04 Oktober 2015

Memahami ‘Kesendirian’ bersama PAULO COELHO


Paulo Coelho seorang angota Brazillian Academy of letters yang terpilih sebagai pembawah Pesan Damai oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa mengatakan, kesendirian bukan berarti tak berkawan, melainkan saat bagi jiwa kita untuk bebas berbicara dan membantu memutuskan yang hendak kita lakukan atas hidup kita. Lebih lanjut Paulo Coelho mengatakan dalam kesendirian, akan mereka temukan cinta yang kedatangannya mungkin luput dari perhatian. Dalam kesendirian, mereka akan memahamai dan menghargai cinta yang telah pergi.

***
Aku suda terbiasa dengan kesendirianku dalam hidup ini, hingga kata’kesendirian’ bukanlah sesuatu yang menakutkan dalam hidupku. Kesendirian merupakan fakta dan realitas kehidupan kita. Maka tanpa terkecuali kita harus menjalaninya. Kesendirian, Menyendiri/sendiri, teralienasi/pengasingan diri adalah keadaan yang melingkupi di kehidupan kita hari ini. Kesendirian bukanlah racun, tapi pupuk kehidupan yang kelak akan menjuntaikan semerbaknya dilangit-langit kehidupan. Dengan kesendirian-lah kita akan belajar banyak hal, belajar tentang cinta dan kasih sayang, belajar tentang hidup, belajar tentang kepedulian, keadilan antar sesama dan belajar untuk berkarya.

Hidup ini memang butuh kesendirian walaupun itu sejenak. Jika engkau tak pernah menyendiri atau mengasingkan diri sendiri maka engkau tak akan bisa memahami dirimu yang sebenarnya.

***
Hidup dengan kesendirian, selalu memunculkan tanda tanya besar dilingkungan sekitar kita, teman-teman bahkan keluarga kita. Bahkan terkadang orang-orang memberikan komentar negatif, dikalah kita dalam keadaan menyendiri.

Pertanyaan yang sering muncul adalah mengapa dia menyendiri? Apakah dia tidak bisa ber-sosial, bersahabat/berkawan atau bergaul dengan masyarakat? Apakah dia sedang pata hati karena putus cinta? Apakah dia tidak memiliki pacar karena dia tidak laku hingga akhirnya hidupnya terus menyendiri? Apakah dia…..dan masih banyak lagi pertanyaan-pertanyaan lain, dengan adanya hidup kita dalam keadaan kesendirian.

Dalam kesendirian, orang terkadang menganggap kita dalam keadaan stress, jenuh dengan kehidupan hingga akhirnya kita dilabeli dengan orang-orang yang aneh. Anggapan itu ada benarnya. Benar dikatakan aneh, karena dengan kesendirian seseorang bisa menghasilkan karya-karya besar yang monumental, seperti Karl Marx menghasilakan karya Das Kapital yang setebal seribu halaman, Kahlil Gibran sang penyair yang dijuluki dengan pengarang SANG NABI, dan Jalaluddin Rumi sang penyair sufisme yang diberi gelar “Guru bagi para kaum sufi” atau “Rajanya sang penyair” pada masanya.

Orang-orang yang menyendiri memang adalah orang-orang yang aneh. Dengan kesendiriannya kita bisa memanfaatkan kekuatan imajinasinya, melalangbuana bersama imajinasinya untuk memahami kehidupan di alam ini, hingga dapat menghasilkan suatu karya-karya besar. Penulis sastra seperti halnya Pramoedya Ananta Toer, bisa menghasilkan karya besarnya dengan kesendiriannya, atau mengalami pengasingannya didalam penjara.


***
Ia, memang pada saat-saat yang paling krusial dalam hidup ini adalah pada saat kita sedang berada dalam kesendirian. Lihatlah para bayi yang baru lahir dalam kandungan ibunya. Betapapun orang datang untuk melihatnya atau didekati, namun kaputusan sang anak untuk hidup ada pada anak itu sendiri. Seorang seniman juga seperti itu, keindahan lukisannya yang akan dihasilkan tergantung pada seberapa besar ketenangannya untuk berdiam diri dalam kesendiriannya itu.

Seperti halnya cinta kata Paulo Coelho, tanpa kesendirian cinta takkan bertahan lama disampingmu. Sebab cinta perlu melepas lelah, supaya dapatlah dia berkelana di awan-awan surga dan menjelmakan dirinya dalam beragam rupa. Kesendirian bukan berarti tak ada cinta, melainkan justru menyempurnakannya, kata Paulo Coelho.

Marilah kita ‘Merawat Pohon Cinta’ itu, agar kelak tumbuh mengangkasa dan mengakar di jantung kehidupan.



                                                                        La ode Halaidin
                                                                        Kendari, 4 Oktober 2015
 



0 komentar:

Posting Komentar