Sumber Gambar: Pixabay |
Wahai angin, sampaikanlah salamku kepada permatahatiku
Tanyakan
padanya, apakah dia mau berjumpa denganku?
Apakah
dia mau menyatu bersamaku dengan cinta?
Aku
rela berkorban demi kebahagiaan dirinya
Hingga disini terlunta-lunta, sengsara bersama kepedihan
Wahai
awan pagi yang indah dan cerah
Maukah
engkau menyampaikan kata cinta kepada pujaanku!
Berikanlah
bunga-bunga yang semerbaknya mewangi
Hingga
menembus hati yang tertutup rapat
Bukalah
pintu hatinya, lalu
sampaikanlah dahaga cinta yang memenuhi hatiku
Wahai
bulan yang memiliki ratu segala keindahan
Berikanlah
cahaya rembulan kepada pujaanku
Aku
tak ingin ia berada dalam selubung kegelapan,
ditelan
bumi terlelap selamanya
Aku
ingin melihatnya lebih cerah, ceria, bangkit
Mengangkasa bersama pusaka kecantikannya
Aku merindu
disini, wahai pujaanku
Gelora
cinta memenuhi sanubariku
Duhai
Anggun, dengarkanlah bisikan hati ini
Sudikah
engkau menjadi kekasihku?
Aku
telah melepaskan ke‘aku’anku, untuk menjadikan kita satu
Betapa
pedih hatiku jika aku tak memilikimu
Membuatku
tak kuat lagi menanggung beban kehidupan ini
Andai
kau tahu
Aku begitu tulus mencinta
Wahai
kesedihan yang membelenggu jiwa
Janganlah
engkau lilitkan kesengsaraan didalam tubuh dan hatiku
Sudah-sudahlah
engaku putuskan pengharapanku akan cinta
Aku
sudah begitu remuk, redup
Hinggah bertali-tali kemalangan hidup menimpahku
Kekasihku,
taukah engkau….
Sejak
bertemu denganmu semua terasa berubah
Engkau
laksana dewi dalam gelimang cahaya, yang memancarkan keharuman bunga surga
Kecantikanmu,
membahagiakan hati yang memandang
Parasmu
selalu muncul dalam pandangan
Siang maupun malam, aku selalu mengingat namamu
Duhai
kekasihku, hanya engkaulah pengobat jiwa dan penawar kalbuku
Tubuhkan
yang mulai lenyap, mencoba bangkit
Melintasi
padang pasir yang tandus
Mata
yang kering dan gelap, kini mulai terang
Mencoba
mengepakkan sayap-sayap yang patah
Terbang
melampaui cakrawala yang biru
Aku tak
kemana, duhai pujaanku
Hanya
menuju pengabdianku
Cinta sucimu
Duhai
embun pagi, muarakanlah dahagaku
untuk
mengairi ladang-ladang cinta yang telah lama mengering
Bukalah
gerbang hatinya yang tertutup rapat
Sampaikanlah dengan lembut salamku
Sampaikanlah
pesanku ini;
Aku merindu
ingin disampaingmu
Duhai
Anggun, terimalah hati yang tulus-bersih ini
Engkaulah
semangatku, mencari keberuntungan hidup
Di
bawah tanah, aku bagai benih dan engkaulah musimnya
Di
atas bumi, aku bagai akar dan engkaulah pohonnya
Hanya
bersama, kita dapat berdiri tegak
melawan pusaran badai
Wahai
Anggun, pujaan hatiku….
Mari
minum bersamaku cawan kehidupan
Akan kuisikan
anggur dalam gelas agar kita menyatu
Dalam
dirimulah segenap angan-anganku terbentang luas
Bersamamu
mengarungi lautan
Menuju keabadian cinta
Tahukah
engkau, bahwa hadirmu adalah mimpiku
Aku
begitu mencintamu
Demi
rasa cintaku yang begitu mendalam
Aku rela
berjalan dipadang pasir tanpa air, panas dan tandus
Demi mencari
kebahagiaan kita
Wahai
pujaanku, marilah kita genggam bersama
asa
kehidupan
Aku
ingin menjadi bagian hidupmu dan
kamu
bagian hidupku
Kau
akan menjadi awal dan akulah akhir
Bersama
Selamanya
La
Ode Halaidin
Kendari, 27
Agustus 2017
0 komentar:
Posting Komentar