Hari
ini, saya kembali menjenguk anak sahabat lama saya di rumah sakit Bahteramas
Kendari. Hari Kamis lalu dia menghubungi saya, bahwa dia dengan anaknya sedang
di rumah sakit. Setelah mendengar penjelasannya, mengapa anaknya masuk rumah
sakit, lalu saya pergi menjenguknya.
Tiba di
rumah sakit, saya melihat raut muka yang penuh rasa kekhawatiran. Dia begitu
gelisah. Dia khawatir anak bayinya bisa terjadi apa-apa. Dia tak bisa
membayangkan, dengan umur bayinya yang masih hitungan hari langsung disentuh
oleh pisau bedah. Dia menununduk kelihatan sedih.
Istrinya
pun demikian. Saat bertemu saya, istrinya terlihat sayu. Dia terlihat begitu
lelah. Dari sejak semalam dia menangis. Sebenarnya dia tak menginginkan bayinya
di bawah diruang operasi. Sama dengan suaminya, dia juga begitu khawatir. Tapi karena
bayinya harus segera membutuhkan penanganan, maka dia tak punya pilihan lain. Dokter
berusaha menyakinkannya. Setelah mendengar penjelasan Dokter, dia percaya lalu menyerahkan
semuanya kepada sang pencipta.
Bayinya
yang mungil itu mengalami gangguan pada usus. Di kampung, bayinya yang masih hitungan
hari itu diberi Makanan Pendamping ASI (MPASI) seperti SUN sehingga terjadi
kerusakan pada usus bayi. Tapi itu bukan atas inisiatifnya. Katanya, dia
mendapat masukan dari tetangga untuk diberikan SUN karena pisang hanya
menimbulkan diare. Pada hal pemberian MPASI pada bayi harus sudah berumur 6
bulan keatas. Bayinya mengalami invaginasi atau intususepsi hingga harus dioperasi.
Sebagai
sahabat, saya hanya ikut menguatkannya. Ketidaktahuan mereka tentang bagaimana
merawat bayi atau memberi nutrisi pada bayi menjadi penyebab atas apa yang
terjadi pada bayinya. Harusnya tak perlu mendengar masukan tetangganya, tapi
harus bertanya pada bidan atau dokter di kampung.
Dari kejadian-kejadian
seperti ini, tentu menjadi pelajaran berharga buatku. Berumah tangga itu tak
sekadar berumah tangga saja. Nikah, cari uang dan punya anak. Tidak. Kita harus
punya pengetahuan bagaimana merawat rumah tangga, merawat bayi dan lain
sebagainya.
Kuncinya,
segala sesuatu harus direncanakan dengan sebaik-baiknya.
Laode Halaidin
0 komentar:
Posting Komentar