03 Desember 2017

Lima Alasan, Sosok Perempuan Yang Aku Sukai

Sumber Gambar: Pixabay

Cinta itu ibarat pentas panggung, yang lakonnya dimainkan antara dua pasang manusia, laki dan perempuan, berkomunikasi dalam sebuah narasi tentang mimpi-mimpi, cita dan harapan. Ada yang menginginkan orang baik, namun pada kenyataannya dianggap jahat, hanya nafsu belaka. Ada manusia yang kuat, tetapi tak dapat menjaga pasangannya. Ada manusia yang tampan, cantik, ada pula manusia yang dianggap ‘biasa aja’. Ada yang cerdas, pintar tetapi ada juga yang tidak....(Oon). Dan terakhir, ada hitam dan ada pula yang berkulit putih.
Kita manusia disodorkan dengan banyak opsi, berbagai macam aneka pilihan. Perempuan menginginkan ketampanan, kesetiaan dan kemapanan dari laki-laki. Sementara laki-laki memilih kecerdasan, kecantikan, kesalehan dan juga kesetiaan pada pihak perempuan. Pada intinya, dua-duanya sama; menginginkan suatu kesempurnaan cinta (aahh....kaya film di tv Net saja).
Tetapi dapatkah kita mengejar lalu menggenggam kesempurnaan itu! Atau jangan-jangan kesempurnaan itu, tidak ada sama sekali.
Namun jika berbicara mengenai perempuan, memang tak terlepas dengan penuh kerumitan. Laki-laki membutuhkan perempuan yang dinilainya cocok, mulai dari hobi hingga prilaku. Hal ini membutuhkan proses pencarian atau bahasa kerennya, suatu investigasi (macam kasus saja), yang lalu kemudian kita dapat memilikinya. Ada peran mencari, mendekati lalu membuat kita menelusuri apa yang menjadi hobi, kebiasaan atau hal-hal yang disukainya. Dari situ, penemuan hanya akan punya dua kesimpulan; bersama atau menjauh.
***
Sebagai manusia yang ketampanannya serupa Rangga dalam film ADDC (jangan iri, ya...haha), tentu tak sembarang berkawan dengan perempuan. Setelah melalui banyak pengamatan dan pelajaran akan hidup, kita patut memiliki alasan, perempuan seperti apa yang layak menjadi kekasih atau pendamping hidup kedepan. Berikut beberapa alasan untuk mencintai perempuan:
Pertama, Perempuan pembaca buku. Sebagai seorang pembaca dan pengkoleksi buku bacaan, mencari perempuan pecinta buku merupakan pilihan yang tepat dan keren. Dengan hobi yang sama, kita dapat mendiskusikan berbagai macam buku; mulai dari novel, syair, puisi dan buku-buku lainnya. Kita juga dapat mendiskusikan tentang persoalan ekonomi dan politik, sosial maupun budaya. Dalam keseharian, saya membayangkan, hidup yang dipenuhi dengan banyak buku koleksi, menjelajahi berbagai macam pemikiran dari Timur hingga pemikir Barat. Bahkan kita bersama akan terlibat didalamnya, penuh dengan gejolak dan romantisme.
Bukankah itu, kehidupan yang indah! Dikelilingi dengan banyak buku, bagi saya adalah bentuk kesempurnaan hidup. Kita akan bersapa dengan kata, banyak pemikir lalu bergumul didalamnya. Setiap membuka lembar perlembar, kita akan disuguhi dengan bau wangi khas buku, yang baru keluar dari percetakannya. Aromanya memikat, yang membuat hidup kita berada dalam surga-surga perpustakaan yang tersimpan banyak pemikir dunia.
Maka, mencari perempuan pendamping hidup juga harus butuh kejelian. Bukankah kita selalu mendambakan pasangan yang punya kecerdasan dan berikutnya romantis! Saya mendambahkan sebuah kehidupan yang siap menjelajah, yang memenuhi otak-otak banyak pemikir, sambil beriringan melintasi anak-anak sungai lalu menuju ke samudra pengetahuan.
Sungguh, ini sebuah kehidupan yang sangat menggairahkan.
Kedua, Perempuan yang tidak menuntut. Kehidupan yang modernis, bukan saja identik dengan berkembangnya industri teknologi dan ilmu pengetahuan, tetapi juga identik dengan kehidupan manusia yang bersarang dalam hidup konsumerisme. Sifat konsumeris ini, juga penyebab dari adanya korupsi yang mewabah di negeri yang kaya ini.
Jika banyak tuntutan dari pihak perempuan, laki-laki mencari jalan alternatif untuk mencari bahkan mencuri kemewahan hidup. Yang dilakukannya, bisa dengan melawan hukum, memanfaatkan kekuasaan, yang tidak sesuai aturan dimana harta itu didapatkan. Atau ikut kongkalingkong mengamankan proyek untuk mendapatkan fee besar.
Perempuan yang tidak menuntut merupakan harapan banyak dari kaum laki-laki. Bagaimana tidak, perempuan seperti itu bisa mengartikan kesederhanaan hidup. Segala pekerjaan yang kita geluti hanyalah titipan, bukan untuk menghasilkan pundi-pundi kekayaan yang tak tentu adanya.
Saya sangat mendambakan hidup dengan perempuan yang tidak menuntut ini dan itu. Perempuan seperti itu, sama sekali tak memprioritaskan harta kepada laki-laki, harus mempunyai kekayaan dan kemewahan yang melimpa. Dalam diri, saya akan menemukan sebuah arti hidup, bahwa dunia bukan saja tentang pencarian kekayaan dan kemewahan tetapi bagaimana agar kita bisa meneteskan setiap embun ke ladang-ladang yang lalu mengairi sumber kehidupan pada orang banyak.
Tugas kita adalah sebuah karya, yang lalu menginspirasi banyak orang di dunia. Dan biarkan saya bekerja─bekerja untuk keabadian. Itu bisa kulalui bersama perempuan yang tidak menuntut.
Ketiga, Perempuan yang suka membuatkan kopi. Ini memang sederhana, tapi dengan secangkir kopi, perhatian ini membuat hati saya jatuh berkeping-keping. Kopi itu punya daya tarik, yang bisa melelehkan rasa. Aroma baunya yang mengepul, membuatku dapat menyerahkan diri pada seseorang. Rasa kopi, dapat menggairahkan kehidupan, menghilangkan rasa ego yang lalu menghantarkan kita pada dunia yang luas. Kita bercengrama, sambil bercerita tentang dunia, kemana kita akan membawa cita, mimpi dan harapan itu.
Tidak percaya. Coba buatlah kopi bersama pasangan anda dan silahkan dibuktikan. Kecuali, pasangan anda memang tak banyak membaca, maka cerita itu tak akan mengalir.
Sebagai pecinta buku dan kopi, saya selalu mendambakan saat saya sedang sibuk bekerja, membaca, menulis atau merampungkan sebuah penelitian, seseorang dapat menyediakan kopi. Saya duduk diruang meja kerja, lalu kekasih datang menyuguhkan sebuah kopi yang sangat begitu nikmat.
Bukankah ini, kehidupan yang selalu didambakan banyak manusia! Tak perlu mencari kedai kopi diluar, sebab buatan orang yang kita cintai, lebih mantap dari buatan siapa pun.
Apakah anda menginginkannya? Maka carilah perempuan yang punya perhatian, meskipun hanya sekadar membuatkan kopi untukmu.
Keempat, Perempuan yang apa adanya. Selama di Kendari, saya mengenal banyak perempuan-perempuan cantik, baik di dunia nyata maupun di dunia maya. Saat menjadi mahasiswa, saya juga dikelilingi wanita-wanita cantik, bukan karena kekayaan dan kecerdasan, tetapi karena selalu memegang absen. Mereka yang terlambat datang menghampiri, lalu meminta dihadirkan setelah itu pergi. Ia akan kembali esoknya, jika terlambat lagi, melakukan hal yang sama (haha...saya betul-betul dimanfaatkan).
Bicara mengenai perempuan, memang tak pernah ada selesai-selesainya. Apalagi jika kita mengacu pada data, bahwa perempuan menjadi populasi terbanyak jika dibandingkan dengan laki-laki. Hal ini akan membuat laki-laki kewalahan, memilih satu diantara jutaan perempuan.
Namun, ada saja mana perempuan yang harus didekati dan dijauhi. Perempuan yang perlu dijauhi adalah perempuan yang memaksakan diri menjadi sesuatu. Ia tidak bisa tetapi memaksakan bisa. Ia terlihat ingin menonjol, dihargai lalu menerapkan banyak aturan. Kadang lantaran suda sekolah S2, ia ingin terlihat seperti paling tahu, paling tua. Perempuan seperti itu tak pernah bisa dibedakan antara tegas, pintar atau jangan-jangan pelit.
Dalam hidup, saya hanya menginginkan perempuan yang apa adanya, mulai dari penampilan hingga kecerdasan. Saya merasa ngeri melihat perempuan-perempuan yang memaksakan diri, yang bukan ada pada diri mereka sendiri. Kadang saya juga melihat perempuan seperti itu tak punya etika yang baik. Sementara perempuan yang apa adanya, ia sama sekali tidak melebih-lebihkan diri, tampil dan cerdas apa adanya.
Namun, apa pun itu, saya selalu menempatkan mereka untuk selalu dihargai. Toh, mereka juga manusia ciptaan Tuhan.
Kelima, Perempuan yang suka bertani. Saya pernah berkunjung di salah satu rumah dosenku, di belakang kampus pasca sarjana Universitas Halu Oleo. Saat itu, sebagai mahasiswa yang masih gelisa, saya selalu meminta nasehat bagaimana menghadapi masa depan yang kian sulit. Sambil merawat tanamannya, ia mengatakan, “Sudah. Semua kehidupan harus dihadapi Din, sesulit apa pun itu. Apakah kamu akan menyerah? Hidup itu selalu berproses, maka berproseslah dengan baik.”
Saya mendengar kalimat itu sebagai pedang, yang langsung menebas rasa pesimis saya pada kehidupan. Dosen saya yang satu itu, bukan saja rajin menyemangati mahasiswa-mahasiswa dari kampung seperti saya, ternyata ia juga rajin merawat kebun bunga dan tanaman-tanaman tani lainnya. Sontak, perhatian saya langsung tertujuh pada tanaman-tanaman itu. Lalu, pembicaraan kami hanya terfokus pada aktivitasnya, setelah melalui kesibukan mengajar.
Ide menanam dan merawat bunga itu, ternyata awalnya dari istrinya. Mereka lalu memanfaatkan lahan dibelakang rumah yang berukuran kecil sebagai tempat menyimpan bunga dan tanaman. Yang saya lihat seperti Marisa, Nangka, Lemon dan berbagai tanaman lainnya. Yang menarik, semua ditanam di dalam pot bunga, sehingga tanaman itu tidak membesar atau meninggi, namun sudah menghasilkan buah.
Aktivitas seperti ini memang selalu menarik perhatianku. Rasanya menarik, selain mempunyai kesibukan lain, hidup bisa diluangkan dengan aktivitas merawat tanaman untuk bertani kecil-kecilan.
Bagiku, memiliki pasangan yang sama-sama suka merawat tanaman, bisa menjadi sesuatu yang keren. Perempuan yang suka dengan tanaman, biasanya dikenal dengan kelembutan dan rasa kasih sayang. Jika perempuan pandai merawat tanaman maka ia sudah tentu pandai merawat cinta.
Bukankah demikian! Jika tidak percaya, mari kita sama-sama buktikan. Cari perempuan yang suka bertani, merawat bunga dan tanaman berbuah lainnya.
***
Inilah alasan, kepada sosok perempuan seperti apa saya harus menyukai. Tulisan ini, merupakan jawaban dari pertanyaan teman-teman. Kata seorang sahabat, “Ijazah sarjana sudah ada, kapan memiliki surat nikah.” Pertanyaan ini sempat membuatku diam seribu bahasa.
Tapi, aahh....Entahlah. Kita masing-masing punya pandangan yang berbeda, bagaimana menilai perempuan atau sosok perempuan seperti apa yang pas bersama kita.
Bukankah kita menginginkan sebuah bahtera keluarga yang paling bahagia di dunia! Jika ia, maka anda harus menentukannya.

                                                                                   L. Halaidin
                                                                                   Kendari, 3-12-2017

0 komentar:

Posting Komentar