah bagian dari manifestasi hubungan jalinan cinta pria dan wanita—dan dalam hal cinta, kepuasan dan kesejahteraan itu harus dinikmati secara bersama.

Itulah cinta adalah kebersamaan. Itulah cinta adalah ketiadaan—meniadakan dirimu menjadi dirinya yang kemudian menyatu menjadi satu. Kepuasan dan kesejahteraan dalam cinta adalah milik bersama—bukan hanya milik pria atau si wanitanya.

 Mencintalah dengan sepenuh hati. Sebab cinta adalah keindahan yang semerbaknya mengangkasa hingga nun-jauh menembus lapis-lapis langit. Mencintalah dengan segala yang engkau miliki, sebab cinta adalah ibarat kuntum-kuntum yang perlu dijaga dan dirawat, diberi kasih sayang, dikasihani agar kelak tumbuh mekar bersama cinta di nan-keabadian.

Mencintalah dengan jiwa dan raga. Sebab cinta adalah kekuatan yang dapat meruntuhkan gunung-gunung menjadi debuh, ombak keras tertunduk karena kedigdayaanmu. Mencintalah dengan apa yang kamu miliki sebab cinta bukan untuk dideskripsikan namun untuk dirasakan. Rasa cinta itu ada direlung hati yang paling dalam dan yang bisa merasakan itu adalah diri kita sendiri. Sekali lagi saya ingin katakan, mencintalah!


                                                                            La ode Halaidin
                                                                    Wayong, 15 November 2015

10 November 2015

Membaca Gelagat Politik Ridwan Bae, di Pilkada Muna


Saat ini, suhu politik di Muna juga terbilang sangat panas, tegang, dan para pendukung menyerang satu sama lain. Sebut saja pendukung pasangan sebelah menyerang pasangan nomor urut tiga L.M Baharudin-La Pili bahwa selama pemerintahannya tidak melakukan perubahan dan pembangunan apapun di daerah Muna. Tentu ini suda menjadi resiko seorang petahana yang menjadi bulan-bulanan dalam pertarungan pilkada kali ini.

Pertarungan opini menguak dipermukaan dengan berbagai narasi. Narasi-narasi itu disusun dengan apik sebagai strategi politik untuk memenangkan pilkada Muna. Visi dan Misi dijabarkan di depan publik sebagai jurus untuk memalingkan jari-jari masyarakat untuk kemudian memilihnya. Namun, saya melihat visi-misi itu terlihat visi-misi yang klasik dan dari dulu seperti itu-itu saja. Tak ada gagasan yang segar, ide-ide yang baru untuk membangun Muna, semua monoton dan tak masuk akal. Misalnya Visi-Misi mengenai pembangunan infrastruktur jalan. Meskipun ini merupakan hal penting, tapi bukan sesuatu hal yang baru dan masyarakat suda enggan mendengar hal ini.

Yang pernah menjadi orang nomor satu di Muna, waktu kampanye juga pernah mengeluakan pernyataan perbaikan infrastruktur jalan ini, namun sampai hari ini baru ada perbaikan infrastruktur jalan ketika pemilihan akan diselenggarakan pada tanggal 9 Desember mendatang, khususnya jalan Lawa-Kabawo-Parigi dan Tongkuno. Hal ini tentu tak terlepas dari perbaikan citra salah satu calon tersebut.

Ada juga di bagian wilayah Muna, terutama di wilayah Muna utara dengan salah satu calon kepala daerah telah membuat kesepakatan kontrak politik. Sebut saja kesepakatannya seperti ini :

“Jika beliau terpilih, maka masyarakat Muna Utara akan ditempatkan di salah satu jabatan penting di pemerintahan Kabupaten Muna”. Dan masih banyak lagi kontrak lain. Kalau tak salah ada sekitar 8 sampai 10 kesepakatan kontrak politik. Kontrak kesepakatan politik ini, saya melihatnya di Napabalano dekat dengan pelabuhan Very Tampo—ini bentuk kesepakatan antara pemuda Tampo—dalam hal ini Napabalano dan pasangan calon Rusman Emba-Malik Ditu. Tentu kontrak tersebut merupakan ikatan yang sangat sakral—tidak bisa di ingkari. Jika perebutan kekuasaan sudah seperti ini berdasarkan kesepakatan kontrak politik, Muna mau dibawah kemana!

Pertanyaannya adalah bagaimana dengan bagian Muna Timur, mereka dapat apa? Bukankah kesepakatan kontrak politik adalah sesuatu hal meminjam istilah Kwik Kian Gie seperti politik ‘Dagang Sapi’ karena berdasarkan deal-deal politik. Ada yang disepakati maka kami memilih anda, ada sapi ada proyek. Bisa saja disana ada deal-deal pengajuan proyek basah yang nantinya akan menguntungkan segelintir orang.
Siapa yang bisa menyangkal kedepannya...!!!

***
Dibalik suhu panas bola api itu, ada juga yang paling menarik untuk dibahas pada kesempatan ini yaitu gelagat politik Ridwan Bae—salah satu tokoh politik dari partai Golkar dan mantan orang nomor satu di Muna selama dua periode yang kini menjadi anggota DPR RI Pusat Dapil Sulawesi Tenggara. Informasi yang beredar bahwa kemenangan calon kepala daerah juga sangat ditentukan oleh orang yang pernah menjadi nomor satu selama dua periode di Muna ini.

Lalu pertanyaannya,  di arah manakah gelagat politik Ridwan Bae bermain dalam Pilkada Muna kali ini?
***
Beberpa hari yang lalu, saya menyempatkan diri untuk menyusuri kota Raha—berharap untuk bertemu banyak masyarakat kota Raha— mendengarkan cerita mengenai Pilkada Muna. Di beberapa jalan, terlihat pemandangan dengan posko, umbul-umbul dan spanduk-spanduk/baliho besar dan juga kecil serta pamflet-pamflet terpasang dan ditempel dengan apik. Semua nampak sangat indah, posko ditata dengan rapih ada lampu disko, didalamnya juga ada teve dan untuk tempat karaoke gratis bagi masyarakat yang mau menyumbangkan suaranya. Di posko itu ketika saya bergabung tak ada perbincangan yang lebih dalam mengenai calon-calon ini, semua terfokus pada satu momen yaitu hepi-hepi alias karaoke.

Di lain kesempatan, saya berbincang dengan salah satu pemuda yang ada di posko tersebut. Ketika saya menanyakan berapa partai pendukung pasangan nomor urut tiga L.M Baharudin dan La Pili—pemuda ini mengatakan, ada tujuh partai. Saya agak kaget dan langsung melihat spanduk yang ada diposko itu—dan terlihat hanya ada lima partai. Pemuda ini langsung mengatakan, Ridwan Bae dari partai Golkar mendukung pasangan namor urut tiga. Loh…kok bisa, Rusman Emba kan yang berpasangan dengan Malik Ditu partainya dari Golkar dan mereka tidak pecah alias sama kubu Aburizal Bakrie.

Pemuda ini mengatakan bahwa dukungan itu disampaikan secara langsung oleh Ridwan Bae di dalam kampanye L.M Baharudin-La Pili—dan mengatakan bahwa beliau mendukung nomor urut tiga.
Saya tidak langsung percaya dengan informasi tersebut. Saya beranggapan bahwa ini merupakan taktik politik penebaran isu untuk mengalihkan pendukung lawannya—karena semua orang tau bahwa Ridwan Bae mempunyai pengaruh politik yang kuat pada setiap pemilu di Muna.

Hari berikutnya saya mengikuti kampanye dan sosialisasi pasangan L.M Baharudin-La Pili di salah satu desa yang mempunyai potensi wisata­—Walengkabhola atau Tongkuno. Di kampanye itulah saya menyaksikan dan mendengarkan ketika L.M Baharudin mengatakan bahwa Ridwan Bae dari partai Golkar mendukung kami. Dari sini saya menilai bahwa dalam politik apa saja bisa terjadi, tergantung bagaimana kita menafsirkan arti dukungan itu. Bisa saja dukungan itu bersifat pribadi bukan partai, toh L.M Baharudin merupakan adik iparnya. Sehingga di sinilah L.M Baharudin-La Pili memanfaatkan nama itu sebagai basis untuk mengarahkan pendukung-pendukung untuk kemudian memenagkannya.

Lalu bagaiaman dengan pasangan Rusman Emba-Malik Ditu. Mengapa Ridwan Bae yang satu atap dengan Rusman Emba malah membelakanginya? Taktik politik seperti apakah yang dimainkannya!
***
Pada pilkada Muna Tahun 2010 Ridwan Bae mendukung Rusman Emba yang merupakan satu partai. Dalam pilkada tersebut Ridwan Bae malah membelakangi L.M Baharudin yang berbeda partai dan justru memenangkan pilkada tersebut. Dalam perbincangan saya di warung kopi dekat pelabuhan Kota Raha dengan masyarakat setempat mengatakan bahwa kemenangan L.M Baharudin tahun 2010 karena ada dukungan dari bawah yaitu rakyat seperti para petani, pedagang dan juga para nelayan—sedangkan Rusman Emba dukungan datang dari kalangan atas seperti elit politik Ridwan Bae dan kawan-kawannya. Lebih lanjut sahabat itu menjelaskan kepada saya bahwa hari ini Rusman Emba-lah yang mendapat dukungan dari bawah sedangkan dukungan dari atas datang dari L.M Baharudin. Terbukti dari sosialisai di Tongkuno itu L.M Baharudin mengatakan bahwa mereka didukung oleh partai-partai besar dan elit-elit politik nasional seperti Ridwan Bae, Prabowo Subianto, Surya Paloh.

Dari penjelasan diatas, kita dapat membaca ke mana gelagat politik Ridwan Bae. Saya berasumsi bahwa meskipun mendukung L.M Baharudin, dukungan itu bukan atas nama partai Golkar tetapi atas nama pribadi sebagai adik ipar. Sesuatu yang ganjil jika Rusman Emba mencalonkan diri dalam pilkada Muna tanpa restu dan dukungan dari ketua DPD Partai Golkar Sulawesi Tenggara, Ridwan Bae. Dan saya melihat di berbagai baliho atau spanduk-spanduk ada partai Golkar sebagai pendukungnya. Jika dilihat versi siapa yang sah, tentu Aburizal Bakrie tetapi di spanduk L.M Baharudin tidak ada partai Golkar. Sudah tentu disini ada taktik permainan politik yang diaturnya dengan apik. Di satu sisi nomor urut satu adalah teman separtainya dan maju dengan partai yang dipimpinya di sisi lain nomor urut tiga adalah adik iparnya.
Lalu siapakah didukungnya yang sebenarnya?

Bagi saya, politik adalah tentang perebutan kepentingan dan kekuasaan, hingga apapun dalam politik bisa saja terjadi. Saya mempunyai asumsi-asumsi, hendak kemana sebenarnya gelagat Ridwan Bae di pilkada Muna ini:

Pertama, dukungan Ridwan Bae untuk L.M Baharudin adalah sah-sah saja sebagai adik ipar namun sebagai ketua DPD partai Golkar Sulawesi Tenggara tentu dukungannya mengarah pada Rusman Emba. Tentu dia tidak menginginkan keretakan hubungan seperti yang terjadi pada tahun 2010 lalu—karena tidak mendukung adik iparnya. Pada pilkada tahun 2010 itu L.M Baharudin yang terpilih, sehingga tak punya ruang untuk bermain-main dan namanya tak mencuat dipermukaan.

Kedua, taktik untuk memenangkan Rusman Emba. Di dalam berpartai politik kader harus mempunyai loyalitas yang tinggi terhadap partai. Ridwan Bae yang merupakan ketua DPD Partai Golkar Sulawesi Tenggara tentu memahami hal ini—tidak mungkin menghianati salah satu kader terbaiknya hanya untuk mengalihkan dukungan terhadap adik iparnya.

Bagi saya ini taktik pemenangan. Publik akan melihat bahwa Rusman Emba tidak didukung oleh kalangan atas—maka masyarakat bawah akan memberikan dukungan, karena seperti yang saya jelaskan diatas pemilihan tahun 2010 L.M Baharudin memenangkan pilkada karena atas dukungan dari kalangan bawah. Ada pengalihan taktik di sini dan berkebalikan—hari ini justru L.M Baharudin yang mendapat dukungan dari kalangan atasatas ketertempelan Ridwan Bae.

Ketiga adalah faktor kepentingan. Sebagai anggota DPR RI daerah pemilihan Sulawesi Tenggara, tentu ini taktik yang sangat cerdas dan rapi untuk tidak mengalihkan dukungannya hanya pada salah satu pihak. Ridwan Bae pandai menyusun strategi dan mengatakan secara langsung kepada L.M Baharudin di depan publik. Tetapi bisa saja diluar itu dia juga mendukung Rusman Emba secara langsung dalam lembaga partai Golkar dan tidak mencuatkanya didepan publik. Meskipun kita tau bahwa ada perseteruan antara Ridwan Bae dan Oheo Sinapoi mengenai dukungan di pilkada Muna. Tetapi sekali lagi yang sah sekarang dan yang berhak untuk menentukan dukungan yang sah adalah Ridwan Bae kubu Aburizal Bakrie. Tentu disini mau tidak mau harus mendukung Rusman Emba yang lewat partai Golkar.

Dari sinilah kita bisa menilai bahwa kemenangan kedua pasangan calon adalah kelak kemenanganya juga. Sehingga kepentingan untuk bermain-main disana tak akan terhalangi, toh sama-sama didukungnya.
Itulah asumsi-asumsi saya. Anda pun bisa menilai mana asumsi yang masuk akal, mana yang tidak. Tetapi lebih baik jika anda bisa berasumsi sendiri mengenai topik diatas.


                                                                         Kendari 10 November 2015