13 September 2015

Hidup Adalah Keseriusan

                                                                                Ilustrasi

Semua orang tentu memahami, dengan umur yang terus bertambah itu tertanda bahwa kita sedang menuju proses kedewasaan, tua dan kemudian menjadi nenek. Apakah kedewasaan diukur dengan barometer bertambahnya usia? Tentu saja tidak. Bisa saja umur dewasa namun tak mempunyai pilihan dalam hidup. Seringkali terkungkung dengan kenyamanan sehingga tidak mungkin keluar dalam tembok kedamayan itu. Apakah itu sebuah pilihan? Iya, itu sebuah pilihan. Namun bukan pilihan untuk mendewasakan.

Kedewasaan memang adalah sebuah persoalan pilihan. Pilihan untuk belajar mendewasa yang kemudian sampai pada tataran kedewasaan atau hanya melihat kehidupan tanpa mendapatkan apa-apa lalu menjadi karam. Mengambil pelajaran dari setiap proses perjalanan hidup kemudian kita mempertanggung jawabkannya hari ini, esok dan nanti. Kendaraan yang membawa kita kesana adalah waktu.

Proses kedewasaan tak terlepas dari perjalanan sebuah tragedi mendewasa. Seperti matahari yang terus berputar, bumi yang terus melangka dengan pola lingkarannya yang teratur. Kita sebagai manusia juga seperti itu ada tragedi sebuah perjalanan hidup. Namun tragedi hidup seseorang selalu berbeda-beda. Ada yang susah ada juga yang senang, ada miskin ada juga yang kaya, ada yang jalannya dimudahkan ada juga yang tidak. Semua hanyalah proses tragedi dalam hidup yang kemudian manusia diajak untuk melihat mata terang kehidupan.

Dalam tragedi hidup kita selalu diberi pilihan. Antara iya dan tidak, atau baik dan buruk. Semua membentuk dalam diri kemudian mendorong kita untuk memetahkan pilihan itu. Mana yang lebih rasional (baik), itu yang menjadi pilihan kita. Bukan menerabas lalu kemudian mengkapling-kapling yang bukan menjadi hak-hak kita.

Berbicara proses kedewasaan tentu juga kita berbicara masaalah waktu. Waktulah yang membawa kita dalam tragedi kedewasaan itu, sehingga menuntut hidup kita tidak hanya untuk berleha-leha atau berfoya-foya. Waktu adalah pedang dalam sebuah tragedi kehidupan. Jika kita tidak memanfaatkan pedang itu untuk kebaikan atau hal yang bermanfaat maka bisa saja pedang itu kembali menusuk kita. Waktu sesungguhnya adalah pedang samurai yang dengan kilatan cahayanya bisa menerabas setiap orang dengan seketika. Jika kita tidak dapat mengelolahnya dengan baik maka waktu tersebutlah yang akan membunuh.

Di sinilah semesta menuntut kita bahwa hidup adalah keseriusan. Hidup untuk serius bukan untuk main-main. Kita harus perbanyak belajar, belajar bersyukur, belajar bersabar sebagai konsekuensi yang telah membawa kita ke.kehidupan yang penuh dengan kompetisi. Keseriusan dalam proses pembelajaran dalam belajar adalah sebuah momentum untuk kemudian membawa kita dalam tahap berpikir kedewasaan. Tentunya sesuatu pembelajaran dengan proses belajarnya tak pernah berakhir hingga usia lapuk dimakan waktu. Dan yang menyisakan semua itu adalah tinggalah nama dan sejarah perjalanan hidup kita.

Hidup adalah sebuah perjalanan, waktu adalah pedang, dan kedewasaan adalah pilihan. Itu semua berada dalam rangkulan kita. Tinggal bagaimana kita memanfaatkan itu. Jika tidak maka semua akan sia-sia, semua akan hilang, semua akan membunuh dan kita tetap berada dalam kepicikan. Maka kata BERANI pantas kita suarakan dan genggam dalam hidup ini.

                                                                                 Kendari, 13 September 2015
                                                                                           La ode Halaidin


0 komentar:

Posting Komentar