10 November 2017

Cerita Dibalik Riset: Kena Sweeping, Sama Polwan Cantik

Sumber gambar: media.iyaa.com

Begini. Ketakutan terbesar dalam hidupku itu, bukan persoalan masuk neraka, karena siksaannya begitu sadis, apalagi melihat pocong atau hantu disiang hari. Tetapi sebagai orang lapangan, yang pekerjaannya keliling, putar-putar kota, mencari pihak-pihak yang ingin diwawancarai, ketakutan saya muncul saat hendak memikirkan sweeping, lalu ditilang polisi. Ini sangat mengerikan, sambil mengutuki para polisi, karena kendaraan atau STNK akan ditahan atau disita oleh polisi.
“Sial. Hari ini saya akan berhadapan lagi dengan polisi. Saya akan ditilang.”
Pilihannya; lari dari masalah atau berhadapan langsung, mempertanggung jawabkan diri yang tak punya SIM.
Kejadiannya kemarin sekitar pukul tiga sore, saat hendak pulang dari riset. Sudah beberapa hari saya menunda riset karena adanya operasi zebra. Kendaraan roda duaku yang butut pinjaman, mempunyai STNK, mati pajak dan saya tak mempunyai SIM.
Saya memulai riset nanti hari Selasa tanggal 7, empat hari yang lalu. Selama dua hari, saya aman dan tidak bertemu dengan operasi zebra kepolisian. Selama dua hari itu, riset kukerjakan dengan maraton agar cepat selesai. Ehh.....malah tidak selesai dan saya harus melanjutkan pada hari esoknya, tanggal 9 November.
Ditanggal 9 itu, pagi-pagi saya bertemu seorang cewek lalu meminta antar di daerah Konda, Konawe Selatan. Kamar temannya terkunci dan bingung akan hendak kemana. Lalu dengan respon cepat, saya langsung tancap motor menuju tempat yang akan ditujuhnya.
“Maklum, ini kesempatan untuk memikat cewek seksi dan harum. Sudah lama saya tak mendekati lagi perempuan-perempuan yang bekerja pada saat malam, yang berbibir merah itu.” Hehehe....
Tapi, jangan berpikiran negatif dulu. Bukan itu yang menjadi targetku. Saya hanya hendak memburu informasi, terkait dengan liku-liku kehidupannya. Ini tentu akan menamba wawasan dan inspirasi tentang kehidupan, betapa banyak orang-orang yang menggantungkan hidupnya, yang menurut orang lain itu pekerjaan kotor tapi baginya itulah cara mempertahankan kehidupannya.
***
Setelah menyelesaikan riset, kelaparan ternyata memburu dan lambungku tak sabar meminta makanan. Saya mendengarkan suaranya, yang sudah begitu murka lantaran kekosongan makanan dari pagi hingga menjelang sore. Lalu, saya memeriksa kantung.
“Sial. Uang tinggal 9 ribu rupiah. Makanan apa yang hendak kubeli? Teringat dengan ATM, tapi apa boleh buat sudah lama tak punya saldo, kering”
Disaat seperti itu, seorang teman menelpon untuk mentraktir saya makan. Persoalan ditraktir, jangan bilang, dengan cepat saya akan meluncur. Ini rezeki, ada tangan-tangan tuhan yang tidak kentara, yang ikut membantu disaat kita kesusahan. Jika saya punya sayap, saya akan terbang saja, lalu hinggap dimeja makan dan melahapnya. Ahh....kaya cicak dengan nyamuk saja.
Tidak jauh dari perjalanan, ada operasi zebra yang dilakukan oleh pihak kepolisian. Saya melihat beberapa antrian kendaraan yang diperiksa oleh dua orang Polwan cantik dan beberapa teman polisinya. Kemudian dengan orang-orang yang ditilang itu, kami memberhentikan kendaraan.
“Silahkan parkir disini motornya Pak” kata Polwan cantik itu.
“Baik Bu” kataku, seperti seorang murid yang sedang mematuhi perintah Ibu gurunya untuk mengerjakan soal Matematika yang sulit itu dipapan tulis.
Segera saya memakirkan motor, lalu membuka helem. Ia sejenak menatapku agak lama.
“Kamu.......”, kata Polwan itu. Nadanya agak panjang, seolah sebelumnya ia telah mengenalku. Atau mungkin ia ingin mengatakan mirip dengan mantannya. Atau juga, dia terlena dengan ketampananku.
Yang terjadi mengejutkan, Polwan itu pergi, bukan memeriksa surat-surat kendaraanku, malah pergi memeriksa kendaraan roda dua lain, yang mengantri dibelakangku untuk diperiksa. Setelah selesai memeriksa kendaraan yang lain, Polwan itu kemudian datang lagi.
Kali ini bukan dia yang mengajukan pertanyaan, tapi saya sendiri.
“Mengapa saya tidak diperiksa. Tolong diproses secepatnya, saya buru-buru ingin menyetor hasil risetku dikampus” kataku dengan tegas tapi dengan cara halus.
Saya memang ingin menyetorkan hasil risetku ditanggal 9 itu, agar anggarannya cepat cair. Sudah mau dua bulan dana itu tidak keluar, hingga membuat kantong kering dan tak bisa membeli buku bacaan baru.
Polwan itu terdiam, ia tersenyum lalu mengatakan.
“Yang ada apa” kata Polwan itu. Ia hendak menanyakan yang ada surat-surat kendaraanku.
“Saya hanya punya STNK tanpa ada SIM” kataku.
Polwan yang satunya kemudian datang menghampiri. Kini yang saya hadapi dua Polwan cantik yang begitu anggun, langsing dan harum. Pikirku, jika berhadapan Polwan secantik ini, saya mau bekali-kali untuk ditilang. Saya bisa saja memutar pembicaraan bukan persoalan surat-surat kendaraan, tetapi tentang bagaimana merawat kehidupan dengan cinta agar terus mekar. Saya juga bisa membicarakan tentang dirinya dan dunia yang luas.
Berlagak seperti wartawan untuk menginterview, bertanya sambil bercerita. Bukankah perempuan cantik selalu tertarik jika membahas tentang cinta dan kehidupan!
Saya tidak melihat mereka sedang berunding. Dengan tenang, saya hendak membuka tas, mengambil STNK motor. Belum sempat saya keluarkan, Polwan dengan nama Bripka D, langsung mengatakan.
“Ia, kamu jalan saja. Silahkan melanjutkan perjalananya” kata Polwan itu.
Saya kemudian mencoba mengkonfirmasi ulang.
“Saya dibiarkan jalan” kataku terheran-heran.
Polwan itu kemudian menyahut dan menyilahkan untuk saya pergi.
“Iya, hati-hati” kata Polwan itu.
Sebelum saya membunyikan mesin motorku, Polwan itu datang lagi, sambil mengatakan sesuatu yang lain lagi.
“Tadi itu gara-gara kamu, sehingga ada orang yang melanggar meloloskan diri”
“gara-gara saya. Maksudnya?” Saya bertanya dengan terheran-heran. Apa hubungannya denganku dengan orang yang melarikan diri itu. Saya benar-benar dibuat tidak mengerti.
Saat saya meminta penjelasan, Polwan cantik itu malah memilih pergi memeriksa kendaraan lain. Saya melihat ia pergi dengan tersenyum lalu menghampiri teman-teman polisi lainnya.
Pikirku, mungkin dia ingin bermain-main denganku. Saat saya meninggalkan tempat yang keramat itu, dipikiranku selalu melintas, mengapa Polwan cantik itu tidak langsung memeriksa surat-surat kendaraanku! Ia juga, seperti menyapa, bukan bertanya, mana SIM dan STNK-mu, tapi kamu...ia seperti menyapa orang yang dikenalnya.
Pikirku, apakah saya mirip mantannya atau apakah dia terlena dengan ketampananku! Hehehe....
Didalam benak, saya masih bertanya-tanya. Siapakah Polwan itu? Apa yang membuatnya begitu halus lalu menyilakan saya untuk pergi. Apakah ia mendengar perut saya kelaparan atau melihat kantong saya yang kering!
Ahhh.....saya tak tau. Rasa-rasanya, saya ingin ditilang seribu kali lagi. Tapi bukan Polwan lain, tapi atas nama Polwan Bripka D.
Apa kalian juga mau disweeping sama Polwan cantik!

                                                                               L. Halaidin
                                                                               Kendari, 10 November 2017

0 komentar:

Posting Komentar