BUKAN
kali ini saja, saya diterima dengan baik saat mengamen di pinggiran kota
Kendari. Di Alolama atau di Gunung Jati, saya mendapat sambutan yang hangat
dari warga, saat saya hendak mengamen di lingkungan mereka. Dari yang tua, yang
muda maupun anak-anak kecil. Yang nihil sampai saat ini, tak ada perempuan-perempuan
muda yang terpikat dengan kehadiranku. Pada hal, hampir semua jurus sering ku
keluarkan. Yang janda, banyak. Hehehe.
.
Cerita
tentang kampung Mata adalah cerita tentang warga pinggiran kota, yang hidup di
teluk Kendari. Kita dapat menemukan banyak cerita di Mata, dari soal banjir,
kehidupan nelayan hingga ceria anak-anak kecil. Warganya cukup ramah.
Anak-anaknya ceria. Saya merasa betah dalam artian, merasa senang berada di
Mata. Rasanya, saya akan menghabiskan berbulan-bulan lagi untuk mengamen di
sini.
Sudah
sebulan lalu saya berkunjung di sini. Kali ini, saya berkunjung kembali untuk
kepentingan penelitian yang saya kerjakan. Saat saya tiba, warga Mata serta
gadis-gadis kecil itu langsung menyapa dengan senyum yang merekah. Ada yang
panggil saya Pak, Om dan juga Kakak. Saya merasa risih soal panggilan Pak dan
Om. Tapi saya nikmati saja, sambil mengatakan saya masih bujang. Mereka sedikit
tertawa, lalu saya mengajak mereka untuk memulai bercerita.
Setelah
bercerita, dua gadis kecil ini dengan polosnya meminta untuk meminjam HP saya.
“Kak,
Dilma mau pinjam HP-nya untuk foto-foto” kata gadis kecil yang berbaju putih
itu. Dengan senang hati, saya memberikannya lalu menanyakan hendak berfoto di
mana. Dengan senangnya, dua gadis kecil ini menunjuk ke arah depannya.
“Di
situ Kak, di Taman Cinta” kata Dilma. Saya terkekeh mendengar itu. Di belakang,
saya mengikuti mereka untuk menuju ke Taman Cinta yang mereka sebut.
Benar
saja. Tidak terlalu jauh dari situ, terlihat bentuk Love berdiri dengan warna putih
dan merah yang terbuat dari besi, menghiasi kampung ini. Suasananya cukup
indah. Menjelang sore, ada banyak anak-anak kecil bermain di sini. Dengan riang
gembiranya, dua gadis polos ini selfie-selfie. Mereka juga senang dengan
kehadiranku. Sesekali, dua gadis ini memerintahkan saya mencari tempat yang
bagus untuk selfie bersama.
.
Di
kejauhan, terlihat ada banyak pekerja yang hendak memperindah jalan di Taman
Cinta ini. Para pekerja itu hendak memoles Mata, agar terlihat indah dan
bersih. Mata yang dulu kumuh dan kotor karena sampah, kini sudah mulai terlihat
bersih. Kepada warga, saya juga mengatakan agar mereka menjaga lingkungan, tak
membuang sampah di kali sembarangan.
Saat
dengan cerianya selfie-selfie bersama dua gadis ini, ada suara yang terdengar
hendak memanggil nama gadis berbaju putih. Putri.....begitu suara itu
terdengar. Putri lalu menoleh. Perempuan itu muncul di seberang jembatan Taman
Cinta.
“Ayok,
pulang” kata perempuan itu. Sebelum pergi, saya menanyakan pada gadis kecil
bernama Putri.
“Itu
apamu? Kakakmu ya” tanyaku dengan penasaran.
“Bukan.
Itu Mamaku” kata Putri, sambil bergegas pergi.
Duhh.
0 komentar:
Posting Komentar