Sumber foto: Irmayanti |
Sudah dua
hari saya berada di Makassar. Kegiatan pelatihan belum juga usai. Sudah tidak
sabar rasanya, saya ingin berkeliling di kota Makassar, melihat bagaimana
pesatnya pembangunan di kota Daeng itu. Sehari sebelumnya, saya berusaha menghubungi
sahabat-sahabat di kampung yang kuliah di Makassar, meminta untuk mengajak
saya berkeliling menyusuri kota Anging Mammiri. Hasilnya nihil. Rupanya mereka
sedang libur dan pulang kampung.
Hari itu,
saya membatalkan semua niat untuk berkeliling kota Makassar. Pikirku, ya sudah,
nanti di lain kesempatan saja. Saya memilih fokus untuk mengikuti kegiatan
pelatihan itu.
Di Makassar
saya tak punya banyak teman. Beberapa teman, memiliki kesibukan. Saya sungkan
menghubungi mereka, sebab merasa tau diri akan menganggu. Lagian saya hanya seorang
pengangguran. Saya merasa tak enak saja, meminta mereka untuk menemaniku menyusuri
kota Makassar.
Beruntung,
saya punya sahabat kuliah di Kendari dulu yang tinggal di kota Makassar. Namanya
Nur Afif atau biasa saya panggil Ipo. Saat saya mengikuti pelatihan, ia
ternyata mengomentari statusku di Facebook. Ia menanyakan keberadaanku di
Makassar. Saya sebut saja, lagi menginap di hotel Novotel. Lalu saya mengajaknya
keluar untuk ngopi-ngopi.
Ipo, demikian
ia disapa, sangat bersedia menemaniku, mengantarku keliling di kota Makassar. Bersama
sahabat-sahabat saya yang lain, ia siap mengantar kami kemana pun kami mau. Sontak
saja, sahabat-sahabatku menyebut ingin ke Mall Nippah, Pantai Losari hingga ke
Mesjid 99 kubah.
Sepanjang
perjalanan, kami saling bertanya, kesibukan apa yang kami kerjakan semenjak
diwisuda. Ipo mengaku, semenjak diwisuda ia sibuk mengurus usaha jual-beli
mobil bekas Omnya. Sementara saya, sampai saat ini masih melakoni sebagai
pengangguran di kota Kendari.
Saya begitu
senang mendengar cerita Ipo, bagaimana ia mengurus usaha jual-beli mobil Omnya.
Sebagai orang yang berlatar belakang sarjana ekonomi, sekiranya ia pantas
melakoni pekerjaan itu. Ia mengurus usaha besar. Bahkan beberapa mobil yang ia
beli, berasal dari Kalimantan juga ada yang dari Kendari. Mobil-mobil yang ia
beli adalah mobil bekas tambang. Jika mobil yang di datangkan dari Kalimantan
tidak rusak parah, ia bisa memiliki keuntungan yang cukup besar, bernilai
puluhan hingga ratusan juta rupiah. Saat ini, bahkan ada yang dari Kendari sedang
memesan mobilnya.
Saat tiba
di Mall Nippah, setelah memesan kopi, Ipo menanyakan bagaimana bisa saya ikut
kegiatan pelatihan itu. Sontak saja, saya terkejut dan diam. Saya sedang
memutar otak, bagaimana memulai penjelasan. Saya menyeruput kopi, lalu
mengatakan bahwa sebenarnya saya tidak tahu mengapa diikutkan. Di Kendari, saya
pengangguran. Di kampung, saya hanya mengurus Perkumpulan Penikmat Konau. Mungkin
ini hanya sekadar rejeki anak sholeh. Hehehe....
0 komentar:
Posting Komentar