Kisah Seorang Nelayan di Purirano

Ini adalah cerita saat saya bertemu dengan nelayan di purirano. Keadaan mereka penuh dengan ketidakadilan.

Kenangan di Puncak Terindah Buton Selatan

Ini adalah bentuk penghayatan, akan indahnya alam. Olehnya itu, alam harus dijaga dengan baik agar kita hidup dalam penuh damai dan tentram.

Menggeluti Ilmu di Perguruan Tinggi

Bersama dengan ilmu pengetahuan kita dapat maju, bergerak dan bersaing dengan pihak-pihak lain. Mari, kita dahulukan pendidikan kita.

Sebuah Perjalanan di Muna Barat

Kami mencari keadilan atas masyarakat yang selama ini teralienasi. Lahan-lahan mereka dipermainkan oleh elit-elit desa, mengeruk keuntungan dengan membodohi masyarakat. Kami menolak dan melawan.

Mencari Keindahan di Danau Maleura

Di danau ini, ada panorama keindahan, yang membuat pengunjung sangat menikmati suasana. Hawa dingin dan air yang jernih dan terdapat banyaknya gua-gua. Ini keren kan. Adanya hanya di Muna.

09 Mei 2016

AADC 2 vs AADC 1

Gambar AADC 2 dan AADC 1

01 Mei 2016

Hari-Hari di Bulan April

Di bulan April ini adalah bulan yang membahagiakan buatku. Saya menjalaninya dengan penuh kesabaran. Terutama dalam menyelesaikan segala aktivitas yang berkaitan dengan penyelesaian skripsiku.

Saya bahagia, karena saya dapat melewati ujian hasil dan ujian skripsi dengan lancar. Saya bahagia karena saya akan di wisuda pada tanggal 3 Mei 2016 hari Selasa mendatang. Yang membuat saya bahagia lagi adalah ketika mendengar Ibuku akan hadir pada saat saya akan di wisuda.
Sampai pada titik ini, saya seperti hidup di alam mimpi. Tak menyangka saja saya dapat selesai dengan kuliahku dan akan di wisuda. Saya mengatakan ini karena banyaknya keterbatasan yang ku alami pada saat kuliah. Tidak ada uang, sindiran orang-orang kepadaku dan juga Ibuku. Orang-orang kadang mengatakan, Ibuku tak akan mampu membiayaiku untuk kuliah. Atau mereka bilang, percuma tanggung anak kuliah, setelah selesai pekerjaannya akan sama dengan yang tidak sekolah.
Sindiran ini memang sangat pahit dan sakit. Tapi Ibu saya hanya cukup menjawabnya dengan sangat biasa. Ibu saya cukup sabar. Biarlah, barangkali saja anak saya akan bernasib baik, kata Ibu.
Semoga saja, hari, bulan dan tahun-tahun berikutnya saya dapat menjalaninya dengan baik. Saya harus dapat menjaga diri, agar tak ada yang akan menodai pikiran ini. Saya hanya cukup memegang prinsip hidup saya, yang selama ini kurawat yang kemudian mengharapkan tumbuh mekarnya untuk kebaikan antar sesama.

                                                                                                            Kendari, 1 Mei 2016