04 Desember 2019

Ceria BERSAMA DUA GADIS Kecil di Mata


BUKAN kali ini saja, saya diterima dengan baik saat mengamen di pinggiran kota Kendari. Di Alolama atau di Gunung Jati, saya mendapat sambutan yang hangat dari warga, saat saya hendak mengamen di lingkungan mereka. Dari yang tua, yang muda maupun anak-anak kecil. Yang nihil sampai saat ini, tak ada perempuan-perempuan muda yang terpikat dengan kehadiranku. Pada hal, hampir semua jurus sering ku keluarkan. Yang janda, banyak. Hehehe.
.
Cerita tentang kampung Mata adalah cerita tentang warga pinggiran kota, yang hidup di teluk Kendari. Kita dapat menemukan banyak cerita di Mata, dari soal banjir, kehidupan nelayan hingga ceria anak-anak kecil. Warganya cukup ramah. Anak-anaknya ceria. Saya merasa betah dalam artian, merasa senang berada di Mata. Rasanya, saya akan menghabiskan berbulan-bulan lagi untuk mengamen di sini.
Sudah sebulan lalu saya berkunjung di sini. Kali ini, saya berkunjung kembali untuk kepentingan penelitian yang saya kerjakan. Saat saya tiba, warga Mata serta gadis-gadis kecil itu langsung menyapa dengan senyum yang merekah. Ada yang panggil saya Pak, Om dan juga Kakak. Saya merasa risih soal panggilan Pak dan Om. Tapi saya nikmati saja, sambil mengatakan saya masih bujang. Mereka sedikit tertawa, lalu saya mengajak mereka untuk memulai bercerita.
Setelah bercerita, dua gadis kecil ini dengan polosnya meminta untuk meminjam HP saya.
“Kak, Dilma mau pinjam HP-nya untuk foto-foto” kata gadis kecil yang berbaju putih itu. Dengan senang hati, saya memberikannya lalu menanyakan hendak berfoto di mana. Dengan senangnya, dua gadis kecil ini menunjuk ke arah depannya.
“Di situ Kak, di Taman Cinta” kata Dilma. Saya terkekeh mendengar itu. Di belakang, saya mengikuti mereka untuk menuju ke Taman Cinta yang mereka sebut.
Benar saja. Tidak terlalu jauh dari situ, terlihat bentuk Love berdiri dengan warna putih dan merah yang terbuat dari besi, menghiasi kampung ini. Suasananya cukup indah. Menjelang sore, ada banyak anak-anak kecil bermain di sini. Dengan riang gembiranya, dua gadis polos ini selfie-selfie. Mereka juga senang dengan kehadiranku. Sesekali, dua gadis ini memerintahkan saya mencari tempat yang bagus untuk selfie bersama.

.
Di kejauhan, terlihat ada banyak pekerja yang hendak memperindah jalan di Taman Cinta ini. Para pekerja itu hendak memoles Mata, agar terlihat indah dan bersih. Mata yang dulu kumuh dan kotor karena sampah, kini sudah mulai terlihat bersih. Kepada warga, saya juga mengatakan agar mereka menjaga lingkungan, tak membuang sampah di kali sembarangan.
Saat dengan cerianya selfie-selfie bersama dua gadis ini, ada suara yang terdengar hendak memanggil nama gadis berbaju putih. Putri.....begitu suara itu terdengar. Putri lalu menoleh. Perempuan itu muncul di seberang jembatan Taman Cinta.
“Ayok, pulang” kata perempuan itu. Sebelum pergi, saya menanyakan pada gadis kecil bernama Putri.
“Itu apamu? Kakakmu ya” tanyaku dengan penasaran.
“Bukan. Itu Mamaku” kata Putri, sambil bergegas pergi. 
Duhh.

0 komentar:

Posting Komentar