Dasar-dasar ekonomi politik, dan semua
ilmu sosial secara umum, rupanya adalah psikologi. Boleh jadi akan ada suatu
hari ketika kita akan bisa menyimpulkan hukum-hukum ilmu sosial berdasarkan
kaidah-kadiah psikologi.
---Vilfredo Pareto, 1906
Akhir-akhir ini, rutinitasku sedang menuntaskan membaca
terjemahan buku Misbehaving yang ditulis oleh Richard H. Thaler. Buku ini
membuat saya tertarik dan penasaran, karena membahas tentang terbentuknya ekonomi
prilaku. Ada pertanyaan di kepala saat melihat judul buku ini terpajang di
gramedia. Apa itu ekonomi perilaku? Karena sebelumnya, ekonomi perilaku tak
pernah saya dapatkan di bangku kuliah. Sebab didorong oleh rasa keingintahuan
itu, maka buku ini sekarang berada ditanganku.
Pertengkaran para ahli ekonomi tentang model teori ekonomi,
kiranya sudah banyak terjadi. Perdebatan para ekonom tradisional versus ekonom
modern memang berlangsung sengit. Ada banyak pertentangan, namun itu biasa.
Justru dengan itu, reputasi ilmu ekonomi sebagai ilmu sosial secara intelektual
semakin kuat.
Sebelum saya bahas buku Richard H. Thaler, saya teringat
dengan peraih nobel ekonomi bernama James Buchanan. Buchanan adalah ekonom yang
mempelopori lahirnya perspektif teori Public
Choice. Publik choice adalah sebuah teori yang penerapannya
menggunakan metode-metode ekonom terhadap bidang politik. Buchanan mencoba
menerangkan konsep publik choice bukan
sebagai teori yang sempit, namun dipandang sebagai sebuah perspektif.
Bahwa sebenarnya tidak ada garis pemisah antara substansi
ekonomi dan politik, antara pasar dan pemerintah (market and government), atau antara pribadi dan publik. Bagi
Buchanan, ekonom harusnya memaksimalkan kekayaan paradigmanya sehingga defenisi
disiplin ilmu tidak hanya berada dalam kerangka atau terminologi hambatan
kelangkaan sumber-sumber ekonomi.
Buchanan menggunakan teori public choice untuk merambah atau mencoba menelaah apa yang
menjadi obyek dalam ilmu politik. Ia mencoba mempertemukan kembali bidang
ekonomi dan politik dalam satu wilayah analisis. Dan yang terjadi bukan berarti
tanpa pertengkaran. Teorinya menjadi bahan perdebatan dan mendapat banyak
kritik, bukan saja di kalangan ekonom, tapi juga di kalangan ahli ilmu politik.
Sebagaimana Buchanan, Thaler, salah satu yang menciptakan
bidang ekonomi perilaku—sebuah konsep ekonomi yang didalamnya terdapat suntikan
kuat ilmu psikologi dan ilmu-ilmu sosial lain— juga menemui banyak kritik dan
perdebatan. Terutama mereka yang masih setia dengan ekonomi tradisionalnya
menganggap, penerapan ekonomi perilaku masih sangat terbatas.
*
Buku ini adalah cerita awal perjalanan karier Thaler
bagaimana ia memulai mengembangkan konsep bidang ekonomi perilaku. Isinya tak melulu
soal riset, perdebatan para ekonom, tapi anekdot, dan bahkan candaan. Salah satu
pembimbing disertasinya, Danny Kahneman menganggap bahwa yang paling hebat dari
Thaler dan membuat dia istimewa adalah karena kemalasannya.
Ya, buku ini ditulis oleh seseorang yang memang diakui
kemalasannya. Sherwin Rosen, pembimbing tesisnya beranggapan, Thaler tak punya
masa depan yang cerah dalam bidang ilmu ekonomi modern. Namun berkat pembimbingnya,
Danny Kahneman, kemalasan Thaler berubah menjadi sebuah aset.
Richard H. Thaler mulai mempertanyakan teori ekonomi sewaktu
menjadi mahasiswa pascasarjana di departemen ekonomi University of Rochester.
Ia punya banyak keraguan mengenai bahan yang diajarkan di kelas, tapi tak yakin
apakah masalahnya di teori atau karena pemahamannya yang kurang memadai.
Selama empat dasawarsa, sejak kuliah pascasarjana, ia telah
disibukan dengan berbagai kisah mengenai cara manusia menyimpang dari mahluk
fiktif yang biasa ada di model ekonomi. Ia bukan hendak menyalahkan manusianya.
Namun masalahnya, ada pada model yang digunakan ahli ekonomi, menggantikan Homo sapiens dengan mahluk fiktif
bernama Homo economicus atau biasa
yang ia singkat Ekon. Jika dibandingkan dengan mahluk fiktif Ekon, manusia
banyak melakukan prilaku keliru, dan itu berarti model ekonomi membuat banyak
prediksi yang buruk.
Dengan tegas Thaler hendak mengatakan, kita sedang tak hidup
di dunia Ekon. Kita hidup di dunia manusia dan sebagian besar ahli ekonomi tahu
itu. Dan karena itulah, riset ekonomi perlu melakukan pendekatan yang lebih
bernas, yang mengakui keberadaan dan relevansi manusia. Alasannya menambahkan
Manusia ke teori ekonomi adalah untuk menaikan akurasi prediksi.
Memang benar, buku ini sebuah terawangan nakal dan
mencerahkan bahwa manusia punya banyak kekurangan. Dalam mengambil sebuah
keputusan, kita pasti pernah mengalami bias dan kadang menyimpang dari standar
rasionalitas yang dipakai ahli ekonomi. Itu artinya kita berprilaku keliru (misbehaving). Dari itu, Thaler mencoba
memadukan ekonomi dan psikologi manusia, bagaimana membuat keputusan lebih
cermat di tengah dunia yang makin disrupsi.
Namun tentu saja ini tak mudah. Selama bertahun-tahun,
banyak ahli ekonomi yang menolak keras seruan mendasarkan model di atas
penjabaran perilaku manusia yang lebih akurat. Kahneman menyebut mereka sedang
terjangkit penyakit apa yang disebut buta
karena teori. Ini hampir melanda semua ahli ekonomi. Mereka menerima
wawasan luas mengenai perilaku Ekon, tapi dengan tega mengorbankan intuisi
mengenai hakikat manusia dan interaksi sosialnya. Para ekonom tradisonal tak
lagi menyadari, mereka hidup di dunia berisi manusia.
**
Bab 17 misalnya dengan judul “Debat Bermula”, itu
memperlihatkan bagaimana Merton Miller menyerang makalah keuangan perilaku oleh
Hersh Shefrin dan Meir Statman di konferensi University of Chicago. Dengan
terang Merton Miller mengatakan bahwa pendekatan perilaku boleh jadi diterapkan
ke Bibi Minnie dan beberapa orang lain, tapi hanya sebatas itu.
Sama dengan Miller, di konferensi itu Allan Kleidon juga
menyerang makalah Robert Shiller. Metode dan kesimpulan makalah Shiller yang
berjudul “Do Stock Prices Too Much to Be
Justified by Subsequent Changes in Dividends?” diserang bahkan para
pengkritiknya menulis makalah dengan mengolok-olok sebagai “Shiller Killer.”
Setelah konferensi Oktober 1985 di Chicago itu, Thaler
memikirkan kaitan antara gagasan Thomas Kuhn dengan apa yang ia kerjakan. Ia
membaca buku terobosan Thomas Kuhn The
Structure of Scientific Revolutions dan secara diam-diam melamunkan sesuatu
apakah pergeseran paradigma dapat terjadi dalam ilmu ekonomi. Ia terus mencari,
melakukan kerja-kerja riset yang kemudian mendorongnya untuk melakukan lompatan
dari jalur normal suatu bidang dan bergerak ke arah baru. Untuk itu, ia
membutuhkan serangkaian anomali.
Bersama sahabatnya ahli ekonom terkenal, Hal Varian, Thaler
mendapat gagasan untuk menulis artikel anomali yang akan dipublikasikan di jurnal of Economic Perspektives. Jurnal
itu dibuat oleh American Ekonomic Association, yang di editori Joseph Stiglitz.
Empat kali setahun ia menulis mengenai anomali. Tulisannya berupa dokumentasi
faktor-faktor yang seharusnya tak relevan tapi sangat penting, atau kumpulan
fakta lain yang tak konsisten dengan cara standar ilmu ekonomi.
Tulisan-tulisannya di
jurnal itu, ia hendak menunjukan kepada para ahli ekonomi bahwa ada banyak
fakta yang tidak sejalan dengan model-model ekonomi tradisional. Ia mencoba
membantu menegakkan gagasan bahwa model ekonomi dapat dilakukan dengan cara
baru berdasarkan Manusia, bukan mahluk fiktif bernama Ekon. Untuk mengembangkan
gagasannya, ia kemudian membangun tim bersama George Loewenstein, Robert
Shiller, Colin Camerer, dan Eric Wanner. Dan kerjasama itu dianggap gagal.
Namun ia tak berhenti disitu. Di kesempatan lain, ia
bergabung dengan tim baru, Amos dan Kahneman juga terlibat. Ia cukup antusias,
sebab banyak ekonom muda yang tertarik, melakukan riset mengenai ekonomi
perilaku. Riset yang mereka hasilkan, mengubah ekonomi perilaku menjadi bagian
aktif ilmu ekonomi arus utama. Dan itu semua tak terlepas dari keterlibatan
Eric Wanner yang memulai pendanaan riset.
***
Sudah empat puluh tahun lebih, model ekonomi perilaku tak
lagi berada di pinggiran. Menulis makalah ekonomi yang menganggap orang
berperilaku seperti manusia tak lagi dianggap perilaku keliru. Semua telah banyak
yang berubah. Namun, Thaler menganggap membangun versi ilmu ekonomi yang lebih
kaya, dengan Manusia sebagai pusat masih belum selesai.
Sebelumnya tak pernah ada yang mengira pendekatan perilaku
dalam ekonomi berdampak besar terhadap keuangan. Model itu kemudian dianggap
serius. Di banyak isu, perdebatan antara kubu rasional dan perilaku telah
mendominasi kepustakaan ekonomi finansial selama dua dasawarsa. Untuk itu,
pengembangan teori keuangan ekonomi berbasis bukti masih akan terus
berlangsung.
Ada bidang ilmu ekonomi yang ia ingin kembangkan menggunakan
pendekatan perilaku yaitu makroekonomi. Ia menganggap isu besar kebijakan
moneter dan fiskal sangat penting bagi kesejahteran negara. Dan pemahaman akan
Manusia sangat penting memilih kebijakan yang bijak.
Ekonomi perilaku, menurutnya kini telah menjadi ilmu ekonomi
yang tumbuh dan bisa ditemukan di sebagian besar universitas terbaik di dunia. Bahkan
para ahlinya menjadi kalangan pengarah kebijakan publik. Pembangunan ekonomi
perilaku mencakup banyak upaya, termasuk membangun rasa optimis mengenai masa
depan ilmu ekonomi.
Ketika semua ahli ekonomi sama-sama berpikiran terbuka, maka
pertengkaran akan membuat bidang ilmu ekonomi makin kuat.