19 Juni 2017

Anak Muda! MARI Berpolitik Lewat MEDIA

Pixabay.com

SANGAT banyak, saya menemukan anak-anak muda yang pandai bicara politik. Mereka bicara seperti orator hebat, yang tutur katanya tersusun rapi. Saya kadang mengatakan, mereka sangat luar biasa, bicara bak pengamat yang lihai meneropong keadaan perpolitikan tanah air.

Kita patut mengapresiasi hal-hal yang demikian. Itu pertanda positif, banyak anak-anak muda yang sudah melek politik. Saya bersepakat dengan salah satu sahabat, bahwa bicara ranah politik, itu bukan saja bagian mereka yang sudah menapaki ilmuwan/intelektual politik. Juga tidak mesti harus didiskusikan lewat forum-forum formal. Semua bebas.
Dengan aliran berita diberbagai media—yang berseliweran dijagat maya, anak muda bebas membicarakan politik dimanapun dan kapan saja. Sebagaimana kita menganut kebebasan berpendapat, maka tentu tak ada masalah. Ketika, anak muda ramai bicara politik—mengutarakan pendapat, secara tidak langsung sebenarnya mereka sudah ikut berpolitik. Ia itu—berpolitik lewat mulut ke mulut.
Dari itu, saya menyeruhkan, mari kita ramai-ramai berpolitik.
Namun, bagi saya, berpolitik hanya lewat mulut ke mulut itu tidak cukup. Itu sama halnya seperti membuat jaring ke laut, yang sama sekali tak punya ikan. Hasilnya nol, meskipun cara membuangnya sangat baik.
Apa yang ingin saya katakan adalah, anak muda minimal harus berani berpolitik lewat media sosial. Caranya? Sederhana saja, berani melempar opini ke publik melalui tulisan. Di media sosial, sangat banyak ditemukan kanal-kanal yang bisa menampung tulisan-tulisan kita. Atau anak muda bisa membuat kanal sendiri, yang lalu membuat tulisan untuk dikonsumsi publik. Sederhana, bukan!
Hal tersebut merupakan salah satu cara, ketika anak-anak muda belum menemukan ideologi yang pas dengan salah satu partai. Anak muda bisa memilih jalur kanal media sosial untuk berpendapat—mengutarakan ide politik dan opininya. Itu jalur independen, berhak mengkritik berpedaan politik dengan siapa pun. Dari itu, kita harus mempunyai keberanian, meskipun opini yang kita sampaikan bersinggungan dengan orang lain.
Inilah yang saya lakukan hari ini. Berani berpolitik lewat media sosial. Minimal, apa yang terbenam dikepala, dikelola, lalu melahirkan opini, pendapat tentang perpolitikan. Lalu, anak muda juga harus berani, mengalihkan dukungan atau mendukung salah satu figur ketika pemilihan akan berlangsung. Intinya, agar kita tak terlihat seperti seorang pragmatis.
Saya mengutip, salah satu percakapan dalam novel Tan yang ditulis oleh Hendri Teja, bahwa “orang yang bermuka tebal itu bisa memiliki separuh dunia.” Artinya, kita jangan takut salah atau takut didebat, karena beribu-ribu kesalahan itu masih lebih baik daripada kita bungkam dan tak melahirkan apapun.
Anak muda, mari kita berani berpolitik lewat media. Ayolah. Jangan hanya banyak bicara.

                                                                                                                        L. Halaidin
                                                                                                                        20 Juni 2017

0 komentar:

Posting Komentar