15 Agustus 2019

Bersama Nur Afif Di Makassar

Sumber foto: Irmayanti
Sudah dua hari saya berada di Makassar. Kegiatan pelatihan belum juga usai. Sudah tidak sabar rasanya, saya ingin berkeliling di kota Makassar, melihat bagaimana pesatnya pembangunan di kota Daeng itu. Sehari sebelumnya, saya berusaha menghubungi sahabat­-sahabat di kampung yang kuliah di Makassar, meminta untuk mengajak saya berkeliling menyusuri kota Anging Mammiri. Hasilnya nihil. Rupanya mereka sedang libur dan pulang kampung.
Hari itu, saya membatalkan semua niat untuk berkeliling kota Makassar. Pikirku, ya sudah, nanti di lain kesempatan saja. Saya memilih fokus untuk mengikuti kegiatan pelatihan itu.
Di Makassar saya tak punya banyak teman. Beberapa teman, memiliki kesibukan. Saya sungkan menghubungi mereka, sebab merasa tau diri akan menganggu. Lagian saya hanya seorang pengangguran. Saya merasa tak enak saja, meminta mereka untuk menemaniku menyusuri kota Makassar.
Beruntung, saya punya sahabat kuliah di Kendari dulu yang tinggal di kota Makassar. Namanya Nur Afif atau biasa saya panggil Ipo. Saat saya mengikuti pelatihan, ia ternyata mengomentari statusku di Facebook. Ia menanyakan keberadaanku di Makassar. Saya sebut saja, lagi menginap di hotel Novotel. Lalu saya mengajaknya keluar untuk ngopi-ngopi.
Ipo, demikian ia disapa, sangat bersedia menemaniku, mengantarku keliling di kota Makassar. Bersama sahabat-sahabat saya yang lain, ia siap mengantar kami kemana pun kami mau. Sontak saja, sahabat-sahabatku menyebut ingin ke Mall Nippah, Pantai Losari hingga ke Mesjid 99 kubah.
Sepanjang perjalanan, kami saling bertanya, kesibukan apa yang kami kerjakan semenjak diwisuda. Ipo mengaku, semenjak diwisuda ia sibuk mengurus usaha jual-beli mobil bekas Omnya. Sementara saya, sampai saat ini masih melakoni sebagai pengangguran di kota Kendari.
Saya begitu senang mendengar cerita Ipo, bagaimana ia mengurus usaha jual-beli mobil Omnya. Sebagai orang yang berlatar belakang sarjana ekonomi, sekiranya ia pantas melakoni pekerjaan itu. Ia mengurus usaha besar. Bahkan beberapa mobil yang ia beli, berasal dari Kalimantan juga ada yang dari Kendari. Mobil-mobil yang ia beli adalah mobil bekas tambang. Jika mobil yang di datangkan dari Kalimantan tidak rusak parah, ia bisa memiliki keuntungan yang cukup besar, bernilai puluhan hingga ratusan juta rupiah. Saat ini, bahkan ada yang dari Kendari sedang memesan mobilnya.
Saat tiba di Mall Nippah, setelah memesan kopi, Ipo menanyakan bagaimana bisa saya ikut kegiatan pelatihan itu. Sontak saja, saya terkejut dan diam. Saya sedang memutar otak, bagaimana memulai penjelasan. Saya menyeruput kopi, lalu mengatakan bahwa sebenarnya saya tidak tahu mengapa diikutkan. Di Kendari, saya pengangguran. Di kampung, saya hanya mengurus Perkumpulan Penikmat Konau. Mungkin ini hanya sekadar rejeki anak sholeh. Hehehe....

                                                                       Makassar, 14 Agustus 2019

0 komentar:

Posting Komentar