Kisah Seorang Nelayan di Purirano

Ini adalah cerita saat saya bertemu dengan nelayan di purirano. Keadaan mereka penuh dengan ketidakadilan.

Kenangan di Puncak Terindah Buton Selatan

Ini adalah bentuk penghayatan, akan indahnya alam. Olehnya itu, alam harus dijaga dengan baik agar kita hidup dalam penuh damai dan tentram.

Menggeluti Ilmu di Perguruan Tinggi

Bersama dengan ilmu pengetahuan kita dapat maju, bergerak dan bersaing dengan pihak-pihak lain. Mari, kita dahulukan pendidikan kita.

Sebuah Perjalanan di Muna Barat

Kami mencari keadilan atas masyarakat yang selama ini teralienasi. Lahan-lahan mereka dipermainkan oleh elit-elit desa, mengeruk keuntungan dengan membodohi masyarakat. Kami menolak dan melawan.

Mencari Keindahan di Danau Maleura

Di danau ini, ada panorama keindahan, yang membuat pengunjung sangat menikmati suasana. Hawa dingin dan air yang jernih dan terdapat banyaknya gua-gua. Ini keren kan. Adanya hanya di Muna.

10 November 2014

Egoisme





PARAHNYA para pengajar yang dibawakan oleh dosen di fakultas Ekonomi dan Bisnis UHO ini sungguh mengundang keprihatinan saya. Tanggal 4 maret 2014 itulah kejadiannya di IESP, mata kulia Ekonomi Industri. Sebuah ekspresi perbedaan pendapat antara mahasiswa dan dosen, itu merupakan hal yang biasa yang terjadi didunia kampus. Ternyata anggapan saya itu tidak semuanya benar bahkan ada juga yang memfonis bahwa argument atau analisa kita salah tanpa ada penjelasan untuk meluruskan kesalahan pendapat tersebut. Dan ada juga yang sama sekali tidak mau menerima pendapat kita. Kampus adalah dimana kita bisa mendapatkan ilmu, mengukur kemampuan seberapa jauh pemahaman kita. Kampus adalah tempat dimana kita bisa mendapatkan kebenaran tentang ilmu yang lewat doktrinisasi oleh dosen. Kampus adalah lembaga dimana kita bisa mengasa otak, berpikir, memecahkan masalah, dan melati keterampilan yang kita miliki guna menjadi insane yang sejati. Setiap ilmu yang kita dapatkan belum tentu benar, dan kita perlu pengkajian ulang, dan bahkan kita bisa menformulasikan suatu ilmu.

Namun saya memahami juga bahwa, Doktrinisasi tentang ilmu yang diberikan oleh dosen, tidak bisa kita langsung menerima, bahkan kita langsung memberikan atau menjelaskan kepada orang lain adalah salah besar. Tanpa ada pengkajian. Dosen adalah manusia biasa, mereka bukan malaikat yang selalu benar. seharusnya mereka bisa menerima apa, yang menjadi pendapat dan tanggapan dari seorang mahasiswa tentang suatu ilmu tertentu. Bukan langsung memfonis bahwa itu adalah salah. Tetapi mencoba untuk meluruskan. Dalam ilmu, setiap teori akan berbeda tergantung siapa yang menemukan teori tersebut. Dengan itulah mahasiswa selalu banyak menemukan Refrensi. Sehingga dalam penerapannya tentu selalu berbeda dengan orang lain, terutama dalam proses belajar mengajar. Mahasiswa selalu memberikan pendapat dan argumenya mengenai ilmu tertentu.
Pengertian pasar oligopoly itulah awalnya kejadiannya, berbedaan pendapat mengenai pemahaman itu sehingga mahasiswa mengeluarkan argument atau pendapat dari pengertian tersebut. Saya bukan mau mencoba-coba untuk mengukur kemampuan seorang dosen, saya tidak bermain-main dengan proses belajar mengajar karena saya tau dengan belajar kita bisa memahami segala sesuatu yang belum kita pelajari. Belajar, bukan saja di wilaya kampus tapi diluar kampus pun bisa kita lakukan baik lewat diskusi-diskusi, seminar dan lain-lain. Pernyataan argumentasi tentang suatu ilmu kebenaran sehingga saya mempunyai naluri untuk menjelaskan apa yang menjadi pemahaman saya. Salah dan perbedaan itu adalah niscaya, manusia berbuat salah karena ingin mencari sebuah kebenaran. 

Bukankah manusia adalah mahkluk yang tidak sempurna. Logikanya, kebenaran tidak akan ada jika tidak ada kesalahan. Sama halnya dengan perbedaan, manusia diciptakan oleh yang maha kuasa itu mempunyai perbedaan-perbedaan yang mendasar, dan mempunyai kemampuan yang berbeda-beda (pemikiran). Bukankah manusia diciptakan yang maha kuasa secara berpasang-pasangan. Logikanya sederhananya ada laki-laki, ada perempuan tentu kemampuan mereka akan berbeda. Nah, dari situ kita bisa memahami bahwa penemuan suatu ilmu perlu pengkajian dan pengkajian yang secara mendalam. Bukankah suatu ilmu banyak mendapat bantahan dari ilmu lain dalam kajian teori yang sama. Seperti, teori kapitalis yang dikemukakan oleh Adam Smith banyak mendapat bantahan dari teori Sosialis yang dikemukakan oleh Karl Marx.
Contoh diatas adalah hanya semacam gambaran tentang suatu temuan atau pemikiran, dan saya bukannya menghakimi dosen bahwa apa yang mereka eksplikasikan kepada mahasiswa adalah sesuatu yang tanpa ada kebenaran. Saya juga bukan menghakimi dosen bahwa mereka salah menemukan suatu Refrensi. Dan saya bukannya lebih pintar dari pada seorang dosen. Bagiku dosen adalah Guru, olehnya itu saya selalu mengeluarkan argumentasi ketika pendapat kami berbeda itulah bentuk dari pencarian ilmu tentang kebenaran.

Egoisme. Itulah yang kadang kebanyakan saya temukan pada setiap orang. Sifat Egoisme ini muncul ketika ada suatu pembicaraan tentang ilmu tertentu, sehingga menimbulkan perdebatan pada setiap kelompok atau bahkan dalam proses belajar dikampus juga terjadi termasuk di fakultas Ekonomi dan Bisnis UHO. Perbedaan pandangan, perbedaan pendapat, dan perbedaan pemahaman itulah awal dari cikal bakal terjadinya Egoisme. Mengadopsi berbagai ilmu sehingga dapat menemukan pijakan, tentang ilmu kebenaran. Bukankah sebuah kebenaran patut untuk kita sampaikan. Dalam bukunya “the Leadership secrets of Tan Malaka mengatakan “Egoisme itu diperlukan untuk mempertahankan pendapat atau menegaskan pandangan seseorang tetapi dengan tidak memaksakan kebenaran ilmunya, karena semakin besar suatu ilmu akan semakin komplek pula hal yang dibahasnya. Demikianlah sifat dari ilmu”.


Jadi menurut saya jelas, perbedaan pendapat dan pemikiran itu merupakan hal yang wajar, dan lalu kemudian terjadi perdebatan tetapi kita tidak bisa memaksakan bahwa argumentasi kitalah yang paling benar, ilmu kitalah yang aling benar, dan pandangan kitalah yang paling benar. Akan banyak pendapat lain yang akan bermunculan dan tentu tidak akan sama. Sifat Egoisme juga terjadi ketika seseorang suda melewati pendidikan yang lebih tinggi, sehingga menurutnya tidak pantas untuk mendengarkan penjelasan dari seseorang yang mungkin baru melewati pendidikan s1. bagi saya, semakin tinggi derajat seseorang dalam menempuh pendidikan pada perguruan tinggi maka semakin rendah hatilah orang tersebut untuk selalu mendengarkan pendapat atau argumentasi dari orang lain.
 
Orang-orang yang merasa Egois, maka renda hatilah kalian……