Sumeber Gambar: pixabay.com |
Jika sudah demikian, bukankah itu jauh dari kata cinta. Yang ada adalah nafsu belaka, yang bertopengkan atas nama cinta dan mencintai.
Lalu, bagaimana cinta datang kepada seseorang? Saya kadang tak memahami ini. Apakah ketika jantung kita berdetak kian kencang saat bertemu perempuan, pertanda bahwa ada perasaaan kepadanya, cinta. Saya pernah bertemu dua perempuan dalam tahun yang berbeda, merasakan degup jantung itu.
Pertanyaannya, apakah itu yang namanya cinta? Saya sungguh tak paham. Berhari-hari kadang saya melamun, terpikir oleh perempuan itu. Tetapi, apakah ia juga memikirkanku?
Namun, dua perempuan lainnya sangat jauh berbeda. Satunya, saya merasakan biasa-biasa saja, lalu kami menjalin asmara beberapa tahun. Tak lama, putus ditengah jalan karena saya tak menemukan yang namanya cinta. Satunya, ia mendekatiku tapi kujauhi, perasaanku biasa-biasa saja, tak merasakan cinta di hati saya.
Saya sungguh bingung dengan semua itu. Ketika ada degup jantung yang begitu ber-genderang, saya dibuat oleh ketidakberdayaan. Apakah itu cinta? Mungkin cinta, tapi mengapa saya tak berani mengungkapkannya.
Tetapi, saat degup jantung tak ada, saya berani mengatakan kata yang aneh itu dan ia menerimanya. Kami menjalani hubungan bertahun-tahun, dan terhenti karena saya tak merasakan cinta. Sama halnya dengan perempuan yang satunya, degup jantung tak ada. Ia mencoba mendekatiku, tapi saya tak merasakan apa-apa. Maka ia kujauhi secara perlahan-lahan.
Cinta, engaku sungguh begitu aneh bagiku.
Mengapa engkau tegah membunuh orang, yang tak bisa membunuhmu.
Aku terbunuh oleh ketidakberdayaanku sendiri.
Atas nama cinta, engkau bahkan membunuhku berhari-hari.
Saya kembali bertanya-tanya, apakah saat itu saya betul-betul jatuh cinta dengan CMP? Cinta bagiku begitu abstrak, ia sama sekali tak bisa terartikan, spontan dan tak bisa ditebak. Itulah yang saya artikan selama ini. Lalu, saya kemudian mencoba berbaik hati, memberinya perhatian, mendekatinya agar saya bisa betul-betul mengetahui, cinta.
Pendekatan dan perhatian itu, sempat berjalan beberapa tahun. Saya menemukan arti cinta--saat degup jantung itu berdetak--ia menginginkan penyatuan antara aku dan kamu--menjadi kita. Detak itu, ingin menghilangkan ke-egoan antara aku dan kamu, lalu kemudian kita melebur menjadi satu--kita menyatu.
Cinta itu adalah proses penyerahan diri segala tentang aku, kepada kamu--lalu kita melebur dalam penyatuan. Yang ada, bukan lagi aku dan kamu tetapi kita--kita bersama. Maka dari itu, setiap pasangan harus selalu menjaga perasaan, saling menyayangi dan tidak menyakiti. Karena mereka pada dasarnya suda satu---ada dalam satu bingkai yang bernama cinta.
Apa yang saya rasakan tak menemui kenyataan. Saat saya ingin menyerahkan diriku, memberikan segala egoku tentang aku kepada CMP, ia dikabarkan akan menikah. Harapan itu pupus dan memori semua terhapus. Saya ingin mencoba menghapus semua--bahwa perasaan itu bukan apa-apa.
Apakah selama ini, CMP tidak merasakan hal yang sama? Apakah hanya saya yang mersakan itu? Lalu, apa artinya ketika cinta terjalin, tapi aku dan dia tidak merasakan hal yang sama.
Itulah yang saya alami. Saya terpenjara oleh rasa minder, seorang pemuda yang hanya lahir dari desa. Saya datang hanya membawa diri, otak--pikiran, untuk sebuah pertarungan dengan nasib. Dengan rasa itu, saya memutuskan untuk menutup celah-celah yang ada, agar tidak ada lagi yang mengalir memasuki labirin-labirin yang telah kering-kerontang itu. Untuk sementara waktu saya ingin mengeringkannya.
Namun, proses pengeringan itu tidak terjadi. Ada setetes embun yang datang dan menghampiri, lalu ingin mengisi celah yang kosong. Perempuan itu berinisial EVR. Ia baik dan perhatian, sering memanggilku untuk membaca diperpustakaan.
Setelah kuperhatikan, ternyata ia sudah punya kekasih. Lalu, untuk apa ia mendekatiku? Apakah ia hendak memutuskan pacarnya atau ia hanya memanfaatkan kepintaranku, untuk mengerjakan tugas-tugas dan skripsinya.
Aahhh....ia begitu jahat seperti sosok Mak Lampir yang berubah wujud menjadi perempuan cantik, lalu menggoda lelaki polos untuk dijadikan budaknya. Tak akan kubiarkan semua itu terjadi. Saat itu, saya memutuskan untuk tidak menemuinya dan menghindar secara perlahan-lahan. Saya juga tak menemukan cinta dengannya.
Diakhir-akhir semester, saya kembali bertemu perempuan yang membuat degup jantung itu berdetak kian kencang. Ia adalah junior saya di jurusan Ilmu Ekonomi. Inisial perempuan itu adalah PAP. Ia begitu indah dan mempesona. Kecantikannya seperti dibentuk oleh alam yang diciptakan oleh maha indah sang pencipta. Ia juga sederhana, natural dan tidak bermake-up berlebihan.
Saya sering memperhatikan aktivitasnya dikampus. Saat saya merampungkan penelitianku di Badan Pusat Statistik (BPS), kami bertemu dan ia memberikan senyuman. Ia adalah orang yang tulus kepada semua, untuk memberikan kebaikan. Senyuman bagi saya adalah kebaikan, yang tanpa besifat materi. Sama halnya membantu tanpa mengharapkan imbalan.
Sejak saa itu, saya telah dibuat jatu hati olenya. Saya telah menemukan apa itu arti cinta dan mecintai. Saya berniat menuliskan sebuah surat untuknya serta memberikan hadiah buku novel. Tetapi, saya tak kunjung bertemu denganya. Surat dan hadiah itu tak pernah kesampaian.
Cinta kau begitu membunuh.
Membunuh orang-orang yang tak berdaya akan cinta.
Cinta kau begitu indah.
Tapi membunuh, saat cinta itu tak pernah kesampaian.
Wahai perempuan- perempuanku, datang dan kemarilah.
Aku disini menunggu.
Menginginkan penyatuan bersama kalian.
Karena aku tersadar, aku, kamu.
Adalah cinta.
Laode Halaidin
Kendari, 27 Maret 2017
PS. Saya sengaja menuliskan inisialnya saja, agar tak diketahui oleh mereka.