Sumber gambar: media.iyaa.com |
Begini. Ketakutan terbesar dalam hidupku itu, bukan persoalan masuk neraka, karena siksaannya begitu sadis, apalagi melihat pocong atau hantu disiang hari. Tetapi sebagai orang lapangan, yang pekerjaannya keliling, putar-putar kota, mencari pihak-pihak yang ingin diwawancarai, ketakutan saya muncul saat hendak memikirkan sweeping, lalu ditilang polisi. Ini sangat mengerikan, sambil mengutuki para polisi, karena kendaraan atau STNK akan ditahan atau disita oleh polisi.
“Sial. Hari ini saya akan
berhadapan lagi dengan polisi. Saya akan ditilang.”
Pilihannya; lari dari masalah
atau berhadapan langsung, mempertanggung jawabkan diri yang tak punya SIM.
Kejadiannya kemarin sekitar
pukul tiga sore, saat hendak pulang dari riset. Sudah beberapa hari saya
menunda riset karena adanya operasi zebra. Kendaraan roda duaku yang butut
pinjaman, mempunyai STNK, mati pajak dan saya tak mempunyai SIM.
Saya memulai riset nanti hari
Selasa tanggal 7, empat hari yang lalu. Selama dua hari, saya aman dan tidak
bertemu dengan operasi zebra kepolisian. Selama dua hari itu, riset kukerjakan
dengan maraton agar cepat selesai. Ehh.....malah tidak selesai dan saya harus
melanjutkan pada hari esoknya, tanggal 9 November.
Ditanggal 9 itu, pagi-pagi saya
bertemu seorang cewek lalu meminta antar di daerah Konda, Konawe Selatan. Kamar
temannya terkunci dan bingung akan hendak kemana. Lalu dengan respon cepat,
saya langsung tancap motor menuju tempat yang akan ditujuhnya.
“Maklum, ini kesempatan untuk
memikat cewek seksi dan harum. Sudah lama saya tak mendekati lagi
perempuan-perempuan yang bekerja pada saat malam, yang berbibir merah itu.” Hehehe....
Tapi, jangan berpikiran negatif
dulu. Bukan itu yang menjadi targetku. Saya hanya hendak memburu informasi,
terkait dengan liku-liku kehidupannya. Ini tentu akan menamba wawasan dan
inspirasi tentang kehidupan, betapa banyak orang-orang yang menggantungkan
hidupnya, yang menurut orang lain itu pekerjaan kotor tapi baginya itulah cara
mempertahankan kehidupannya.
***
Setelah menyelesaikan riset,
kelaparan ternyata memburu dan lambungku tak sabar meminta makanan. Saya mendengarkan
suaranya, yang sudah begitu murka lantaran kekosongan makanan dari pagi hingga
menjelang sore. Lalu, saya memeriksa kantung.
“Sial. Uang tinggal 9 ribu
rupiah. Makanan apa yang hendak kubeli? Teringat dengan ATM, tapi apa boleh
buat sudah lama tak punya saldo, kering”
Disaat seperti itu, seorang
teman menelpon untuk mentraktir saya makan. Persoalan ditraktir, jangan bilang,
dengan cepat saya akan meluncur. Ini rezeki, ada tangan-tangan tuhan yang tidak
kentara, yang ikut membantu disaat kita kesusahan. Jika saya punya sayap, saya
akan terbang saja, lalu hinggap dimeja makan dan melahapnya. Ahh....kaya cicak dengan
nyamuk saja.
Tidak jauh dari perjalanan, ada
operasi zebra yang dilakukan oleh pihak kepolisian. Saya melihat beberapa
antrian kendaraan yang diperiksa oleh dua orang Polwan cantik dan beberapa
teman polisinya. Kemudian dengan orang-orang yang ditilang itu, kami memberhentikan
kendaraan.
“Silahkan parkir disini
motornya Pak” kata Polwan cantik itu.
“Baik Bu” kataku, seperti
seorang murid yang sedang mematuhi perintah Ibu gurunya untuk mengerjakan soal
Matematika yang sulit itu dipapan tulis.
Segera saya memakirkan motor,
lalu membuka helem. Ia sejenak menatapku agak lama.
“Kamu.......”, kata Polwan itu.
Nadanya agak panjang, seolah sebelumnya ia telah mengenalku. Atau mungkin ia
ingin mengatakan mirip dengan mantannya. Atau juga, dia terlena dengan
ketampananku.
Yang terjadi mengejutkan, Polwan
itu pergi, bukan memeriksa surat-surat kendaraanku, malah pergi memeriksa
kendaraan roda dua lain, yang mengantri dibelakangku untuk diperiksa. Setelah selesai
memeriksa kendaraan yang lain, Polwan itu kemudian datang lagi.
Kali ini bukan dia yang
mengajukan pertanyaan, tapi saya sendiri.
“Mengapa saya tidak diperiksa.
Tolong diproses secepatnya, saya buru-buru ingin menyetor hasil risetku
dikampus” kataku dengan tegas tapi dengan cara halus.
Saya memang ingin menyetorkan
hasil risetku ditanggal 9 itu, agar anggarannya cepat cair. Sudah mau dua bulan
dana itu tidak keluar, hingga membuat kantong kering dan tak bisa membeli buku
bacaan baru.
Polwan itu terdiam, ia
tersenyum lalu mengatakan.
“Yang ada apa” kata Polwan itu.
Ia hendak menanyakan yang ada surat-surat kendaraanku.
“Saya hanya punya STNK tanpa
ada SIM” kataku.
Polwan yang satunya kemudian
datang menghampiri. Kini yang saya hadapi dua Polwan cantik yang begitu anggun,
langsing dan harum. Pikirku, jika berhadapan Polwan secantik ini, saya mau bekali-kali
untuk ditilang. Saya bisa saja memutar pembicaraan bukan persoalan surat-surat
kendaraan, tetapi tentang bagaimana merawat kehidupan dengan cinta agar terus
mekar. Saya juga bisa membicarakan tentang dirinya dan dunia yang luas.
Berlagak seperti wartawan untuk
menginterview, bertanya sambil bercerita. Bukankah perempuan cantik selalu
tertarik jika membahas tentang cinta dan kehidupan!
Saya tidak melihat mereka
sedang berunding. Dengan tenang, saya hendak membuka tas, mengambil STNK motor.
Belum sempat saya keluarkan, Polwan dengan nama Bripka D, langsung mengatakan.
“Ia, kamu jalan saja. Silahkan melanjutkan
perjalananya” kata Polwan itu.
Saya kemudian mencoba
mengkonfirmasi ulang.
“Saya dibiarkan jalan” kataku terheran-heran.
Polwan itu kemudian menyahut
dan menyilahkan untuk saya pergi.
“Iya, hati-hati” kata Polwan
itu.
Sebelum saya membunyikan mesin motorku,
Polwan itu datang lagi, sambil mengatakan sesuatu yang lain lagi.
“Tadi itu gara-gara kamu,
sehingga ada orang yang melanggar meloloskan diri”
“gara-gara saya. Maksudnya?” Saya
bertanya dengan terheran-heran. Apa hubungannya denganku dengan orang yang
melarikan diri itu. Saya benar-benar dibuat tidak mengerti.
Saat saya meminta penjelasan,
Polwan cantik itu malah memilih pergi memeriksa kendaraan lain. Saya melihat ia
pergi dengan tersenyum lalu menghampiri teman-teman polisi lainnya.
Pikirku, mungkin dia ingin
bermain-main denganku. Saat saya meninggalkan tempat yang keramat itu,
dipikiranku selalu melintas, mengapa Polwan cantik itu tidak langsung memeriksa
surat-surat kendaraanku! Ia juga, seperti menyapa, bukan bertanya, mana SIM dan
STNK-mu, tapi kamu...ia seperti menyapa orang yang dikenalnya.
Pikirku, apakah saya mirip
mantannya atau apakah dia terlena dengan ketampananku! Hehehe....
Didalam benak, saya masih
bertanya-tanya. Siapakah Polwan itu? Apa yang membuatnya begitu halus lalu
menyilakan saya untuk pergi. Apakah ia mendengar perut saya kelaparan atau
melihat kantong saya yang kering!
Ahhh.....saya tak tau. Rasa-rasanya,
saya ingin ditilang seribu kali lagi. Tapi bukan Polwan lain, tapi atas nama Polwan
Bripka D.
Apa kalian juga mau disweeping
sama Polwan cantik!
L. Halaidin
Kendari, 10 November 2017
L. Halaidin
Kendari, 10 November 2017
0 komentar:
Posting Komentar