07 Februari 2017

Tokoh

Pahlawan
Sumber Gambar: americamagazine.org

Ini bukan tentang Tokoh yang ada dijalan-jalan. Tapi tentang Tokoh-Tokoh yang baru-baru ini muncul dilubang-lubang yang tak dikenal.
Sekarang ini banyak yang bermunculan sosok tokoh-tokoh. Selama ini mereka tak bermunculan. Entah dimana rimbahnya.
Menjelang Pilkada mereka bermunculan, seperti dihantui sesuatu. Ada yang muncul dilubang tikus, lubang buaya dan lubang-lubang lainnya.
Banyak permasalahan, yang menyangkut persoalan orang banyak/masyarakat kecil , tak ada juga yang saya temukan untuk sekedar berkomentar. Atau memberikan pemikiran. Atau menuliskan esainya. Diberbagai media, mereka tak muncul. Mereka nyenyak, entah tidur dikasur apa.
Namun saat ini, mereka bermunculan bagai hantu yang tengah gentayangan. Mereka muncul dengan berbagai label, Tokoh-lah, anula-lah dan label-label lainnya.
Saya bukan tidak setujuh dengan penempatan label itu. Namun penempatan seseorang yang dikatakan tokoh, bukan pada sembarang orang. Ia harus tepat.
Kita tidak bisa mempolitisasi penempatan nama tokoh, untuk kepentingan politik praktis. Bukan soal memang. Tapi bagi saya itu sama sekali tidak etis kalau hanya untuk kepentingan politik, yang seakan-akan merepresentasikan orang-orang atau etnik tertentu.
Seseorang yang dikatakan tokoh adalah orang-orang yang terkemuka dan punya kenamaan. Dia bukan saja punya kekuasaan, jabatan dan kekayaan tapi juga pemikiran, intelektualitas, karisma dan profesionalitas. Dia juga harus menjadi panutan, dari buah kelakukan dan kerendahan hati yang baik pada banyak orang.
Misalnya kalau ia tokoh politik, ia seperti Dr. R. Sutomo, Ir. Soekarno, Gusdur, M. Hatta, H. Agus Salim dan tokoh-tokoh lainnya. Jika ia  tokoh masyarakat , ia seperti Raden Mas Panji Sosrokartono, Raden Ngabehi Ronggowarsito III, Suryomentaram dan lain sebagainya.
Mereka adalah sosok yang punya kontribusi terhadap peradaban bangsa. Bukan tokoh karbitan yang seperti saat ini muncul ditengah-tengah masyarakat, atas nama kepentingan politik semata.

                                                                                                               La Ode Halaidin
                                                                                                               7 Februari 2017

0 komentar:

Posting Komentar