17 September 2019

Menjenguk Anak Sahabat

Hari ini, saya kembali menjenguk anak sahabat lama saya di rumah sakit Bahteramas Kendari. Hari Kamis lalu dia menghubungi saya, bahwa dia dengan anaknya sedang di rumah sakit. Setelah mendengar penjelasannya, mengapa anaknya masuk rumah sakit, lalu saya pergi menjenguknya.
Tiba di rumah sakit, saya melihat raut muka yang penuh rasa kekhawatiran. Dia begitu gelisah. Dia khawatir anak bayinya bisa terjadi apa-apa. Dia tak bisa membayangkan, dengan umur bayinya yang masih hitungan hari langsung disentuh oleh pisau bedah. Dia menununduk kelihatan sedih.
Istrinya pun demikian. Saat bertemu saya, istrinya terlihat sayu. Dia terlihat begitu lelah. Dari sejak semalam dia menangis. Sebenarnya dia tak menginginkan bayinya di bawah diruang operasi. Sama dengan suaminya, dia juga begitu khawatir. Tapi karena bayinya harus segera membutuhkan penanganan, maka dia tak punya pilihan lain. Dokter berusaha menyakinkannya. Setelah mendengar penjelasan Dokter, dia percaya lalu menyerahkan semuanya kepada sang pencipta.
Bayinya yang mungil itu mengalami gangguan pada usus. Di kampung, bayinya yang masih hitungan hari itu diberi Makanan Pendamping ASI (MPASI) seperti SUN sehingga terjadi kerusakan pada usus bayi. Tapi itu bukan atas inisiatifnya. Katanya, dia mendapat masukan dari tetangga untuk diberikan SUN karena pisang hanya menimbulkan diare. Pada hal pemberian MPASI pada bayi harus sudah berumur 6 bulan keatas. Bayinya mengalami invaginasi atau intususepsi hingga harus dioperasi.
Sebagai sahabat, saya hanya ikut menguatkannya. Ketidaktahuan mereka tentang bagaimana merawat bayi atau memberi nutrisi pada bayi menjadi penyebab atas apa yang terjadi pada bayinya. Harusnya tak perlu mendengar masukan tetangganya, tapi harus bertanya pada bidan atau dokter di kampung.
Dari kejadian-kejadian seperti ini, tentu menjadi pelajaran berharga buatku. Berumah tangga itu tak sekadar berumah tangga saja. Nikah, cari uang dan punya anak. Tidak. Kita harus punya pengetahuan bagaimana merawat rumah tangga, merawat bayi dan lain sebagainya.
Kuncinya, segala sesuatu harus direncanakan dengan sebaik-baiknya.

Laode Halaidin

0 komentar:

Posting Komentar