Kisah Seorang Nelayan di Purirano

Ini adalah cerita saat saya bertemu dengan nelayan di purirano. Keadaan mereka penuh dengan ketidakadilan.

Kenangan di Puncak Terindah Buton Selatan

Ini adalah bentuk penghayatan, akan indahnya alam. Olehnya itu, alam harus dijaga dengan baik agar kita hidup dalam penuh damai dan tentram.

Menggeluti Ilmu di Perguruan Tinggi

Bersama dengan ilmu pengetahuan kita dapat maju, bergerak dan bersaing dengan pihak-pihak lain. Mari, kita dahulukan pendidikan kita.

Sebuah Perjalanan di Muna Barat

Kami mencari keadilan atas masyarakat yang selama ini teralienasi. Lahan-lahan mereka dipermainkan oleh elit-elit desa, mengeruk keuntungan dengan membodohi masyarakat. Kami menolak dan melawan.

Mencari Keindahan di Danau Maleura

Di danau ini, ada panorama keindahan, yang membuat pengunjung sangat menikmati suasana. Hawa dingin dan air yang jernih dan terdapat banyaknya gua-gua. Ini keren kan. Adanya hanya di Muna.

19 Mei 2018

Menyemai Keindahan Alam di Tanah Rongi

Sumber foto: Herwin Ewin. Puncak Katelemando, Rongi, Buton Selatan

Seorang sahabat di tanah Rongi, mengirimkan gambar puncak Teletubies atau biasa disebutnya puncak Katelemando. Sontak saja, saya begitu kagum dan merindukan keindahan alam disana. Semenjak saya meninggalkan Rongi, pada masa KKN 2015 lalu, ada keinginan untuk berkunjung kembali. Bukan saja untuk menikmati keindahan alamnya, tapi mencoba mempelajari budaya, adat serta kearifan lokal yang masih dipertahankan sampai saat ini.
***
Pagi itu desa Rongi diselimuti oleh kabut tebal. Seluru badan terasa menggigil. Seorang sahabat terlihat menghisap rokoknya dengan asap yang mengepul. Ini pengobat dingin, kata sahabat itu. Sebagian sahabat perempuan, tengah sibuk membuatkan teh hangat. Tehnya sudah siap pak ketua, cetus seorang kawan. Sambil memandangi puncak yang terbelah di depanku, teh hangat itu kuseruput. Dingin, masih terasa membungkus paru-paruku.
Hawa di Desa Rongi berbeda dengan desa-desa yang lain di Buton Selatan. Kapan saja bisa berubah. Jika datang hujan, kedinginan dapat membekukan jantung. Namun bisa saja, sehabis hujan, kembali akan bersuhu panas, hingga terik matahari menyengat kulit yang begitu perih.
Di hari minggu, saya menjadwalkan untuk mendaki puncak Katelemando. Hari minggu kita mendaki puncak itu, cetusku. Sontak saja kawan-kawan kaget. “Baru seminggu KKN, kita sudah mau mendaki puncak. Kita kan belum tuntas merampungkan program kerja” bantah seorang sahabat. “Hari minggu kita coba nikmati pemandangan alam. Bagi yang mau, silahkan ikut saya, kataku.
Minggu subuh, kami masih menggigil kedinginan. Sebagian sahabat masih ketiduran, nyenyak seperti masih dinyanyikan nina bobo oleh ibunya. Tubuh mereka tebungkus selimut hingga menutupi seluruh badan.
“Bangun-bangun. Ayo kita mendaki. Cuaca sangat mendukung. Ini waktu yang pas, untuk menikmati pucak, sambil mengabadikan momen disana, kataku.”

Dan ternyata, yang berhasil bangun hanya satu orang. Namanya Misrin Lamoane, seorang sahabat KKN asal Ternate. Berdua, kami berhasil mendaki puncak tertinggi di tanah Rongi itu.
Sumber foto: Herwin Ewin
Sumber foto: Herwin Ewin. Puncak Katelemando, Rongi, Buton Selatan

Banyak kesan-kesan yang saya dapat selama menetap satu bulan lebih di tanah Rongi. Kearifan lokal yang masih dipertahankan serta adat dan budaya yang masih tetap dijaga dengan baik. Dan satu lagi, seorang sahabat, paling suka dengan arak Rongi yang nomor satu. Katanya, mantap. Hehehe.....

***
Sahabat saya di Rongi Herwin mengatakan, setelah kami melakukan Kulia Kerja Nyata (KKN) disana, puncak itu kemudian terkenal dan banyak dikunjungan oleh orang-orang dari daerah lain. Bukan saja itu, ia juga mengatakan, orang mancanegara seperti Jerman dan Australia sudah mulai berkunjung, menikmati puncak Katelemando tersebut. Sahabat saya itu, tidak tau persis dalam kunjungan apa. Tapi menurut saya, orang mancanegara tersebut tengah melakukan penelitian di Buton, lalu meluangkan waktu untuk mengunjungi puncak Katelemando.
Tentu saya turut berbangga dengan informasi itu. Meskipun, kami tak bisa melakukan banyak hal saat melakukan KKN di Rongi. Sudah tiga tahun lebih ke tanah Rongi, kenangan masi tersimpan dimemori pikiran. Bagaimana masyarakat disana menyambut kami dengan baik, anak-anak yang ceriah yang mengunjungi kami setiap saat. Bahkan saya menjadi guru ngaji mereka. Sebelum mengaji, biasanya saya selalu memberikan cerita dongeng tentang bagaimana agar anak-anak mencintai alam.
Yang kudapatkan adalah antusias anak-anak menyambut hal tersebut. Dengan sabar dan senang hati, anak-anak Rongi mau mendengarkan. Mereka kadang bertanya dan sesekali tersenyum malu saat saya menunjuk mereka untuk memintanya bercerita. Yang membuatku teringat saat ini yaitu ada seorang anak kecil SD yang bernama Desi datang ke posko dengan senyum malu-malu sambil meminta buku yang saya baca, Khalil Gibran. Informasi dari Herwin, anak itu saat ini sudah kelas dua SMP.
Sumber Foto: Herwin Ewin
Sumber Foto: Herwin Ewin
Yang membuatku bangga yaitu saat saya menanyakan alasannya meminta buku. Anak tersebut mengatakan, ia suka membaca buku bahkan Ibunya selalu membacakan cerita dongeng sebelum ia tertidur. Setelah buku pertama ia selesai baca dengan Ibunya, ia datang meminta buku kembali. Tujuh buku yang saya bawah saat itu, duanya saya berikan kepada Desi dan satunya lagi saya berikan kepada Kepala Desa Rongi, buku tentang Revolusi dari Desa.
Semoga kedepan, saya bisa berkunjung kembali di desa Rongi atau Sandang Pangan, dengan membawa beberapa buku untuk anak-anak disana. Itulah yang membuatku tertarik, selain alamnya yang indah, juga anak-anaknya yang ceriah dan mau diajak untuk belajar.

                                                                        Kendari, 19 Mei 2018
                                                                        Laode Halaidin