10 November 2014

Pemerintah Daerah Mempunyai Tenaga Untuk Membangun Tetapi Tidak Mempunyai Energi Untuk Merawat

TOPIK DIATAS memang menarik untuk dibincangkan, membahas bagaimana pasca atau sesuda pemerintah melakukan pembangunan terutama di daerah Sultra. Apakah diperhatikan dalam hal ini dirawat atau malah diterlantarkan begitu saja. Asset-aset daerah banyak menuai kontroversial yakni bisa menjadi salah satu aikon penting dalam suatu daerah tetapi disisi lain bisa menjadi sesuatu yang tidak bernilai bahkan selalu menjadi omongan-omongan setiap orang tentang sisi negatif dari  pembangunan tersebut. Tentu sisi negatif ini sangat mempengaruhi pemimpin yang memerintah daerah tersebut, misalnya masyarakat dalam tanda kutip akan menceritakan berbagai kejelakan pemimpin mengenai pembangunan yang tidak pernah diselesaikan. Masyarakat juga akan menilai betapa absurdnya seorang pemimpin akan menyelesaikan pembangunan-pembangunan tersebut yang mempunyai batas waktu kepemimpinan. 

Pada hari kamis tanggal 3 April 2014 saya mencoba mengikuti mata kuliah Manajemen Aset Daerah yang dibawakan oleh Sekretaris PESB Samsul Anam Ilahi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Jurusan IESP. Eksplikasi-eksplikasi setiap mahasiswa mengenai tugas yang diberikan dalam bentuk Mading sangat menakjubkan. Memang dari situ saya melihat bahwa karakter yang dibawakan oleh Dosen Samsul Anam Ilahi sangat berbeda dengan dosen-dosen yang lain. Penyajian tugas yang diberikan sangatlah sederhana tetapi sangat menarik untuk dikaji, mahasiswa diberikan kesempatan untuk meneliti dan memotret Aset-Aset daerah Sultra yang kontroversial yang kemudian dibuat dalam bentuk Mading.

Berbeda dengan dosen-dosen yang lain, pemberian tugas memang sangat beragam yaitu ada yang memberikan tugas dalam bentuk makalah, mencari data-data, menjawab pertanyaan Dosen dan lain sebagainya. Dari tugas-tugas tersebut bagi saya tidak membuat mahasiswa pintar atau cakep mempresentasekan hasil daripada tugas tersebut dan terkadang tugas tersebut hanya dicopy paste disitus Internet lalu mereka mengumpulkannya tanpa mempelajari poin-poin pentingnya. Lain halnya dengan tugas yang dibuat dalam bentuk mading. Tugas dalam bentuk mading sangatlah unik dan menarik, saya melihat memang mahasiswa diberikan kesempatan dalam memberikan penjelasan tentang tugas mereka, dengan berekspresi, berargumen, bahkan menimbulkan diskusi yang cukup efektif.

Dari keikutsertaan itulah sehingga saya menemukan inspirasi, menentukan judul diatas yang tak lain adalah penjelasan-penjelasan yang dibawakan oleh Dosen saya yang kukagumi Samsul Anam Ilahi. Kembali pada topik diatas bahwa, berbagai macam Aset-aset daerah yang telah dibangun atau yang masih dalam tahap proses pembangunan misalnya Tuguh Persatuan MTQ Kendari yang dibangun pada masa kepemimpinan Ali Masi, Pembangunan Mesjid Al-Alam masa kepemimpinan Nur Alam yang telah direkomendasikan pembangunannya pada Tahun 2010 namun sampai sekarang belum selesai, pembangunan pasar baru dan lain sebagainnya. Memang benar apa yang telah diungkapkan oleh Samsul Anam Ilahi, bahwa Pemerintah mempunyai tenaga atau nafsu untuk membangun tetapi tidak mempunyai energy untuk merawat. 

Fakta dan bukti-bukti memang demikian, dari tugas Mading Mahasiswa  saya bisa melihat bahwa betapa disisentifnya pembangunan tersebut. Setelah selesai pembangunannya kini diterlantarkan begitu saja, tanpa ada perawatan atau perbaikan kembali kerusakan Aset-aset daerah tersebut. misalnya Gedung Olahraga Dayung Kendari, Kantor Pemadam Kebakaran dan lain sebagainya. Pada hal, kalau berbicara sulit untuk merawat atau tidak adanya anggaran itu merupakan suatu hal yang mustahil. APBD Selalu terkoneksi dengan hal pembangunan apalagi anggaran hanya untuk merawat atau memperbaiki.

Hal yang paling menarik, bagi saya dalam diskusi tersebut adalah ketika mahasiswa mempresentasekan tugas madingnya mengenai pembangunan Mesjid Al-Alam di teluk Kendari. Pembangunan tersebut tidak mempunyai nilai apapun pasalnya yang selesai hanya sebagian tiang-tiangnya saja. Persoalannya adalah Apakah tidak mempunyai anggaran untuk melanjutkan pembangunan Mesjid Al-Alam tersebut ataukah ada pembangunan lain yang lebih diprioritaskan misalnya pembangunan infrastruktur jalan atau dengan melakukan pelebaran-pelebaran ruas jalan. Ketidakberlanjutannya atau ketidakberhasilannya proses penyelesaian pembangunan tersebut menurut Samsul Anam yaitu adanya perencanaan yang tidak matang. Pemerintah dalam hal ini pejabat Struktural Pemerintahan Provinsi Sultra tidak memikirkan matang-matang mengenai pembangunan mesjid Al-Alam. Apakah akan dominan untuk diselesaikan atau tidak. Tentu dalam proses pembangunan akan mengalami berbagai kendala terutama yang berkaitan dengan keterbatasan anggaran yang disediakan dalam APBD.

Awal dari inspirasi Gubernur Nur Alam ingin mendirikan Mesjid Al-Alam adalah pada saat melihat Mesjid di Uni Emirat Arab yaitu  mesjid Dubai. Namun pada saat Publik menanyakan anggaran untuk pembangunan mesjid Al-Alam tersebut disediakan dari mana, Gubernur Nur Alam malah kebingungan. Lalu dia mengatakan sebagian anggaran tersebut akan disediakan oleh pemerintah setempat lewat APBD dan sebagian dari Swasta. Lalu pertanyaanya, apakah pihak swasta bisa langsung menyalurkan anggarannya untuk pembangunan tersebut tanpa lewat APBD. Menurut Sekretaris PESB Samsul Anam, kepemilikan barang privat dan barang publik itu sangat berbeda. Perbedaanya yaitu barang privat hanya dimilki oleh  swasta sedangkan barang public itu merupakan milik pemerintah. Lalu bagaimana dengan pembangunan mesjid Al-Alam, tentu ini merupakan barang publik milik pemerintah yang diperbolehkan disalurkannya anggaran oleh swasta tetapi harus lewat APBD. Artinya anggaran yang akan disalurkan atau dikucurkan oleh swasta harus dikelolah terlebih dahulu dalam APBD kemudian digunakan untuk pembangunan.

Sekedar informasi, anggaran yang dikucurkan APBD dalam pembangunan mesjid Al-Alam ini sekitar 10 M. Dalam diskusi tersebut dikatakan bahwa anggaran yang telah dihabiskan selama pembangunan mesjid Al-Alam mencapai sekitar Enam Miliar Lima Ratus Juta Rupiah. Dalam media Sultra juga dikatakan, untuk 1 tiang dapat menghabiskan dana sebesar RP. 360.000.000.00. Anggaran yang sudah dihabiskan tersebut memang terbilang cukup sangat besar, dan yang paling ironis pembangunannya tidak terselesaikan. Bagi saya seandainya dana tersebut digunakan untuk membantu bagi para Petani dan masyarakat menengah kebawah (msayarakat miskin) mungkin akan lebih berguna dan bermanfaat. Mengingat kemiskinan di Daerah Sultra sangat kental, meskipun beberapa tahun ini pertumbuhan Ekonomi Sultra tumbuh dengan positif.

Pertanyaan Samsul Anam Ilahi kepada mahasiswa memang menarik, dia mengajukan pertanyaan bahwa misalnya Anda (Mahasiswa) seorang anggota DPR yang terhormat, apakah anda akan menyetujui penambahan anggaran untuk keberlanjutan pembangunan mesjid Al-Alam tersebut? dari pertanyaan tersebut membuat mahasiswa mempunyai jawaban yang pro dan kontra. Ada yang menyetujui dan ada yang menolak namun mahasiswa mempunyai alasan yang sangat logis. Ada yang mengatakan setujuh, alasannya karena akan menjadi salah satu aikon berupa sebagai Pariwisata sehingga dapat menarik simpati masyarakat dan daerah tetangga. Dari sini tentu akan meningkatkan pendapatan Daerah Sultra. Sedangkan yang tidak setujuh, mempunyai alasan bahwa keberlanjutan pembangunan hanya akan menghabiskan anggaran, tetapi tidak akan terselesaikan mengingat masa jabatan Gubernur Nur Alam tinggal beberapa tahun lagi.

Disisi lain, setiap pergantian pemimpin pasti akan berbeda Visi dan Misi sehingga menjadi sesuatu yang absurd ketika Nur Alam pamit dari masa jabatnnya, pemimpin baru di Sultra akan melanjutkan pembangunan mesjid Al-Alam tersebut. inilah yang kemudian disebut pemimpin yang mempunyai dan mempertahankan status quo.

Untuk sekedar informasi, percaya atau tidak bahwa saat ini ternyata dana yang telah dikucurkan untuk pembangunan mesjid Al-Alam sudah ditarik kembali dan kemudian digunakan dalam pembangunan infrastruktur jalan di Konda.

Asrama Tersanjung, saat mendengar rintik-rintik hujan yang mengasyikan.

0 komentar:

Posting Komentar