26 Januari 2020

Vandalisme di Kota Raha

Vandalisme di Raha
Tentu saya merasa kaget, saat kawan-kawan memosting prilaku vandalisme ini. Betapa tidak, lima bulan lalu saat saya pulang tulisannya masih lengkap. Kini, hanya menyisahkan beberapa huruf saja.
.
Saya masih teringat bagaimana suasana di bulan Agustus lalu saat saya pulang. Wajah kota Raha ada sedikit perubahan. Di depan pelabuhan Raha, kita dapat menemukan ada banyak warga yang menikmati suasana pagi, memandangi laut yang cukup indah. Ada yang olahraga, ada juga yang menyempatkan diri untuk selfie-selfie. Ketika saya pulang dengan kapal malam, saya pasti menghabiskan waktu sekitar 15 menit disini. Ya, sekadar memotret suasana sekitar.
Sebelum terjadi vandalisme
Tak lupa pula, saya terus mengomentari adanya sampah-sampah yang membangkai. Bagi saya, pemerintah daerah tak bisa hanya fokus membuat fasilitas publik, lalu mengabaikan sampah-sampah yang berserakan di laut. Ke duanya harusnya beriringan.
Namun perlahan-lahan terus dibenahi. Ada kebanggaan juga tentunya. Dua minggu yang lalu saat balik di Kendari, saya melihat tersedianya fasilitas untuk menampung sampah di depan Mesjid Al-Munajat. Ada tong sampah yang disediakan. Dari tulisan yang saya perhatikan, tong sampah itu disediakan oleh komunitas alumni SMA Raha. Hal positif seperti ini, harusnya terus digalakkan. Tak lupa pula, perlu ada kesadaran dari warga untuk mencintai lingkungannya.
.
Setelah ke Mesjid Al-Munajat, saya kemudian menyusuri tempat lainnya. Tulisan “I Love Wuna” yang dulu masih lengkap, tinggal menyisahkan “Wuna.” Dua minggu kemudian, huruf-huruf itu mulai hilang satu persatu.
Prilaku vandalisme seperti ini tentu sangat tidak terpuji. Bagaimana tidak, fasilitas publik yang harusnya dijaga, kemudian di rusak. Saya susah mencernah dengan akal, apa yang membuat pelaku vandalis melakukan ini. Tak bisakah menjaga fasilitas publik seperti ini, untuk dinikmati bersama. Entah apa yang merasukinya, saya juga tak pernah tau.
Jika membaca beberapa refrensi tentang vandalis, kita bisa menemukan bahwa vandalis ini bagian dari gejala yang mengalami gangguan prilaku atau biasa disebut dengan conduct disorder. Gangguan prilaku ini terkait dengan emosi atau tingkah laku yang dialami oleh kebanyakan remaja. Di kampung halaman, saya banyak menemukan remaja-remaja seperti ini. Bahasa gampangnya itu kenakalan remaja.
Tapi siapa yang tau, pelaku vandalisme di Raha seorang remaja atau bukan. Kita tak pernah tau. Semoga ke depan, prilaku-prilaku seperti ini tidak terjadi lagi. Pemerintah daerah, harus segera terlibat untuk menangani gangguan-gangguan ini.

1 komentar: